Kerry Akui Penyadapan AS Terlalu Jauh
WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry mengakui untuk pertama kalinya kalau dalam beberapa kasus penyadapan berjalan terlalu jauh.
Kerry memberikan tanggapan itu menyusul ketegangan diplomatik antara AS dengan para sekutunya di Eropa menyusul penyadapan Badan Keamanan Nasional AS (NSA) terhadap para pemimpin dunia. “Saya menjamin Anda, orang tak bersalah tidak ada tidak akan dikhianati dalam proses ini. Tapi itu hanya upaya untuk mengumpulkan informasi,” kata Kerry dikutip AFP. “Dan ya, dalam beberapa kasus, itu dilakukan terlalu jauh dan tidak tepat.”
Kerry mengungkapkan, Presiden AS Barack Obama telah berusaha mengklarifikasi tentang penyadapan. Kini, AS juga telah mengkaji ulang kalau tidak ada lembaga atau siapapun yang akan melakukan pelanggaran seperti itu lagi. “Dan dalam beberapa kasus, saya mengakui, seperti halnya presiden, bahwa dalam tindakan itu terlalu jauh. Kita juga telah memastikan hal itu tidak akan terjadi di masa mendatang,” tegas Kerry.
Sama seperti pejabat AS lainnya, Kerry tetap membela diri terhadap kebijakan penyadapan tersebut. Penyadapan itu sebenarnya ditujukan untuk mencegah tindakan terorisme. “Kita berhadapan dengan dunia baru di mana ada orang yang berkeinginan meledakkan diri,” bela Kerry. Dia mengungkapkan, AS berusaha mencegah pesawat terbang dijatuhkan, gedung dihancurkan dan orang yang dibunuh. Pencegahan itu dilakukan dengan penyadapan.
Faktanya, penyadapan yang dilakukan AS itu memicu polemik karena dinilai sasaran. Pada pekan lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel telah mengungkapkan kemarahannya terhadap Presiden Obama melalui telepon. Merkel kecewa kepada Obama karena ponselnya ternyata telah disadap sejak 2002 atau sebelum menjadi pejabat. Merkel juga telah mengirimkan pejabatnya ke Washington untuk menuntut penjelasan mengenai penyadapan.
Sementara itu, pembocor data intelijen Edward Snowden tidak dapat terbang ke Jerman untuk diminta keterangan oleh penyidik terkait penyadapan yang dilakukan NSA. Namun, Snowden dimungkinkan dapat memberikan keterangan di Moskow, Rusia. “Tak mungkin Snowden pergi keluar Rusia. Dia bisa kehilangan status pengungsinya dan langsung diserahkan ke Washington oleh para sekutu AS,” kata sumber yang dekat dengan Snowden dikutip kantor berita Interfax.
Sebelumnya, beberapa anggota parlemen Jerman meminta agar Snowden dapat pergi ke Berlin untuk memberikan kesaksiannya. Bahkan, seorang anggota parlemen dari Partai Hijau, Hans-Christian Stroebele dikabarkan telah bertemu dengan Snowden pada Kamis (31/10) lalu. “Dia (Snowden) mengetahui banyak hal. Dia ingin memberikan kesaksiannya di Jerman atau di Rusia,” kata Stroebele dikutip ARD, stasiun televisi Jerman.
Dari Australia, Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, menggambarkan aktivitas penyadapan bukan seperti permainan cricket. Pernyataan Obama itu setelah dia bertemu dengan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop di Perth. “Ini menyangkut kepercayaan,” sindir Marty.
Kekecewaan Marty itu menyusul laporan harian asal Australia, Sydney Morning Herald yang menyebutkan Indonesia merupakan salah satu target penyadapan NSA. Hasil penyadapan yang dilakukan di Kedutaan Besar AS di Jakarta itu ternyata juga dibagikan dengan mitra sekutu AS, termasuk Australia.
Menanggapi kekecewaan Indonesia, Bishop mengakui kalau Marty memang mempertanyakan banyak hal mengenai penyadapan. “Pemerintah Australia tidak akan berkomentar mengenai isu intelijen,” katanya. (andika hendra m)
Komentar