Banjir di Vietnam Tewaskan 34 Orang

HANOI– Banjir yang menghantam Vietnam tengah menewaskan sedikitnya 34 orang dan mengakibatkan 11 orang hilang. Banjir bandang itu merupakan bencana terburuk yang melanda Vietnam dalam satu dekade terakhir. Pejabat Kota Danang, Nguyen Quang Trung, mengungkapkan bahwa jumlah korban tewas mencapai 34 orang akibat banjir yang terjadi selama beberapa hari. Dia menyebut banjir ini sebagai bencana paling parah sejak 1999. “Sebanyak 11 orang dilaporkan hilang. Lebih dari 100.000 rumah tenggelam. Semua jalur transportasi baik darat, udara dan kereta tidak dapat beroperasi,” kata Trung, dikutip AFP. Trung mengutarakan, hujan deras turun sejak kemarin pagi di Provinsi Quang Ngai dan Binh Dinh. Badan Kontrol Banjir dan Badai Nasional (NFSCA) menyampaikan, banjir juga memaksa sekitar 98.000 orang di lima provinsi harus dievakuasi untuk meminimalisasi jumlah korban. Mereka mengungsi di tempat penampungan sementara di sejumlah sekolah dan stadion olahraga. Di beberapa wilayah, di mana banjirnya telah susut, para petugas memperbolehkan warga untuk kembali ke rumah. Banjir bandang menyapu banyak rumah dan merobohkan sejumlah jembatan di kota Hoi An. Kota itu merupakan kota bekas kerajaan Hue yang menjadi kota warisan dunia UNESCO. Ratusan turis telah dievakuasi beberapa hari sebelum banjir melanda kota tersebut dengan rata-rata ketinggian air mencapai 0,67 meter. “Banjir terjadi di mana-mana,” ungkap Le Cong Dung, pejabat bagian bencana di kota Hoi An. Kerugian akibat banjir itu, kata dia, mencapai USD65 juta atau Rp755,38 miliar. Kantor berita Reuters melaporkan, banjir itu menghancurkan panen kopi robusta. Pasokan kopi robusta ke seluruh dunia dipastikan akan terganggu karena 17% produksi kopi robusta global berasal dari Vietnam. Menurut Bui Thi Thanh Chuyen, perempuan yang tinggal di Binh Dinh, dia telah mengungsi dari rumahnya yang diterjang banjir. Chuyen menceritakan saat berusaha membantu ibunya yang terjebak di rumahnya. “Saya mendengar ibu berteriak dari ponsel, ‘anakku, tolong’, sebelum koneksinya terputus. Saya berusaha ke rumah ibu saya dan menolongnya. Tapi, saya tidak dapat melintasi banjir,” tuturnya kepada stasiun televisi milik Pemerintah Vietnam. Di wilayah Danang, seorang penduduk bernama Vo Ngoc Nghiem menggambarkan banjir itu terjadi sangat cepat. “Kita sudah terbiasa mengalami banjir yang datang setiap tahun. Tapi kali ini, banjirnya sangat cepat. Kita tidak punya waktu untuk mempersiapkan evakuasi,” kata Nghiem. Nghiem mengeluhkan tidak adanya peringatan dari pemerintah yang membuka waduk penampungan air. Akibatnya, banyakanak-anakyangberada di sekolah terjebak di lokasi banjir. Pemerintah mengklaim pembukaan 15 waduk yang menjadi lokasi pembangkit listrik tenaga air itu karena alasan keamanan. Badan Meteorologi Vietnam telah memperingatkan terjadinya hujan deras akibat perubahan cuaca tropis yang sangat ekstrem. Mereka memprediksi curah hujan akan cenderung menurun dalam beberapa hari mendatang. Pantauanaparat pemerintah menyebutkan, tinggi air sungai sudah mulai menurun. Hujan deras itu sebagai dampak banyaknya topan yang terjadi di sekitar wilayah itu. Sebelumnya 14 orang tewas di Vietnam dalam persiapan evakuasi yang dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi Topan Haiyan pada pekan lalu. Persiapan itu dilakukan untuk mencegah korban jiwa lebih besar ketika topan yang dahsyat itu menghantam Vietnam. Namun, topan itu justru semakin melemah ketika mendekati negara komunis itu. Sepekan setelah Topan Haiyan, Podul muncul sebagai badai ke-15 yang menghantam Vietnam pada tahun ini. Berbagai bencana yang melanda Vietnam sejak bulan Januari tahun ini menyebabkan lebih dari 220 orang tewas. andika hendra m http://www.koran-sindo.com/node/345369

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford