Solusi Nuklir Iran Disambut Positif
JENEWA– Proposal Teheran sebagai solusi atas krisis nuklir Iran yang telah berlangsung bertahun-tahun kemarin mendapatkan sambutan positif dalam perundingan dengan Amerika Serikat (AS) dan lima negara lainnya di Jenewa, Swiss.
Deputi Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi mengungkapkan, reaksi dari negara peserta perundingan nuklir cukup baik dengan proposal yang diajukan Teheran. “Atmosfernya positif dalam perundingan nuklir,” kata Abbas Araqchi, dikutip Reuters. Dia juga tidak mengucapkan detail proposal yang didiskusikan. Araqchi hanya menggambarkan proposal itu sebagai suatu yang rahasia. Perundingan nuklir Iran terselenggara pertama kali sejak Presiden Hassan Rouhani terpilih sebagai presiden pada Agustus silam.
Selain AS, kelima negara yang ikut perundingan adalah Inggris, China, Prancis, Rusia, dan Jerman. Semua negara mendengarkan semua ide dan terobosan yang disampaikan Iran dalam rangka mencegah pengembangan senjata nuklir. Dengan terobosan itu, Iran berharap sanksi internasional terhadap negaranya akan dicabut. Dalam perundingan itu, menurut Juru Bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, Michael Mann, Iran mempresentasikan proposal mengenai solusi penanganan krisis nuklir. Namun, Mann tidak menjelas detail apa isi proposal yang diajukan Iran.
“Tetap ada kehati-hatian dalam perundingan dua hari ini,” kata Mann. Mann memaparkan, dalam perundingan kemarin pagi negara-negara Barat lebih fokus untuk mencari langkah konkret dan ide konstruktif dari pihak Iran. “Proposal yang diajukan AS, Prancis, Jerman, China, Inggris dan Rusia, tetap menjadi opsi dalam perundingan. Mereka lebih menyiapkan reaksi terhadap proposal yang diajukan Iran,” kata Mann.
Sementara, beberapa pihak mengaku pesimistis dan menilai tidak ada terobosan karena sikap keras kepala Iran. Di antaranya diungkapkan seorang diplomat AS yang enggan disebutkan namanya bahwa sangat kecil kemungkinan perundingan di Jenewa akan menghasilkan kesepakatan. “Semua tergantung apa yang disampaikan Iran di meja perundingan. Kita berharap semuanya konkret dan adanya tindakan verifikasi,” ujar pejabat AS tersebut. Hal berbeda justru diungkapkan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton.
“Optimistis dengan kehati- hatian, tetapi dengan kebulatan tekad untuk melihat proposal dan mengeksplorasi segala bentuk kemungkinan,” kata Ashton. Adapun, Presiden Rouhani menyatakan bahwa dia ingin mencapai kesepakatan mengenai program nuklir dalam waktu enam bulan mendatang. Apalagi, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif yakin kalau pertemuan itu akan menghasilkan “peta jalan damai” yang mungkin disepakati oleh semua pihak.
“Proposal tiga langkah dapat diimplementasikan dalam jangka waktu setahun. Langkah sementara dapat dicapai dalam waktu satu atau dua bulan, mungkin kurang,” katanya dikutip AFP. Sayangnya, Javad Zarif tidak menjelaskan langkah- langkah tersebut. Zarif tidak pesimistis dengan perundingan tersebut karena Iran ingin menunjukkan niat baik. Meskipun, dia paham bahwa isu nuklir tidak dapat diselesaikan dalam satu sesi perundingan. “Apalagi, ketidakpercayaan (terhadap Iran) telah terakumulasi selama beberapa tahun,” kata Zarif.
Sementara, Israel kemarin bereaksi negatif atas perundingan nuklir Iran. Israel meminta komunitas internasional untuk menentang segala kesepakatan yang akan mengurangi sanksi bagi Iran. “Komunitas internasional harus berhatihati saat bernegosiasi dengan Iran,” demikian penegasan Pemerintah Israel. AS dan sekutunya kerap menuding Iran tengah mengembangkan senjata nuklir. Iran dipercaya memiliki 6.774 kilogram uranium tingkat rendah.
Uranium itu dapat diproses untuk ditingkatkan levelnya menjadi senjata nuklir. Tapi, Teheran yang didukung Rusia dan China bersikukuh kalau program nuklirnya untuk kepentingan damai. andika hendra m
Komentar