Presiden SBY: Kerjasama APEC Tingkatkan Pertumbuhan Ekonomi

NUSA DUA – Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin menegaskan kalau kerjasama antar anggota Kerja Sama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi negara-negara APEC menjadi suatu hal yang penting karena saat ini sedang menghadap krisis global. Data Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) pada 2013 menunjukkan kalau tingkat perdagangan hanya mencapai 3,3%. Itu berada di bawah rata-rata pencapaian pada beberapa tahun lalu yang mencapai 5,2%. “Pertumbuhan ekonomi APEC diharapkan 6,7% pada 2013 dan 6,6% di pada 2014. Dengan keadaan yang menantang ini, APEC harus berbuat lebih untuk mempertahankan pertumbuhan yang sekarang ini ada,” kata Presiden SBY dalam sambutannya dalam APEC Economic Leaders Meeting Retreat di Sofitel, Nusa Dua, Bali, kemarin. Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi tersebut, Presiden SBY menegaskan tentang pentingnya transparansi dan kerja sama antar negara-negara APEC. Itu menjadi fokus dalam KTT APEC di Bali. Dengan adanya aturan yang terbentuk di APEC ini akan menjadi hal yang sangat penting sebagai modal untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di masing-masing negara. Diungkapkan oleh Presiden SBY bahwa pemulihan ekonomi di Eropa dan Amerika Utara telah diikuti oleh negara-negara berkembang dan emerging economies lainnya. Indonesia juga terkena pengaruhnya tersebut. “Bahkan negara-negara emerging economies sekarang dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, kondisi internal seperti ekspor, perdagangan, keseimbangan pembayaran, dan stabilitas krisis serta pengangguran. Kedua, eksternal faktor seperti pertumbuhan ekonomi global dan stabilitas keuangan global,” terang Presiden SBY. Mengenai APEC, Presiden SBY menegaskan tentang agar APEC menjadi forum ekonomi bebas dan terbuka pada 2020 sesuai dengan Komitmen Bogor. Sebelum forum perdagangan bebas dan terbuka dilaksanakan, menurut Presiden, APEC juga harus memastikan aturan yang transparan dan perjanjian perdagangan multilateral di antara negara APEC. Kemudian, APEC harus memastikan perbedaan perekonomian yang ada di setiap negara APEC. “Untuk itu, penting untuk memastikan pertumbuhan yang sama di antara negara APEC. Selanjutnya adalah kemajuan yang baik dalam perdagangan dan investasi,” tegasnya. APEC Economic Leaders Meeting Retreat itu dipimpin oleh Presiden SBY. Namun, pertemuan itu tidak tidak diikuti oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Presiden Taiwan Ma Ying Jeou. Presiden Obama diwaliki oleh Pewakilan Perdagangan AS Michael Froman dan Presiden Jeou diwakili oleh Wapres Vincent Siew. Pemimpin lainnya yang dating adalah Perdana Menteri (PM) Tony Abbott, Sultan Brunei Darussalam Sultan Hasanah Bolkiah, Presiden Chili Sebastian Pinera, Perwakilan Hong Kong CY Leung, PM Malaysia Najib Razak, PM Jepang Shinzo Abe, PM Peru Ollanta Humala, Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto, PM Kanada Stephen Harper, Presiden China Xi Jinping, PM Selandia Baru John Key, PM Papua Nugini Charles Paire O'neill, Presiden Filipina Benigno S Aquino III, PM Thailand Yingluck Shinawatra, PM Singapura Lee Hsien Loong, Presiden Vietnam Truong Tan Sang, Presiden Korea Selatan Park Geun-hye, dan Presiden Rusia Vladimir Putin Sebelumnya, Presiden SBY memimpin pertemuan dialog antara para pemimpin ekonomi APEC dengan APEC Business Advisory Council (ABAC), kemarin pagi di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali. Dalam pertemuan itu, Presiden SBY menegaskan pentingnya kerjasama pemerintah dan pengusaha. Itu dapat dicontohkan dalam kesuksesan Indonesia melepaskan diri dari krisis ekonomi global pada 2008. “Indonesia dapat keluar dari krisis global tahun 2008, pemerintah Indonesia bekerjasama dengan para pelaku bisnis saling bertukar pandangan dan menyusun pilihan kebijakan yang tepat. “Pendekatan ini membuat Indonesia bisa meminimalisir dampak negatif dari krisis ekonomi global,” kata Presiden SBY memimpin rapat para pemimpin APEC dalam berdialog dengan APEC Business Advisory Council (ABAC), di Hotel Sofitel, Nusa Dua, Bali, kemarin pagi. “Dalam situasi ekonomi yang sulit pada saat ini menjadi sangat penting bagi kita untuk bekerja bersama.” Menyinggung ABAC, Presiden SBY juga mengungkapkan ABAC memiliki peranan penting membantu pemerintah dalam penyembuhan krisis global. Itu dikarenakan para pemimpin negara dan para pengusaha harus duduk bersama mendengarkan rekomendasi-rekomendasi untuk meminimalisasi dampak dari krisis ekonomi. Ada banyak kebaikan yang akan datang apabila para pemimpin APEC tetap bekerja sama dengan dunia bisnis APEC yang tergabung dalam ABAC. “Saya percaya dialog pimpinan APEC dengan ABAC akan mendatangkan banyak keuntungan,” katanya. Kondisi perekonomian global saat ini, menurut Presiden SBY, menghadapi keadaan yang sulit. “Dalam situasi ekonomi yang sulit pada saat ini menjadi sangat penting bagi kita untuk bekerja bersama,” kata Presiden SBY. Meskipun, dia mengungkapkan peran APEC jauh lebih penting dewasa ini karena ekonomi global belum pulih sepenuhnya. “Kita semua merasakan dampak dari krisis global tersebut. Dan oleh karenanya, adalah penting untuk terus mengembangkan dan memperkuat kerja sama menuju pertumbuhan ekonomi kawasan dan global yang lebih baik,” tuturnya. Dalam pertemuan antara para pemimpin ABAC dan pemimpin ekonomi APEC dihadiri oleh PM Australia Tony Abbott, Sultan Brunei Darussalam Sultan Hassanal Bolkiah, Presiden Cile Sebastian Pinea, Kepala Pemerintahan Eksekutif Hongkong C.Y. Leung, PM Malaysia Najib Razak, PM Jepang Shinzo Abe, Presiden Peru Ollanta Humama Tasso, dan Presiden Meksiko Enrique Pena Neito, PM Kanada Stephen Harper, Presiden China Xi Jinping, PM Selandia Baru John Key, PM Papua Nugini Peter Charles Paire O’Neill, Presiden Filipina Benigno Aquino III, Taiwan diwakili oleh mantan Wakil Presiden Taiwan Vincent C. Siew, PM Thailand Yingluck Shinawtra, PM Singapura Lee Hsien Loong, Mendag AS Penny Peritzker, Presiden Vietnam Truong Tan Sang, dan Presiden Korea Selatan Park Geun-Hye. ABAC Keluarkan Rekomendasi Dengan pertemuan dengan antara para pemimpin negara-negara APEC dengan APEC Business Advisory Council (ABAC), Ketua ABAC Wishnu Wardhana memberikan rekomendasi. Rekomendasi itu merupakan hasil penggodokan dalam konferensi ABAC di Jimbaran, Bali, pada awal Oktober lalu. Rekomendasi itu diharapkan dapat menjadi prioritas dalam penerapan kebijakan negara-negara APEC. “Kita sangat mendukung komitmen kerjasama jangka panjang dalam hal infrastruktur dan agenda konektivitas untuk memperkuat pertumbuhan dan integrasi regional yang lebih luas,” terang Wishnu. Investasi infrastruktur dalam skala besar di seluruh negara APEC dapat mempertahankan pertumbuhan dan membuka kesempatan untuk mengintegrasikan ekonomi kita ke pasar regional dan global. “Kita juga percaya kalau APEC seharusnya mengembangkan agenda yang lebih ambisius dalam hal perdagangan, investasi dan pelayanan untuk memperkuat pasar keuangan kita,” kata Wishnu. APEC, kata Wishnu, juga dapat mengembangkan penyusunan keuangan yang inovatif. Pada tahun lalu, ABAC mengusulkan pendirian Forum Keuangan Asia-Pasifik (APFF) meningkatkan kerjasama di antara pemerintah,pejabat dan industry keuangan. “Kita juga menyerukan negara-negara APEC untuk mendukung peluncuran APFF,” paparnya. Kemudian, ABAC juga menyerukan agar APEC mengurangi biaya transaksi hingga 10% pada 2015. ABAC juga focus dalam pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM harus mendapatkan solusi keuangan yang baru untuk mengurangi kesenjangan kredit. Wishnu meminta APEC untuk memberikan dukungan bagi para pengusaha UMKM agar mendapatkan bantuan modal yang komprehensif dan memperkuat arsitektur legal dan institusional mereka. Dalam hal keamanan pangan, ABAC juga menyambut strategi APEC yang berorientasi pada peta jalan untuk menciptakan struktur keamanan pangan pada 2020. “Itu membutuhkan kerjasama sector swasta dan public yang sangat signifikan,” kata Wishnu. Dia juga meminta para pemimpin APEC untuk menempuh langkah kongkrit untuk menjamin implementasi peta jalan tersebut berjalan dengan efektif. Menyinggung mengenai Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), Wishnu memaparkan kalau ABAC memandang WTO sebagai batu loncatan system perdagangan global. “Kita juga menyarankan agara APEC mengumpulkan dukungan global untuk mencapai kesepakat dalam konferensi keuangan WTO di Bali pada Desember mendatang. Itu ditujukan agar membangun kepercayaan bisnis dalam WTO,” katanya. Dalam tradisi APEC, ABAC dikenal sebagai corong resmi para pengusaha dan CEO APEC. Mereka beranggotakan para pengusaha dan pemimpin bisnis dari 21 anggota APEC. Mereka mewakili pemerintahan masing-masing. ABAC merupakan suara resmi dari kalangan pebisnis APEC. Forum ini melibatkan para pemimpin bisnis dari 21 anggota APEC yang dipilih secara resmi oleh kepala pemerintah masing-masing. Tiap negara mengirim tiga delegasi utama dan tiga delegasi pengganti. Mereka bertugas mengidentifikasi prioritas-prioritas kebijakan dan isu-isu krusial dari sektor bisnis untuk mencapai kerja sama ekonomi yang lebih erat di kawasan Asia Pasifik. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford