Penghargaan Nobel - Prediksi Nilai Aset, Tiga Ekonom AS Raih Nobel
STOCKHOLM– Tiga ekonom asal Amerika Serikat (AS) Lars Peter Hansen, Eugene Fama, dan Robert Shiller kemarin ditahbiskan sebagai peraih Nobel Ekonomi.
Hasil penelitian dan analisis ketiga ekonom tersebut dapat memprediksi harga saham dan obligasi dalam 3–5 tahun ke depan. Selama ini belum ada penelitian yang mampu memprediksi saham dan produk obligasi dalam jangka pendek dan jangka panjang. Berkat penelitian ketiga ekonom itu, semua orang mampu memprediksi harga produk saham dan obligasi dalam periode jangka panjang tiga sampai lima tahun.
”Penemuan itu dibuat dan dianalisis oleh ketiga peraih Nobel itu pada tahun ini,” demikian pernyataan juri dari Akademi Ilmu Pengetahuan Kerajaan Swedia (RSAS) seperti dikutip Reuters. Fama, Hansen, dan Shiller meraih hadiah senilai USD1,25 juta atau Rp13,70 miliar. ”Ketiga ekonom itu telah meletakkan fondasi untuk pemahaman mengenai harga dan penilaian aset,” demikian pernyataan RSAS. Fama, 74, dan Hansen, 61, merupakan profesor dari Universitas Chicago, AS, sedangkan Shiller, 67, merupakan profesor dari Universitas Yale di Connecticut, AS.
Ditambahkan oleh RSAS bahwa penilaian aset merupakan kunci dalam pengambilan keputusan seperti menabung, membeli rumah, dan kebijakan ekonomi suatu negara. ”Kesalahan dalam memprediksi aset mungkin menyebabkan krisis keuangan seperti resesi global yang dapat menghancurkan ekonomi suatu negara secara keseluruhan,” demikian puji RSAS. Sementara itu, Shiller menjelaskan bahwa keuangan sebenarnya mampu mengendalikan peradaban modern.
”Saya ingin melihat keuangan mampu berkembang lebih maju sehingga dapat melayani manusia,” tegasnya. Shiller sebenarnya sudah berulang kali disebut sebagai pemenang Nobel Ekonomi sejak beberapa tahun lalu. Namanya semakin mencuat sejak dia memublikasikan buku berjudul Irrational Exuberancepada 2000. Meski berulang kali diprediksi meraih Nobel, Shiller tak pernah bermimpi bahwa dia akan mendapatkan penghargaan paling bergengsi bagi para ilmuwan itu.
”Saya tahu banyak orang yang lebih layak mendapatkan Nobel. Saya tidak pernah bermimpi untuk mendapatkannya,” ujarnya. Kemudian, Fama dan beberapa peneliti lainnya sejak 1960- an telah meneliti mengenai prediksi harga saham dalam jangka pendek. Adapun Hansen mengembangkan metode statistik yang cocok untuk menguji teori bagaimana investor mampu merespons ketidakpastian nilai aset.
Selama ini, ekonom AS selalu mendominasi peraih Nobel Ekonomi dalam 10 tahun terakhir. Tahun lalu, ilmuwan AS Alvin Roth dan Lloyd Shapley memenangi penelitian mengenai pengukuran permintaan dan penawaran di pasar. Tercatat, 17 dari 20 peraih Nobel Ekonomi berasal dari AS. Berhasilnya Fama, Hansen, dan Shiller meraih Nobel Ekonomi memang telah diprediksi sebelumnya oleh media dan para pakar ekonomi.
Selain ketiga nama itu, nama ekonom AS seperti Robert Barro juga sempat mencuat. Fama, Hansen, dan Shiller diumumkan sebagai peraih Nobel Ekonomi setelah sebelumnya Nobel Fisika menjadi milik penemu ”Partikel Tuhan” Peter Higgs, 84, dan Francois Engtlert, 80. Adapun Nobel Sastra jatuh ke tangan penulis cerita pendek asal Kanada Alice Munro dan Nobel Perdamaian menjadi hak Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW). andika hendra m
Komentar