Ribuan Warga Mengungsi, Perundingan Gagal

MANILA – Lebih dari 13.000 pengungsi menyelematkan diri dari bentrokan antara pasukan pemerintah Filipina dan gerilyawan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) yang memasuki hari ketiga. Sebanyak 12 korban tewas sejak serbuan MNLF ke Kota Zamboanga, Filipina selatan, seiring dengan kegagalan perundingan. Sebagian besar pengungsi ditampung di stadion dan sejumlah lainnya di gereja maupun sekolah. “Kami berupaya untuk memberikan fasilitas yang layak kepada mereka semua,” tutur seorang pekerja sosial, Beth Dy, kepada kantor berita AFP. Dia menambahkan 5.000 lainnya dari lima komunitas siap siaga sepanjang malam. “Beberapa di antaranya tidak memiliki pilihan untuk mendirikan tenda di atas rumput,” imbuhnya. Pasukan pemerintah sudah mengepung kawasan yang dikuasai sekitar 180 gerilyawan Islam di kota pelabuhan di kawasan selatan negara itu. Aksi penyanderaan berlangsung dramatis. Pengibaran bendera putih, dan sandera berteriak “tolong jangan tembak” kepada para sniper yang berada di atap pemukiman penduduk di distrik Santa Barbara, Zamboanga. Di wilayah lain kota Zamboanga, tiga gerilyawan terluka saat ditangkap setelah baku tembak dengan polisi. “Tentara kita hanya membalas tembakan. Kita tidak menembak untuk tujuan menyerang,” kata juru bicara militer, Letnan Kolonel Ramon Zagala. “Misi kita hanya menahan mereka, bukan menyelamatkan para sandera.” Sementara ditambahkan olehnya, serangan gerilyawan MNLF itu dipimpin oleh Habier Malik. Sejauh ini, korban tewas telah menewaskan 12 orang dan melukai 21 orang lainnya. Gerilyawan yang menyandera ratusan warga ini menuntut perundingan langsung dengan pemerintah Filipina. Laporan-laporan menyebutkan para gerilyawanjuga menyandera sejumlah warga sebagai tameng manusia namun tidak jelas berapa banyak yang disandera. Penerbangan dan layanan ferry ke kota itu sudah dihentikan dan sekolah serta sejumlah toko Walikota Zamboanga, Maria Isabelle Climaco Salazar, dalam pernyataannya menyebutkan sekitar 100 warga sipil disandera dan upaya perundingan sedang berlangsung. Sebelumnya, dia mengatakan kelompok militan menuntut perundingan ditengahi oleh masyarakat internasional. “Ini bukan lagi masalah lokal, tetapi permasalahan internasional,” kata dikutip Reuters. Salazar mengungkapkan para pejabat lokal telah bernegoisasi dengan Habier Malik, pemimpin gerilyawan, untuk membebaskan penduduk dan meninggalkan kota. Namun, perundingan itu belum berhasil. “Prioritas kita adalah keselamatan seluruh sandera. Militer seharusnya menyerbu dan menyelamatkan sandera serta menjaga kota agar tidak terjadi lagi penyusupan,” tegasnya. Sebelumnya, salah satu Faksi MNLF ini tiba dengan perahu motor di Zamboanga pada Senin pagi dan ingin mengibarkan bendera di atas balai kota Zamboanga. MNLF didirikan oleh Nur Misuari pada tahun 1971 dengan tujuan mendirikan negara, Namun, mereka menandatangani kesepakatan damai dengan pemerintah pada tahun 1996. Hanya saja timbul faksi lain yang tidak sepakat dengan perundingan damai tersebut. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford