Penyanderaan Kenya Berakhir

NAIROBI - Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, mengumumkan akhir pertempuran berdarah selama 80 jam pada Selasa malam (24/9) waktu setempat. Dia menjelaskan kalau jumlah korban tewas sebanyak 61 warga sipil dan enam pasukan keamanan, namun gerilyawan Al-Shabab menyebutkan jumlah korban tewas mencapai 137 orang. Polisi menjelaskan kalau jumlah korban itu masih bersifat sementara, karena Palang Merah Kenya menyebut 63 orang masih hilang. Kenyatta mengungkapkan kalau lima gerilyawan ditembak mati dan 11 tersangka lainnya ditahan. Saat operasi pembersihan di dalam mal berlanjut, korban jiwa diperkirakan akan bertambah. “Kenya telah mempermalukan dan mengalahkan penyerang kita, tetapi mengalami kerugian yang sangat besar,” kata Kenyatta dikutip Reuters. “Operasi penyerangan gerilyawan telah berakhir,” imbuhnya. Dia juga mengumumkan tiga hari berkabung nasional untuk menghormati para korban tewas. Sekitar 175 orang terluka dalam serangan ini, 62 masih dirawat di rumah sakit dan banyak yang harus menjalani konseling akibat trauma yang disebabkan oleh serangan ini. “Saya berjanji bahwa kita harus bertanggung jawab penuh untuk kerusakan yang ditimbulkan, kematian, kesakitan, kehilangan dan penderitaan yang harus kita lalui sebagai satu bangsa,” kata Kenyatta. Setidaknya 18 warga asing turut tewas dalam insiden ini, termasuk enam warga Inggris, serta warga Prancis, Kanada, Belanda, Australia, Peru, India, Ghana, Afrika Selatan dan China. Presiden Kenyatta mengatakan tidak bisa mengkonfirmasikan laporan yang menyebut ada seorang warga Inggris dan dua atau tiga warga AS yang terlibat dalam serangan. Tetapi Kenyatta mengatakan ahli forensik melakukan tes untuk mengetahui kewarganegaraan mereka. Sementara itu, gerilyawan al-Shabab mengklaim 137 sandera dieksekusi mata dalam penyerangan di pusat perbelanjaan Westgate di Nairobi. Jumlah itu lebih tinggi dibandingkan jumlah resmi yang dikemukakan oleh pemerintah. Gerilyawan menyerbu mal Westgate pada Sabtu (21/9) lalu, melemparkan granat dan menembak membabi buta ke para pengunjung dan karyawan di pusat perbelanjaan terbesar di Nairobi tersebut. Kelompol al-Shabab dari Somalia mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut sebagai bagian dari pembalasan atas operasi militer Kenya di Somalia. Dalam akun Twitter milik al-Shabab, mereka menuding pasukan Kenya menggunakan senjata kimia untuk mengakhiri aksi serangan yang berlangsung selama empat hari itu. “Untuk menutup kejahatan mereka, Pemerintah Kenya menghancurkan gedung untuk mengubur semua bukti dan sandera di bawah puing-puing bangunan,” demikian klaim al-Shabab. Al-Shabab, merupakan jaringan kelompok teroris al-Qaeda, berulang kali mengancam untuk menyerang Kenya jika Nairobi tidak menarik pasukannya dari Somalia. Terdapat sekitar 4.000 tentara Kenya di selatan Somalia sebagai bagian dari pasukan Uni Afrika guna mendukung pasukan pemerintah Somalia. Aparat keamanan dan para petugas medis kemarin mencari korban sandera di bawah puing-puing reruntuhan. Menurut seorang petugas keamanan, para aparat juga memerika jika ada bahan peledak yang sengaja ditinggalkan oleh para gerilyawan. Dalam proses penyelidikan terhadap korban tewas, menurut kepala Pelayanan Sipil Kenya, Francis Kimemia, para pakar forenik dari berbagai negara, termasuk Amerika, Inggris dan Israel juga diperbantukan. Sementara itu, seorang warga Inggris ditangkap terkait dengan serangan di mal tersebut. Seperti dilaporkan Kementerian Luar Negeri Inggris, warga Inggris yang berasal dari Somalia berusia 35 tahun itu ditangka di bandara Jomo Kenyatta, Nairobi, Kenya. Sebelumnya tersiar kabar kalau putri seorang tentara Inggris bernama Samantha Lewthwaite, diduga sebagai dalang serangan teror tersebut. (andika hendran m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford