Obama Ultimatom Suriah

WASHINGTON – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menyambut kesepakatan dalam penyerahan senjata kimia oleh Suriah, tetapi dia juga mengultimatom agar Damaskus tidak ingkar janji. Obama menegaskan ketika kesepakatan telah dicapai, bukan berarti AS tinggal diam ketika adanya pelanggaran. Dia mengungkapkan bakal ada konsekuensi ketika Pemerintah Presiden Suriah Bashar Al-Assad tidak bekerjasama dengan kerangka tersebut. “Jika diplomasi gagal, AS tetap bersiap untuk bertindak,” tegas Obama dikutip AFP pada Sabtu (14/9) waktu setempat. Ultimatom Obama itu diperkuat dengan kesiap-siagaan kapal induk AS di perairan di dekat Suriah. Pentagon juga menegaskan kalau mereka dalam posisi siap untuk melancarkan serangan. “Suriah harus tetap memegang komitmen publiknya,” kata Obama. Obama menambahkan masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan. “AS akan tetap bekerjasama dengan Rusia, Inggris, Prancis dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menjamin verifikasi senjata kimia,” katanya. Dari Beijing, Menteri Luar Negeri China kemarin mendukung penuh kesepakatan penyerahan senjata kimia Suriah ke komunitas internasional. Dia mengungkapkan kalau kesepakatan itu akan melunakkan ketegangan di Suriah. Dalam kesepakatan yang telah dicapai dalam perundingan antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dan Menlu Rusia Sergei Lavrov bahwa Suriah harus menyediakan data mengenai jumlah senjata kimia dalam satu pekan dan semua peralatan pemproduksi senjata kimia harus dimusnahkan pada November dan semua senjata kimia harus dipindahkan dari Suriah pada pertengahan 2014. Kesepakatan itu awal dipelopori oleh Rusia sebagai sekutu utama Suriah yang menentang rencana serangan AS ke Damaskus. Baik Kerry dan Lavrov juga sepakat ketika Suriah gagal memenuhi kesepakatan tersebut, maka resolusi PBB akan dikeluarkan untuk menyerang Suriah. Saat ini, Suriah diprediksi memiliki 1.000 ton senjata kimia yang tersimpan di 45 lokasi. Sementara Kerry kemarin terbang ke Israel untuk memberikan penjelasan kepada Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu mengenai kesepakatan tentang senjata kimia itu. Kemudian, Kerry juga akan memberikan penjelasan langsung kepada Menteri Luar Negeri Inggris William Hague dan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Saud al-Faisal di Paris. Di sisi lain, para pemberontak Suriah kemarin menyatakan kekecewaan dan penghinaan kepada Presiden AS Barack Obama yang gagal menyerang Damaskus. Mereka menyatakan AS telah inggar janji. “Amerika mengatakan kepada dunia kalau mereka akan mengebom Suriah dan waktu terus berjalan. Mereka justru ketakutan,” kata Abdelqadari Asasheh, kepala operasi brigade Liwa al-Tawhid di Aleppo, Suriah. Komanda batalion pemberontak Suriah lainnya, Abdulaziz Salameh, juga mengecek Obama yang tidak mampu menunjukkan diri sebagai pria terhormat karena mengingkari janjinya. “Kita tidak lagi membutuhkan serangan. Kita tidak membutuhkan seseorang. Kita hanya menunggu pertolongan Tuhan dan Tuhan akan memandu kita menuju kemenangan akhir,” kata Salameh. Sementara itu, Penjaga pantai di Italia selatan menyelamatkan sekitar ratusan pengungsi Suriah pada Sabtu (14/9) lalu. Banyak diantara para pengungsi adalah anak-anak dan wanita. Para pengungsi itu diselamatkan dari kapal di lautan lepas dan langsung dibawa ke daratan. Pada Sabtu, jumlah total pengungsi yang diselamatkan mencapai 500 orang. Tiga kapal yang mengangkut para pengungsi ini dicegat di lepas pantai Lampedusa dan Sisilia serta di Calabria. Salah satu kapal yang mengangkut 171 orangmengalami kerusakan dan perlahan tenggelam saat diselamatkan petugas. Sebelumnya, lebih dari 300 lainnya diselamatkan Jumat (13/9) malam di lepas pantai Sisilia dan di bawa ke kota Syracuse. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk urusan pengungsi (UNHCR) menyebutkan jumlah pengungsi yang telah melarikan diri ke Italia mengalami peningkatan. Sebanyak 3.000 pengungsi berdatangan ke negara itu dalam kurun waktu 40 hari terakhir. Lebih dari dua juta orang melarikan diri akibat perang di Suriah, sebagian besar ke Irak, Jordania, Turki dan Lebanon. Ribuan pengungsi mencoba menuju pantai selatan Italia pada musim panas lalu karena kondisi Laut Tengah relatif tenang. Biasanya mereka berangkat dari Libya atau Tunisia.Perang selama sekitar dua setengah tahun di Suriah diperkirakan menewaskan lebih dari 100.000 orang. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford