Obama Resmi Hentikan Serangan ke Suriah

WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, menegaskan pihaknya akan mengikuti usulan Rusia terkait senjata kimia Suriah. Namun, Obama menegaskan kalau Suriah terkait tudingan penggunaan senjata kimia yang menewaskan ribuan warganya. “Terlalu dini untuk menyebut apakah langkah ini akan berhasil,” kata Obama. “Kesepakatan apapun (yang akan dibuat) harus dapat memastikan bagaimana rezim Presiden Suriah Bashar Al-Assad memenuhi janjinya. Tetapi inisiatif ini punya peluang untuk menggantikan ancaman serbuan senjata kimia,” imbuhnya dikutip BBC. Sebelumnya, Presiden Vladimir Putin mengusulkan agar opsi sanksi terhadap Suriah dilakukan dengan menekan negara itu agar mau menghancurkan isi gudang senjata kimianya. Meski setuju bekerja sama dengan Rusia, Obama mengatakan pemerintah AS tetap akan menggunakan kekuatan militer kalau jalur diplomasi gagal mencapai hasil. Dalam pidato yang disiarkan langsung dari Gedung Putih itu, Presiden Obama sendiri sudah sejak lama menahan seruan agar kekuatan militer dipakai di Suriah karena tak meyakini jalan senjata sebagai sarana mengatasi perang bersaudara di negara itu. Obama mengaku mengubah pandangannya setelah tudingan rezim penguasa Suriah menyerang rakyatnya sendiri dengan dengan senjata kimia pada 21 Agustus lalu, di pinggiran Damaskus. Pernyataan Presiden Obama disampaikan sehari setelah silang pendapat di markas PBB terkait bagaimana usulan Rusia itu akan dikontrol oleh masyarakat internasional. Perwakilan Inggris, Prancis dan AS menghendaki dibuat paparan jelas tentang apa konsekuensinya jika proposal serangan militer mengalami kegagalan. Dari Paris, Prancis kemarin mengungkapkan tetap bersikeras untuk meluncurkan serangan militer ke Suriah. Peringatan Prancis itu diungkapkan setelah pertemuan antara Presiden Francois Hollande dan menteri luar negeri serta menteri pertahanan. “Prancis tetap berusaha menghukum Suriah yang telah menggunakan senjata kimia dan mencegah mereka menggunakannya lagi,” kata Hollande. Hollande menegaskan Prancis juga akan menekan Dewan Keamanan PBB untuk bergerak cepat dalam pengontrolan senjata kimia di Suriah. Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, kemarin berharap AS tetap mengutamakan diplomasi dalam penyelesaian ancaman senjata kimia di Suriah sebagai upaya yang serius. “Sikap baru AS terhadap Suriah merupakan hal serius bukan sebuah permainan dengan media. Selama beberapa pekan, mereka telah mengancam perang terhadap rakyat di wilayah ini untuk kepentingan Israel,” kata Khamenei dikutip kantor berita IRNA. China kemarin menyambut janji Suriah untuk menghancurkan senjata kimia dan menyerahkan cadangan gas syarafnya. Pernyataan itu setelah Damakus siap menandatangani pakta PBB mengenai pelarangan senjata kimia. “Kita berharap pihak terkait dapat mendapatkan kesempatan untuk menyelesaikan permasalahan Suriah melalui cara diplomatik dan politik,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei. Kemudian, para penyidik PBB kemarin merilis tentang daftar kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan Suriah. Namun, mereka tidak menyebutkan mengenai isu penggunaan senjata kimia. “Berdasarkan bukti yang ada, tidak mungkin berbicara mengenai penggunaan senjata kimia atau sistem pengiriman atau pelaku serangannya,” demikian temuan tim PBB. Tim PBB itu juga menyimbulkan konflik Suriah terus berlanjut karena kegagalan penyelesaian politik. Akibatnya, konflik sejkak Maret 2011 itu telah mengakibatkan lebih dari 100.000 orang tewas dan memaksa lebih dari dua juta warga Suriah mengungsi. “Perlunya negoisasi untuk menemukan penyelesaian politik,” demikian kesimpulan tim PBB. Sementara itu, Presiden Suriah Assad kemarin merayakan ulang tahun ke 48 di tengah ketegangan di negara yang cenderung menurun. Sebuah situs internet pro-Assad menyebutkan penduduk Damaskus merayakan ulang tahun pemimpinnya itu dengan berkonvoi di distrik Mazzeh. Kekuasaan Assad pun semakin kuat setelah dia mampu bertahan selama dua tahun lebih dalam menghadapi konflik horizontal di negaranya. “Meskipun dia lebih bos dibandingkan sebelumnya, dia tidak dapat bertindak sendirian tanpa dukungan militer,” kata Nikolaos van Dam, diplomat Belanda yang menulis buku tentang Suriah. “Dia tetap mendengarkan para penasehatnya, tetapi mengambil keputusan sendiri. Assad masih mengandalkan paman dan sepupunya, Mohammed dan Rami Makhlouf, serta Hafez Makhlouf, sebagai ketua keamanan di Damaskus. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford