Obama Mungkin Hentikan Serangan ke Suriah
WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama menegaskan akan menghentikan rencana serangan ke Suriah jika negara itu menyerahkan senjata kimia ke komunitas internasional.
Obama melihat usul yang disampaikan Rusia itu dapat menjadi “terobosan signifikan” dalam pemecahan konflik di Suriah. Namun demikian, Obama tetap skeptis jika Suriah menyetujui usulan yang disampaikan oleh sekutunya, Rusia. Pasalnya, Suriah telah memiliki senjata kimia dalam waktu lama.
“Saya ingin memastikan bahwa norma terhadap pelarangan penggunaan senjata kimia dipertahankan,” kata Obama kepada ABC News. “Itu termasuk dalam kepentingan keamanan nasional kita. Jika kita bisa melakukannya tanpa serangan militer, saya sangat memilih hal ini.”
Ketika ditanya Diane Sawyer dari ABC News jika Obama menunda penyerangan terhadap Suriah, dapatkah Assad memegang kendali atas senjatanya? “Tentu saja, jika sebenarnya itu yang terjadi,” jawab Obama.
Tetapi, Obama memastikan kalau rencana serangan AS ke Suriah sebenarnya mendapatkan dukungan sejumlah negara dari seluruh dunia. Padahal, Obama berulang kali menegaskan kalau serangan terbatas itu diperlukan untuk menghukum rezim Assad terkait penggunaan senjata kimia dan untuk mencegah mereka menggunakan senjata itu lagi. Hanya saja, dia masih ragu dengan dukungan di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS. “Saya tidak dapat mengantisipasi bahwa Anda akan melihat serangkaian pemungutan suara pada pekan ini atau dalam waktu dekat,” tegasnya.
Pada Jumat (06/09) lalu, lebih dari 230 dari 433 anggota di DPR AS dilaporkan menolak atau cenderung menolak. Bukan hanya kubu Republikan yang lebih banyak menolak. Beberapa anggota parlemen Demokrat yang dikenal anti-perang juga menentang seruan Obama untuk menyerang Suriah.
Selain itu, jajak pendapat menunjukkan bahwa orang Amerika tetap khawatir terhadap rencana serangan ke Suriah. Jajak pendapat New York Times/CBS pada Senin malam lalu menyebutkan 62% responden menyatakan AS seharusnya tidak mengambil peranan dominan dalam penyelesaian konfllik luar negeri. Tentunya hal itu bertolak belakang dengan ucapan Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang mengatakan dukungan terhadap serangan ke Suriah meningkat.
Banyak politisi dan anggota masyarakat AS prihatin bahwa aksi militer bisa menarik AS untuk terlibat dalam perang berkepanjangan dan memicu permusuhan yang lebih luas di wilayah tersebut. Pernyataan Obama datang setelah Rusia meminta Suriah untuk menempatkan persediaan senjata kimia di bawah kontrol internasional dan kemudian menghancurkan senjata itu untuk menghindari serangan militer AS.
Kemudian, kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia, Human Rights Watch (HRW), kemarin mengungkapkan semua bukti menunjukkan kalau Pemerintah Suriah memang bertanggungjawab atas serangan senjata kimia. Dalam laporan setebal 22 halaman itu berdasarkan saksi mata dan bukti fisik serta gejala yang dialami para korban.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemarin mengungkapkan dia sedang berundingan dengan Damaskus untuk mengembangkan “rencana kongkrit” dalam rangka pengalihan senjata kimia Suriah ke komunitas internasional. “Kita (Rusia) sedang berkerja untuk menyiapkan rencana kerja, kongkrit dan seksama dengan Suriah,” kata Lavrov. Dia menjelaskan kalau mereka siap bekerjasama dengan Sekjend Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi untuk Pelarangan Senjata Kimia bersama dengan anggota Dewan Keamanan PBB.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan tawaran itu dibuat selama pembicaraan dengan rekan sejawatnya dari Suriah, Walid Muallem. Lavrov mendesak Muallem untuk tidak hanya setuju menempatkan situs penyimpanan senjata kimia di bawah kontrol internasional, tetapi juga menghancurkannya.
Lavrov mengatakan dia juga memberitahu Muallem bahwa Suriah akan harus bergabung dengan Konvensi Senjata Kimia. Muallem mengatakan melalui seorang penerjemah bahwa Suriah menyambut inisiatif ini, dan dia memuji Rusia yang “berusaha untuk mencegah agresi Amerika terhadap rakyat kami.”
Sebagai sekutu Suriah, Iran menyambut rencana Rusia tersebut. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Marzieh Afgham, proposal itua seharusnya termasuk perusakan senjata kimia yang dimiliki kelompok pemberontak. “Kita ingin kawasan kita bebas dari semua jenis senjata pemusnah massal,” katanya dikutip AFP.
Senada dengan Iran, China juga mendukung rencana Rusia tersebut. “Selama saran itu dilaksanakan untuk memperlonggar ketegangan di Suriah dan menyelesaikan isu politik Suriah serta mempertahankan perdamaian serta stabilitas di kawasan, komunitas internasional seharusnya memberikan pertimbangan positif,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hong Lei.
Namun, kubu oposisi Suriah langsung menolak solusi yang diajukan Rusia tersebut. “Proposal yang diajukan Lavrov itu hanya manuver politik sebagai bagian dari penundaan yang tak bermanfaat dan hanya akan menyebabkan kematian dan kerusakan lebih parah bagi rakyat Suriah,” demikian pernyataan Koalisi Nasional Suriah (SNC).
SNC tetap meminta respon internasional berupa serangan militer sebagai bentuk pelanggaran yang dilakukan Presiden Assad. “Pelaku kejahatan perang tidak boleh dibebaskan dan kejahatan terhadap kemanusiaan tidak boleh dibuang saja dengan konsesi politik atau penyeran instrumen yang digunakan untuk kejahatan,” demikian penegasan SNC. (andika hendra m)
Komentar