Korban Gempa Hampir 350 Orang, Bantuan Tersendat

AWARAN – Puluhan ribu korban selamat gempa di Pakistan kemarin menunggu pertolongan dan bantuan kemanusiaan di tengah temperatur udara yang sangat panas. Apalagi, jumlah korban tewas juga terus meninggkat hingga 350 jiwa. Lebih dari 100.000 warga harus kehilangan rumahnya akibat gempa berkekuatan 7,7 Skala Richter pada Selasa lalu. Mereka pun terpaksa tinggal di tempat pemukiman sementara. Abdul Latif Kakar, kepala Otoritas Manajemen Bencana Provinsi Baluchistan, mengungkapkan jumlah korban mencapai 348 orang. “Lebih dari 300 korban tewas berada di distrik Arawan dan lebih dari 500 orang terluka,” kata Kakar kepada AFP. Sementara itu, juru bicara pemerintah provinsi Baluchistan, Jan Muhammad Buledi, mengatakan lebih dari 300.000 penduduk mengalami dampak gempa di enam distrik, Awaran, Kech, Gwadar, Panjgur, Chaghi dan Khuzdar. “Kita sangat memerlukan fasilitas medis dan tidak ada tempat untuk merawat warga yang mengalami luka-luka di beberapa rumah sakit setempat,” kata Buledi. “Kita kesulitan mencapai daerah-daerah yang mengalami gempa.” Luasnya teritorial di Awaran dan infrastruktur yang sangat terbatas membuat proses evakuasi korban luka sangat sulit. Parahnya, proses evakuasi dengan bantuan militer juga mendapatkan hambatan dari gerilyawan yang menguasai wilayah pedalaman dan pegunungan. Sebuah helikopter yang mengangkut tim dari Otoritas Manajemen Bencana Nasional juga ditembaki roket di Awaran, meskipun tidak ada korban luka. Menteri Dalam Negeri Pakistan, Chaudhry Nisar, mengatakan kepada parlemen bahwa tim penyelamat dan pemberian bantuan sedang berjuang untuk mencapai wilayah yang terguncang gempa. Militer telah mengirimkan pasukannya, staf medis dan helikopter untuk membantu proses evakuasi. “Pemerintah mengirimkan lebih dari 14.000 tenda dan menerjunkan pesawat ke lokasi yang sulit dijangkau,” kata Nisar. Dia mengungkapkan banyak kesulitan untuk mencapai wilayah bencana untuk mengirimkan bantuan logistik. Namun demikian, para korban selamat di Provinsi Baluchistan, Pakistan, mulai marah karena lambatnya bantuan kemanusian dari pemerintah. Di Arawan, lebih dari 200 korban selamat berdemonstrasi di luar kantor pemerintah. Mereka mengeluh karena belum mendapatkan bantuan makanan dan tempat penampungan. “Kita belum menerima bantuan apapun dari pemerintah. Tidak ada makanan dan obat-obatan,” kata Abdul Latif, 25, salah satu korban selamat. Temperatur di lokasi bencana mencapai 42 derajat Celcius dan banyak korban selamat yang mengeluhkan cuaca yang panas menyengat itu. “Kita butuh tenda. Kita terpaksa tidur di bawah langit dan tidak ada tenda,” kata Chanda, 54. Chanda juga membutuhkan makanan dan air . Sementara itu, sejumlah korban selamat mengaku belum mengetahui nasib anggota keluarga mereka. “Saya mempunyai rumah dengan tiga tempat tidur di Arawan. Rumah runtuh ketika gempa mengguncang. Saya berada di rumah dan anak-anak berada di kamar lain,” kata Noor Bux, seorang warga, kepada BBC. “Sekarang saya tidak tahu di mana istri dan anak-anak saya, apakah mereka hidup atau meninggal. Saya tidak tahu di mana mereka.” Gempa itu juga menimbulkan fenomena yang menarik di mana banyak saksi mata melihat pulau kecil muncul di dekat Gwadar, Pakistan. Kemunculan pulau baru ini menarik perhatian banyak warga. Pulau memiliki ketinggian 9 meter dan panjang 100 meter. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford