“Janda Putih” Dalangi Serangan di Kenya
NAIROBI – Seorang perempuan Inggris yang disebut dengan “janda putih” dikabarkan sebagai dalang serangan terhadap pusat perbelanjaan di Nairobi sejak Sabtu siang (21/9) lalu yang telah menewaskan 62 orang.
Menurut beberapa sumber kalau “janda putih” itu termasuk dalam beberapa gerilyawan yang ikut melancarkan serangan. Nama asli perempuan itu adalah Samantha Lewthwaite, seorang putri tentara Inggris dan janda pengebom bunuh diri, Germaine Lindsay. Lindsay meledakkan diri di kereta bawah tanah London pada 7 Juli 2005 yang menewaskan 26 orang.
Media melaporkan kalau janda yang berusia 29 tahun itu diduga merencanakan dan menjadi otak serangan-serangan di wilayah Afrika. Namun, bukti mengenai keterlibatan Lewthwaite dalam aksi terorisme itu masih relatif sedikit.
Mengenai keterlibatan Lewthwaite dalam serangan di mal Nairobi, Menteri Luar Negeri Kenya Amina Mohamed juga membenarkannya. “Seorang perempuan Inggris memang terlibat dalam serangan itu,” kata Amina Mohamed kepada stasiun televisi Amerika Serikat, PBS. “Saya pikir, dia (Lewthwaite) telah sering kali terlibat (serangan teror) sebelumnya,” imbuhnya.
Selain menuding keterlibatan Lewthwaite, Amina Mohamed, juga mengungkapkan ada dua atau tiga warga Amerika Serikat (AS) yang bergabung dengan para gerilyawan dalam serangan teror tersebut. “Warga AS itu pria muda, berusia sekitar 18 dan 19 tahun,” kata Amina Mohamed. Dia menambahkan kalau warga AS itu berasal dari Somalia atau Arab yang tinggal di Minnesota atau lokasi lainnya.
Kementerian Luar Negeri Inggris masih memantau perkembangan yang terjadi. Mereka juga mengetahui komentar Amina Mohamed mengenai keterlibatan Lewthwaite dalam aksi serangan teror tersebut. “Kita masih melanjutkan komunikasi dengan otoritas Kenya dan mendukung investigasi atas serangan tersebut,” kata seorang juru bicara Kemlu Inggris.
Sementara itu, sumber keamanan Inggris kemarin menegaskankan kemungkinan keterlibatan “janda putih” dalam penyerangan pusat perbelanjaan di Nairobi. “Itu memungkinkan. Tapi itu belum pasti atau belum disimpulkan sekarang,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya kepada Reuters. Selama ini Lewthwaite dikabarkan telah meninggalkan Inggris sejak beberapa tahun lalu.
AS juga masih memantau mengenai informasi keterlibatan warganya dalam serangan di Nairobi. “Kita masih memonitor dengan hati-hati mengenai upaya al-Shabab merekrut warga AS untuk datang ke Somalia,” kata penasehat keamanan nasional Gedung Putih, Ben Rhodes.
Namun demikian, Menteri Dalam Negeri Kenya, Joseph Ole Lenku, membantah keterlibatan gerilyawan perempuan dalam serangan tersebut. Dia hanya menjelaskan kalau beberapa gerilyawan pria memang mengenakan baju seperti perempuan.
Pada 2011, Polisi Kenya merilis daftar buronan termasuk Lewthwaite yang menggunakan paspor palsu Afrika Selatan bernama Natalie Faye Webb. Harian Daily Nation berbasis di Nairobi mengutip sumber pejabat keamanan yang menyatakan kalau banyak gerilyawan di sepanjang pantai Kenya menyebut Lewthwaite dengan julukan “Dada Muzungu” atau ‘saudara perempuan putih dalam bahasa Swahili.
“Polisi telah menerima ratusan telepon yang menawarkan banyak petunjuk tentang Lewthwaite. Polisi juga telah mewawancarai puluhan orang yang mengaku bertemu dengan buronan itu,” demikian ditulis The Standard. “Namun, hanya beberapa orang yang diinterograsi kalau mereka bertemu langsung dengan Lewthwaite,” imbuh harian yang berbasis di Nairobi.
Sementara itu dalam perkembangan penyanderaan, Pemerintah Kenya kemarin menegaskan mereka tahap akhir untuk menghentikan aksi para gerilyawan al-Shabab. Suara tembakan dan ledakan masih terdengar dari pusat perbelanjaan di Nairobi, ketika tentara melakukan upaya pembebasan sandera. Tentara terus melakukan penyisiran di tiap lantap gedung mal, untuk mencari para penyandera. Upaya penyerangan pasukan Kenya kemarin berhasil menewaskan lebih dari lima gerilyawan.
“Teroris dapat berlari dan bersembunyi di sejumlah toko, tetapi seluruh lantai telah berada dalam kontrol kami,” kata Menteri Dalam Negeri Kenya, Joseph Ole Lenku dikutip BBC.
“Tidak ada ruang untuk melarikan diri.” Lenku menegaskan kalau tidak mungkin lagi ada orang yang disandera yang masih berada dalam komplek pusat perbelanjaan.
Presiden Kenya, Uhuru Kenyatta, telah berjanji untuk tetap menundukkan para gerilyawan. Helikopter militer masih berputar-putar di sekitar pusat perbelanjaan. Pasukan keamanan juga telah mengepung lokasi penyanderaan tersebut. (andika hendra m)
Komentar