Iran-AS Gelar Perundingan Nuklir
NEW YORK – Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, dan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), John Kerry, akan menggelar perundingan untuk pertama kalinya membahas nuklir pada Kamis (26/9) mendatang.
Pertemuan itu sebagai terobosan diplomatik diantara dua negara yang bermusuhan tersebut. Pertemuan tingkat tinggi antara pejabat AS dan Iran itu sangat jarang terjadi sejak Revolusi Iran pada 1979. Pertemuan antara Zarif dan Kerry juga akan menjadi pertemuan pertama bagi AS dan Iran di level tinggi sejak 30 tahun terakhir.
Menurut pejabat AS, selain pertemuan antara Kerry dan Zarif, menteri luar negeri dari Inggris, China, Prancis, jerman dan Rusia juga akan bergabung dalam pertemuan tersebut. Namun tidak diungkapkan oleh Gedung Putih mengenai kemungkinan pertemuan antara Presiden Barack Obama dan Presiden Iran, Hassan Rouhani, di sela-sela Sidang Umum PBB pada pekan ini.
“Perundingan itu akan memberikan para menteri kita mengenai tingkat keseriusan (Iran) dan apakah mereka datang dengan proposal baru yang nyata? Apakah ini sesungguhnya suatu hal ofensif yang memiliki subtansi,” kata pejabat senior Kemlu AS dikutip AFP.
Pejabat Kemlu AS yang tidak disebutkan namanya itu, memperingatkan bahwa tak seorang pun harus memiliki harapan bahwa kita akan menyelesaikan masalah yang terjadi puluhan tahun ini lewat sebuah pertemuan. Pertemuan antara Zarif dan Kerry itu setelah Iran meminta keringanan sanksi internasional atas pengayaan uranium.
Zarif yang pernah menempuh pendidikan di AS itu juga telah mengkonfirmasi mengenai pertemuan dengan Kerry dan menlu lainnya. Dia mengatakan kepada kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, kalau keinginan politik Iran sebagai kerangka konseptual yang hendak mencari solusi dan menjamin hak-hak rakyat Iran dan mencabut sanksi-sanksi. “Itu sebagai bukti dari pertemuan dengan Ashton dan dia memandangnya sebagai hal yang positif,” kata Zarif pada akun Facebook-nya.
Sementara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan Zarif yang juga menjadi pemimpin negosiator nuklir, pekan ini akan bertemu dengan anggota Dewan Keamanan PBB, yaitu Inggris, Cina, Prancis, Rusia dan Amerika Serikat - serta ditambah Jerman. “Kami melakukan diskusi yang baik dan konstruktif,” kata Ashton setelah berbicara kepada Zarif pada Senin (23/09).
Ashton mengatakan bahwa ia dikejutkan oleh “energi dan tekad” yang dia lihat dari Iran menjelang pertemuan pekan ini. “Ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” katanya.
Sebelumnya, Rouhani mengungkapkan bahwa Iran “tidak pernah” membuat bom nuklir. Sejak dilantik, Rouhani tengah menekankan pentingya perundingan yang “serius dan subtansif” tentang program nuklir Teheran dengan masyarakat internasional. Tapi, AS dan sekutunya tetap percaya kalau Teheran memiliki kemampuan produksi senjata nuklir. Mereka juga masih menunggu sinyal kalau Rouhani memang serius dalam memperbaiki hubungan.
Pada pekan lalu, Rouhani menegaskan bahwa pihaknya tidak akan pernah membuat senjata nuklir. Dalam sebuah wawancara dengan penyiar NBC di Amerika Serikat, Rouhani menekankan bahwa dia memiliki kewenangan penuh untuk bernegosiasi dengan Barat atas program pengayaan uranium Tehran. Dan ia menggambarkan sebuah surat terakhir yang dikirim kepadanya oleh Presiden AS Barack Obama sebagai sesuatu “positif dan konstruktif.”
Zarif juga telah bertemu dengan Menlu Inggris William Hague. Hague mengungkapkan kalau Iran harus melakukan langkah nyata untuk mendukung seruan Rouhani. “Kita siap untuk merespon dengan berbagai cara,” terangnya. Inggris sebenarnya telah membekukan hubungan dengan Iran setelah Kedutaan Besar Inggris di Teheran diserang pada 2011 lalu. “Inggris tidak menginginkan hubungan yang konfrontatif dengan Iran, tetapi menginginkan hubungan yang lebih baik,” jelas Hague.
Iran saat ini berada di bawah sanksi PBB dan Barat atas program nuklirnya yang kontroversial. Teheran mengatakan pihaknya memperkaya uranium untuk tujuan damai tetapi AS dan sekutunya mencurigai pemimpin Iran berusaha membangun senjata nuklir. (andika hendra m)
Komentar