Filipina Selatan Makin Memanas

ZAMBOANGA – Gerilyawan Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF) kemarin memanfaatkan lebih dari 200 warga sipil sebagai tameng hidup saat bentrok dengan pasukan Filipina dan telah menewaskan sedikitnya 4 orang. Situasi pun semakin memanas seiring dengan meningkatnya intensitas baku tembak di kota Zamboanga dalam konfrontasi yang memasuki hari kedua. “Pasukan keamanan berusaha menstabilisasi situasi. Itu dilakukan untuk menahan dan mengisolasi agar tidak menyebar ke wilayah lain,” kata Menteri Dalam Negeri Mar Roxas dikutip AFP. Aparat keamanan juga sedang mencoba negoisasi dengan aparat keamanan. Dia menambahkan sekitar 180 penduduk digunakan sebagai “tameng manusia” di enam desa di mana para gerilyawan beraksi. Roxas memastikan pasukan enam desa tersebut telah dikepung aparat keamanan. Pemerinah Filipina menganggap para penduduk desa itu sebagai “sandera”. Para sandera itu akan dibebaskan jika mereka meninggalkan wilayah tersebut. “Yang terjadi bukan penyanderaan, tetap lebih penggunaan tameng manusia oleh gerilyawan MNLF. Para sandera bebas untuk masuk dan keluar, mereka tidak diikat atau ditahan,” katanya. Roxas menegaskan jumlah korban tewas sementara mencapai empat orang dan 14 orang lainnya terluka. Padahal, pada Senin lalu, Walikota Zamboanga, Maria Isabelle Climaco Salazar, menyebutkan jumlah korban tewas enam orang dan 24 orang terluka. Seorang juru bicara kelompok Moro mengatakan kepada surat kabar Daily Inquirer di Filipina bahwa kelompok itu menahan 35 sandera. “Kami tahan mereka di pinggir jalan sehingga tentara tidak akan menembak ketika melihat kami,” katanya.Namun, Walikota Zamboanga Isabelle Climaco-Salazar mengatakan kepada penyiar ABS-CBN pada Selasa pagi bahwa sekitar 170 warga sipil masih ditahan. Presiden Filipina Benigno Aquino menolak untuk memberikan tenggat waktu dalam penyelesaian krisis. “Kita tidak memberikan tenggat waktu ketika kita ingin menjamin bahwa tidak ada warga sipil yang terluka atau pun tewas,” kata Aquino. Seperti disebutkan juru bicara militer Letnan Kolonel Ramon Zagala mengestimasi kekuatan gerilyawan yang menyerbu Zamboanga berjumlah 180 gerilyawan. Mereka menggunakan senapan laras panjang dan mortir. Militer telah menerjunkan 1.500 pasukan elit dan didukung sejumlah polisi untuk menghadapi gerilyawan MNLF. Kemudian, Juru Bicara MNLF, Emmanuel Fontanilla, mengungkapkan para gerilyawan sedang mencoba untuk membuat terobosan. “Pasukan kita akan tetap bertahan di mana mereka berada. Mereka dalam posisi bertahan,” kata Fontanilla. Kelompok bersenjata yang dipimpin pendiri MNLF, Nur Misuari, mendarat di Zamboanga dengan menggunakan perahu pada Senin lalu. Aksi mereka menyebabkan kepanikan di kota yang berpenduduk satu juta orang itu. Misuari sendiri belum dapat dihubungi untuk dimintai konfirmasinya. MNLF menandatangani perjanjian perdamaian 1996 dengan pemerintah, tetapi ratusan pejuangnya masih memiliki senjata. Mereka juga menuduh pemerintah melanggar janji mereka untuk membentuk daerah khusus otonomi. Aksi serangan ke Zamboanga itu dianggap sebagai sikap kekecewaan MNLF terhadap Pemerintah Filipina. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford