Serangan Senjata Kimia Tewaskn 650 Orang

DAMASKUS – Kubu oposisi Koalisi Nasional Suriah (SNC) mengklaim 650 orang tewas akibat serangan pasukan pemerintah yang menggunakan senjata kimia. Mereka pun meminta komunitas internasional untuk turun tangan. Ketua SNC, Ahmed al-Jarba, meminta Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menggelar rapat sesegara mungkin. Dia memaparkan kalau pengeboman di wilayah Ghouta di pinggiran Damaskus sebagai pembunuhan massal. “”Komisi penyidik PBB harus mengunjungi lokasi serangan senjata kimia,” kata Jarba kepada stasiun televisi Al-Arabiya. Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) menyebutkan sedikitnya 100 orang tewas dalam sebuah serangan. Namun, mereka tidak menyebutkan penggunaan senjata kimia dalam konflik yang telah berlangsung selama 29 tahun. “Jumlah korban akan terus meningkat. Penyerangan dan pengeboman terus berlanjut,” demikian keterangan SOHR. Sekjend PBB Ban Ki-moon bersikeras kalau para pengawas harus mendapatkan jaminan untuk masuk ke wilayah yang diduga sebagai lokasi serangan senjata kimia. Para pengawas itu diperkirakan akan mengunjungi tiga lokasi, termasuk Khan al-Assal di dekat Aleppo. Mereka dijadwalkan berada di Suriah selama 14 hari dan ada kemungkinan perpanjangan misi. Sementara itu, Liga Arab kemarin menyerukan para pengawas senjata kimia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyelidiki lokasi serangan senjata kimia di luar Damaskus. Ketua Liga Arab, Nabil al-Arabi, meminta para pengawas untuk pergi ke Eastern Ghouta untuk melihat realitas situasi dan menyelidiki kejahatan. Para aktivis menuding pasukan Suriah kemarin menembakkan senjata yang mengandung gas syaraf. Serangan roket yang mengandung bahan kimia itu menghantam wilayah pinggiran Damaskus, seperti Ain Tarma, Zamalka and Jobar. Serangan itu terjadi setelah fajar menyingsing. Seorang perawat di fasilitas perawatan kesehatan di Douma, Bayan Baker, mengungkapkan sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak. “Mereka mengalami gangguan mata yang melebar, kondisi bandannya dingin dan busa yang keluar dari mulut mereka. Menurut para dokter menjelaskan gejala itu seperti korban gas syaraf,” katanya. Dia menambahkan kalau jumlah korban tewas yang ada di rumah sakitnya mencapai 213. Dalam gambar video amatir dan foto-foto menunjukkan sebagian korban tewas adalah anak-anak di rumah sakit. Sebagian jenazah tidak menunjukkan adanya luka serius yang terlihat seperti tembakan atau ledakan bom. Banyak jenazah yang telah dibungkus dalam kantung jenazah. Sebagian lagi jenazah hanya tergeletak di lorong rumah sakit. Sedangkan Khaled Omar dari kubu oposisi Dewan Lokal di Ain Tarma, mengungkapkan sedikitnya 80 jenazah di rumah sakit Hajjah. “Serangan terjadi sekitar pukul 03:00 pagi. Sebagian korban tewas saat berada di rumah mereka,” kata Omar dikutip Reuters. Kemudian, jaringan aktivis yang tergabung dalam Komite Koordinasi Lokal (LCC), menyebutkan korban tewas akibat serangan gas beracun paling banak di wilayah Ghouta barat. “Gas beracun itu mengakibatkan anak-anak meninggal karena tidak dapat bernafas,” demikian keterangan LCC. Dalam video yang diunggal di YouTube oleh Komisi Jenderal Revolusi Suriah (SRGC) menunjukkan pembunuhan yang mengerikan dilakukan pasukan pemerintah menggunakan gas beracun. “Wilayah Ghouta timur juga dihujan mortir dari pesawat setelah serangan senjata kimia,” demikian laporan SRGC. Sementara itu, Otoritas Suriah langsung membantah jika militer menggunakan senjata kimia. Damaskus menjelaskan kalau laporan itu bertujuan untuk mengganggu misi pengawas PBB. “Tidak ada kebenaran mengenai laporan itu,” kata seorang sumber pemerintahan Suriah kepada stasiun televisi milik pemerintah. Hal senada dilaporkan kantor berita Suriah, SANA. “Laporan penggunaan senjata kimia di Ghouta benar-benar kebohongan,” demikian dilaporkan SANA. Harian Al-Watan juga melaporkan Pemerintah Suriah berjanji untuk bekerjasama dan memfasilitasi tim pengawas bahan kimia PBB untuk melaksanakan misinya. Suriah merupakan salah satu negara yang tidak mengikuti pakta internasional dalam pelarangan senjata kimia. Negara-negara Barat menuding kalau Suriah memiliki gas sarin dan gas syaraf. Para pejabat pemerintahan Presiden Bashar al-Assad telah berulang kali menegaskan kalau mereka tidak akan menggunakan gas beracun ketika melawan pemberontak. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford