PBB Halangi Serangan ke Suriah
JENEWA — Utusan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) dan Liga Arab, Lakhdar Brahimi, kemarin menghalangi upaya Amerika Serikat (AS) dan sekutunya untuk menyerang Suriah dalam waktu dekat.
Brahimi menegaskan bahwa serangan militer untuk merespons senjata kimia di Suriah harus disetujui oleh Dewan Keamanan PBB. “Saya pikir hukum internasional sangat jelas mengenai hal ini. Hukum internasional menyebutkan bahwa serangan militer harus dilaksanakan setelah keputusan Dewan Keamanan,” papar Brahimi di Jenewa.
Brahimi mengungkapkan, dia mengetahui Presiden AS Barack Obama dan pemerintahan Amerika tidak dikenal sebagai pemicu kebahagiaan. “Apa yang diputuskan mereka, saya tidak mengetahuinya. Tapi yakin bahwa hukum internasional sangat jelas,” ungkap Brahimi yang dikutip Reuters.
Sangat mustahil bagi AS dan sekutunya untuk mendapatkan dukungan sepenuhnya di Dewan Keamanan PBB. Rusia akan menghalangi upaya itu dengan meluncurkan hak veto mereka. Apalagi, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon kemarin menyerukan agar Dewan Keamanan yang terpecah bersatu untuk membawa perdamaian ke Suriah. “Dewan Keamanan harus menggunakan otoritasnya demi perdamaian,” ujar Ban.
Mantan Menteri Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) itu menambahkan, kalau rakyat Suriah membutuhkan solusi, bukan hanya diam. Padahal, AS dan sekutunya kemarin memastikan memilih opsi serangan militer ke Suriah atas terbuktinya penggunaan senjata kimia. Kepastian serangan militer itu diungkapkan pertama kali oleh Wakil Presiden AS Joe Biden.
Padahal, AS tahu dengan siapa mereka akan berhadapan, Suriah yang didukung penuh Iran dan Rusia. Tapi, AS sudah mengonsolidasikan segala bentuk upaya dan persiapan dalam melakukan serangan militer ke Suriah. “Presiden dan saya percaya siapa yang menggunakan senjata kimia terhadap pria, wanita, dan anak-anak tak bersalah harus diminta pertanggungjawabannya,” papar Biden, menanggapi serangan senjata kimia pada 21 Agustus silam, “tidak ada keraguan mengenai siapa yang bertanggung jawab atas penggunaan senjata kimia itu adalah Pemerintah Suriah.”
Inggris memastikan akan bergabung dengan AS untuk melaksanakan serangan ke Damaskus. Perdana Menteri (PM) Inggris David Cameron mengungkapkan London dan sekutu telah mempertimbangkan aksi militer untuk menghancurkan senjata kimia di Suriah. Kemarin Inggris telah menyerahkan draf resolusi Suriah ke PBB. Sementara Presiden Prancis Francois Hollande juga menyatakan kesiapannya untuk melaksanakan serangan ke Suriah.
Kapan serangan ke Suriah akan dilaksanakan? Pejabat senior AS mengatakan kepada NBC bahwa kemungkinan serangan ke Suriah akan dilaksanakan paling cepat pada Kamis (hari ini). Tapi, AS mengesampingkan melakukan serangan sepihak terhadap Rusia. “Tindakan militer apa pun tidak akan dilakukan secara sepihak. Itu akan melibatkan mitra internasional,” ucap seorang pejabat senior pemerintahan AS yang dikutip AFP.
Atas kepastian upaya militer serangan ke Damaskus, Suriah memastikan akan membela diri. “Kami punya dua opsi: menyerah atau membela diri,” kata Menteri Luar Negeri Suriah Walid Muallem, “pilihan kedua yang terbaik.” Kepercayaan diri Suriah kian meningkat karena mendapatkan dukungan penuh dari Rusia dan China.Apalagi, konflik yang melibatkan dunia internasional itu dipastikan akan memicu biaya ekonomi yang besar, harga minyak naik, dan pasar saham global pun di tengah ketidakpastian.
Sementara itu, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei kemarin memperingatkan intervensi militer AS terhadap Suriah akan mengakibatkan “bencana” bagi kawasan Timur Tengah. “Kawasan ini seperti gudang bubuk senjata. Masa depannya tidak dapat diprediksi dalam kaitannya dengan serangan militer melawan Suriah,” papar Khamenei. Iran sebagai sekutu utama Suriah memang sangat vokal dalam menentang rencana serangan ke Suriah terkait dugaan penggunaan senjata kimia.
Seperti Iran, Rusia juga mengancam AS dan sekutunya. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menghubungi utusan PBB dan Liga Arab Lakhdar Brahimi. Mereka mendiskusikan solusi diplomatik dalam penyelesaian solusi Suriah. “Brahimi dan Lavrov sepakat agar semua pihak tidak mengulangi kesalahan masa lalu,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Rusia.
Lavrov juga menghubungi Menteri Luar Negeri AS John Kerry yang menegaskan, Moskow menolak klaim Washington bahwa Damaskus menggunakan senjata kimia. “Moskow meminta pertukaran informasi yang substantif dan objektif mengenai bukti serangan kimia di Suriah,” demikian penjelasan Moskow. andika hendra m
http://www.koran-sindo.com/node/326071
Komentar