Mesir Normal, Loyalis Mursi Ancam Demo

KAIRO – Mesir kemarin berangsur- angsur normal. Warga Mesir kembali melakukan rutinitasnya meskipun kubu pendukung mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi kembali mengancam akan menggelar aksi demonstrasi. Militer masih menutup beberapa jalan utama dan memberlakukan jam malam. Tapi, kantor bank dan bursa saham telah dibuka kembali untuk pertama kalinya setelah menutup kegiatannya sejak Rabu (14/8) lalu. Pusat perkantoran juga kembali beroperasi. Pusat perbelanjaan juga mulai dipadati warga. Kembali normalnya situasi itu setelah empat hari terjadi kerusuhan antara aparat keamanan dan ribuan pendukung Mursi yang menewaskan lebih dari 750 orang di seluruh penjuru Mesir. Pada kerusuhan Jumat(16/8) dan Sabtu (17/8) lalu saja menewaskan 173 orang. Dalam perhitungan AFP, lebih dari 1.000 orang tewas sejak demonstrasi melawan Mursi akhir Juni lalu. Perlawanan dari kubu Ikhwanul Muslim sebagai pendukung utama Mursi terus berlanjut. Aliansi Antikudeta kemarin mengumumkan demonstrasi baru yang digelar setelah salat magrib. Lokasi demonstrasi akan difokuskan di Kairo timur dan selatan. Sabtu lalu pasukan keamanan Mesir berhasil menyerbu masuk dan membersihkan Majid al-Fath yang dipakai sebagai tempat berlindung peserta aksi demonstrasi pendukung Ikhwanul Muslimin. Seluruh pemrotes telah digelandang keluar masjid dan banyak di antara mereka ditahan. Dalam operasi pembersihan Masjid al-Fath, banyak kerumunan warga Mesir yang marah dan memaki-maki para pendukung Mursi yang ditangkap polisi. Kementerian Dalam Negeri menyebutkan 385 orang yang berada di dalam masjid telah ditangkap. Masjid al-Fath menjadi lokasi kerusuhan dan baku tembak antara loyalis Mursi dan aparat keamanan. Pendukung Mursi berkilah bahwa masjid itu dijadikan lokasi untuk merawat korban luka serta menyalatkan jenazah kawan mereka yang menjadi korban dalam bentrokan Jumat sebelumnya. Pemerintah Mesir membela diri atas kerusuhan itu. ”Kita telah melakukan langkah-langkah untuk menghadapi teror terhadap rakyat Mesir,” kata Menteri Luar Negeri Mesir Nabil Fahmy kepada Der Spiegel. Dia menjamin pemerintahan Mesir tidak lepas dari jalur demokrasi meski terjadi kerusuhan. Namun, Uni Eropa kemarin telah mengeluarkan ancaman untuk meninjau kembali kerja sama dengan militer dan Pemerintah Mesir jika kerusuhan terus berlanjut. ”Dalam beberapa hari mendatang Uni Eropa akan mengkaji hubungan dengan Mesir,” kata pemimpin Uni Eropa, Herman Van Rompuy dan Jose Manuel Barroso. Sementara itu, kabinet yang dipimpin Perdana Menteri (PM) Sementara Mesir Hazem el-Beblawi kemarin menggelar rapat darurat. Salah satu topik dalam rapat itu solusi mengakhiri krisis politik di Negeri Piramida itu. Rapat diwarnai perdebatan mengenai nasib masa depan Ikhwanul Muslimin dan sayap politiknya. El-Beblawi mengajukan usulan untuk pembubaran Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan yang telah berusia 85 tahun itu. Usulan El-Beblawi itu akan memaksa organisasi itu kembali menjadi gerakan bawah tanah. ”Tidak ada rekonsiliasi dengan mereka yang berlumuran darah dan selalu memegang senjata untuk melawan negara dan institusinya,” kata El-Beblawi, dikutip Reuters. andika hendra m http://koran-sindo.com/node/323187

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford