Keluar dari Penjara, Mubarak Jalani Tahanan Rumah
KAIRO – Mantan diktator Mesir Husni Mubarak kemarin meninggalkan penjara setelah perintah pengadilan mengabulkan pembebasannya. Namun, bukannya dapat bebas, mantan presiden yang berkuasa lebih dari 30 tahun itu harus menjalani tahanan rumah.
Belum jelas di mana Mubarak akan tinggal setelah dibebaskan dari penjara. Namun, media pemerintah menyebutkan dua rumah sakit militer menjadi alternatif bagi lokasi tinggal Mubarak yang menderita sakit.
Ketika pengadilan memutuskan Mubarak dapat dibebaskan, maka Pemerintah Mesir langsung mengumumkan permbelakuan tahanan rumah. Perdana Menteri (PM) sementara Mesir, Hazem el-Beblawi, yang menjadi sebagai deputi penguasa militer, memerintahkan agar Mubarak tetap ditahan. “Dalam kerangka undang-undang darurat, deputi penguasa militer memerintahkan Mubarak untuk menjalani tahanan rumah,” demikian keterangan kabinet pemerintahan PM Beblawi.
Kantor berita Mesir, MENA, melaporkan penjelasan keputusan pengadilan kemarin disampaikan ke jaksa agung sebagai tindak lanjut kalau tidak dasar lagi mengenai kelanjutan penahanan Mubarak. “Setelah jaksa mengetahui dan tidak ada tuntutan yang diajukan, maka Mubarak resmi menjalani tahanan rumah,” demikian laporkan MENA.
Sementara itu, vonis terhadap Mubarak ini, menurut Jaksa Agung Ahmed el-Bahrawi, bersifat final. “Jaksa tak bisa mengajukan banding lagi,” kata Bahrawi dikutip Reuters. Menurut pengamat putusan serta pembebasan Mubarak ini, jika benar terjadi, akan bermakna simbolik dimana kubu militer membalik sejumlah perubahan penting pasca era reformasi Mesir 2011.
Padahal, Mubarak menghadapi serangkaian dakwaan antara lain terlibat pembunuhan para demonstran saat penggulingan kekuasaannya tahun 2011 dan menewaskan lebih dari 850 orang. Mubarak telah dijatuhi hukuman seumur hidup tahun lalu, namun sidang ulang kemudian digelar kembali setelah bandingnya dinyatakan diterima. Sidang ulang tersebut dimulai Mei lalu namun dalam statusnya kini Mubarak telah habis menjalani masa tahanan jelang sidangnya sehingga harus dibebaskan.
Sebagian rakyat Mesir mengaku senang dengan kabar pembebasan Mubarak. “Di bawah pemerintahan Mubarak, kita hidup tenang. Kini semua orang datang ke kita, penjahat dan semuanya,” kata Ibtisaam, 19. Dia mengatakan kalau Mubarak itu orang hebat dan tidak layak dipenjara.
Sementara itu, musuh utama Mubarak dan pemerintahan sipil Mesir, Ikhwanul Muslimin, kemarin menyerukan aksi demonstrasi “Jumat Syahid” untuk melawan kudeta. Seruan yang dikemukakan oleh Koalisi Nasional untuk Dukungan Legimitasi itu meminta pemulihan kembali posisi mantan Presiden Muhammad Mursi yang digulingkan milter pada 3 Juli lalu.
Sejauh ini, sedikitnya 900 orang tewas, termasuk 100 tentara dan polisi, dalam kerusuhan sejak pekan lalu. Militer Mesir kemarin juga menangkap juru bicara Ikhwanul Muslimin, Ahmad Arif. Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP) juga membenarkan pasukan kudeta menculik Ahmad Arif. “Pasukan Menteri Pertahanan Abd-al-Fattah al-Sisi "menyerbu kediaman Arif di Jalan Abbas al-Aqqad dan membawanya ke tempat yang tidak diketahui,” demikian keterangan FJP.
Sementara itu, sejak kerusuhan antara loyalis Mursi dan aparat keamanan, janggut menjadi hal yang sangat dihindari oleh pria Mesir. Pasalnya, pria berjanggut tebal diidentik dengan pendukung Mursi. “Saya berada di taksi menuju ke rumah duka membawa jenazah temanku yang meninggal saat demonstrasi. Kemudian ada sekelompok orang yang menghentikan taksi karena melihat saya berjenggot tebal. Memotong jenggot jadi salah satu cara untuk menyelamat hidupku,” kata Bard, 29, salah satu warga Mesir.
Pria berjenggot dan perempuan berjilbab besar serta bercadar menjadi karakteristik pendukung Mursi. Namun, perlawanan mereka telah ditenggelamkan oleh militer. Sebagian warga Mesir juga sudah bosan dengan aksi kekerasan dan mereka menginginkan perdamaian. “Orang yang memiliki jenggot dianggap sebagai anggota Ikhwanul Muslimin yang melakukan kekerasan,” kata May Moujib, profesor ilmu politik di Universitas Kairo. (andika hendra m)
Komentar