Loyalis Mursi Tolak Bubarkan Demonstrasi

KAIRO – Ribuan pendukung mantan Presiden Mesir Muhammad Mursi kemarin menolak untuk membubarkan diri sesuai dengan ancaman dari kubu militer dan pemerintahan sementara. Loyalis Mursi itu tetap menggelar aksi unjuk rasa di beberapa lokasi di Mesir. Para koordinator demonstran mengungkapkan kalau mereka tidak menyurutkan semangat dan menangguhkan tuntutan untuk mengembalikan posisi Mursi sebagai presiden yang resmi dipilih rakyat. Aksi itu sebagai kelanjutan demonstrasi apda Sabtu lalu (27/7) terjadi bentrokan berdarah antara menewaskan sedikitnya 78 orang versi BBC. Jumlah korban tewas memang masih simpang siur. Namun, AFP melaporkan 72 orang tewas dalam kerusuhan Sabtu lalu di Kairo dan delapan orang di Alexandria pada sehari sebelumnya. Juru Ikhwanul Muslimin, Gehad el-Haddad, mengatakan ratusan atau bahkan ribuan laki-laki, perempuan dan anak-anak terlibat dalam aksi protes damai sekitar Masjid Rabaa al-Adawia. Para demonstran akan terus berunjuk rasa hingga tuntutan mereka dipenuhi. “Apa pun yang terjadi pada presiden, kami akan tetap melanjutkan aksi protes. Jumlah kami bertambah tiap hari. Warga negara telah mengetahui siapa tiraninya serta apa bahaya kudeta militer dalam jangka panjang,” katanya kepada BBC. “Mungkin butuh waktu berminggu-minggu, berbulan-bulan, lebih dari setahun - kami akan bertahan,” imbuhnya. Haddad menambahkan ada tiga kelompok pelaku aksi kekerasan yakni preman berpakaian buruk, polisi yang mengenakan tiga seragam berbeda serta polisi berbaju sipil. Dia juga menuding Menteri Pertahanan Mesir Jenderal Abdel Fattah al-Sisi telah memberikan perintah untuk membunuh para pengunjuk rasa. Pada Sabtu malam (27/7) waktu setempat, sejumlah pemimpin Ikhawanul Muslimin orasi berapi-api untuk menaikkan moral peserta aksi. Abu Khadra mengungkapkan polisi dan tentara merasa terancam oleh aksi duduk ini. “Karena itulah militer menembaki para demonstran,” kata Khadra. Sebelumnya, Menteri Dalam Negeri Mohammed Ibrahim telah memperingatkan para peserta aksi protes ini akan segera dibubarkan. “Para demonstran harus berpikir logis dan pulang ke rumah,” sindir Ibrahim. Dia menambahkan kalau banyak warga di dekat komplek masjid tempat aksi berlangsung itu sudah menyampaikan gugatan keberatan. “Itu akan merupakan alasan yang diklaim sah untuk melakukan aksi pembubaran paksa,” paparnya. Ibrahim juga membantah kalau polisi dan militer menembaki para demonstran. Aparat keamanan hanya menembaki demonstran dengan gas air mata untuk memisahkan antara pendukung Mursi dan kelompok penentang Mursi. “Insya Allah, kita berharap akan menyelesaikan masalah dengan loyalis Mursi,” kata Ibrahim. Hal senada diungkapkan Wakil Presiden Mesir, Mohamed ElBaradei yang mengatakan pemerintah tidak menggunakan kekuatan yang berlebihan dalam penanganan unjuk rasa. Sementara itu, Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) telah menghubungi Jenderal Abdel Fattah al-Sisi yang memimpin kudeta Mursi pada 3 Juli lalu. Menteri Luar Negeri John Kerry juga telah berbicara langsung dengan dua pejabat senior militer di kabinet pemerintahan sementara. “Ini merupakan masa kritis bagi Mesir,” kata Kerry dikutip Reuters. “AS menyerukan para pemimpin Mesir untuk mampu melintasi spektrum politik dan bertindak secepatnya agar mencegah negara mereka kembali dari tepi jurang.” Kecaman terhadap militer dan polisi Mesir juga datang dari Human Rights Watch (HRW). Direktur HRW Timur Tengah dan Afrika Utara, Nadim Houry, menjelaskan kematian para loyalis Mursi itu sepertinya disengaja. “Sangat tidak mungkin membayangkan banyaknya pembunuhan tanpa niat untuk membunuh,” kata Houry. Perdana Menteri (PM) Turki, Recep Tayyip Erdogan, yang dikenal sebagai pendukung utama Mursi, menggambar aksi militer Mesir itu sebagai pembunuhan massal. Uni Eropa juga menyangkan terjadi aksi kekerasan tersebut. Keterkaitan aksi pembunuhan massal loyalis Mursi itu terjadi setelah seruan demonstrasi dari Militer untuk meminta rakyat Mesir menggelar aksi demonstrasi untuk mendukung pemberantasan “terorisme”. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford