Bom Meledak di Mesir, 1 Tewas
KAIRO – Mesir kembali memanas dengan ledakan bom kemarin di sebuah kantor polisi di kota Delta Nil yang menewaskan satu orang dan melukai 28 orang lainnya. Ledakan bom itu semakin memperparah kondisi Mesir pasca-kudeta yang menggulingkan mantan Presiden Presiden Mesir, Muhammad Mursi.
Mohamed Sultan, Deputi Kepala Badan Darurat, mengungkapkan ledakan itu terjadi pada kemarin pagi di luar kantor polisi di kota Mansura, di Provinsi Dahqaliya. “28 orang terluka dan satu meninggal dunia. Korban meninggal dunia adalah seorang polisi,” kata Sultan dikutip AFP. Belum jelas pihak yang melemparkan bom dari sebuah mobil yang melalui jalanan di Mansoura.
Ledakan tersebut terjadi setelah kisruh antara pendukung dan anti-Mursi yang menewaskan sedikitnya 13 orang sejak Senin (22/7). Ketegangan semakin memuncak setelah para pendukung Mursi turun ke jalanan menuntut penolakan kudeta. Sebanyak 170 orang telah meninggal dunia sejak kerusuhan yang berlangsung pada akhir Juni lalu.
Sementara itu, dua pendukung Mursi kemarin tewas ditembak aparat keamanan saat menggelar aksi demonstrasi. Ikhawanul Muslimin (IM/Persaudaraan Muslim) menuding polisi yang mengenakan pakaian sipil menembaki para demonstran sehingga mengakibatkan dua orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Namun, aparat keamanan menyebutkan hanya satu korban tewas dari kubu Mursi.
AL Jazeera melaporkan para demonstran ditembaki oleh pria bersenjata. Aksi penembakan brutal tersebut memiju tumbuhkan sikap permusuhan terhadap demonstran pro-Mursi.
Presiden sementara Mesir, Adli Mansour kemarin memulai rekonsiliasi nasional, meskipun IM telah memboikot seruan tersebut. Mantan kandidat presiden, Abdel Moneim Aboul Fotouh yang berafiliasi dengan IM, menyerukan penolakan rekonsiliasi tersebut. “Pemerintahan kudeta militer gagal menghentikan kekerasan berdarah dan menangkap puluhan demonstran setiap hari,” kata Fotouh. Sementara seorang pejabat senior partai Salafi, Al-Nour, mengungkapkan mereka tidak akan menghadiri dialog rekonsiliasi tersebut.
Dalam jajak pendapat Pusat Penelitian Opini Publik Mesir atau Baseera menyebutkan 71% rakyat Mesir tidak simpatik dengan demonstran pro-Mursi. Mereka menganggap kalau demonstrasi hanya akan mengganggu jalanannya pemerintahan sementara Mesir. Sebaiknya, para demonstran kembali ke rumah dan melanjutkan aktivitas sehingga tatanan sosial kembali berjalan normal.
Selain itu, dalam jajak pendapat tersebut menyebutkan 44% warga Mesir tidak mengetahui nama presiden Mesir, dan 66% tidak mengetahui siapa nama Perdana Menteri (PM). Hanya 25% responden yang mendukung pemilihan Hazem El-Beblawi sebagai PM dan 6% tidak sepakat dengan pilihan tersebut. Kemudian, 27% responden memandang mantan pemimpin Front Penyelamat Nasional (NSF).
Sementara itu, Qatar, salah satu pendukung Arab Spring dan pendukung IM, bergabung dengan komunitas internasional yang menyerukan pembebasan mantan presiden Mursi dari tahanan. “Sangat mengejutkan ketika penahanan Mursi yang mengancam pencapaian yang telah dibuatnya pada revolusi 25 Januari 2011,” demikian keterangan Kementerian Luar Negeri Qatar. Qatar ketika Mursi berkuasa memberikan dukungan politik dan keuangan bagi Pemerintahan Mursi.
Pejabat Kementerian Luar Negeri Qatar yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan solusi politik berdasarkan dialog nasional harus menyelesaikan krisis politik di Mesir. “Tapi, itu tidak dapat dicapai tanpa kehadiran salah satu partai dalam dialog dan penangkapan simbol atau pemimpinnya,” kata pejabat tersebut.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS), Jerman, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa menyerukan pembebasan Mursi. Yang paling keras menuntut pembebasan Mursi adalah Uni Eropa. Mereka bahkan meminta para pendukung Mursi juga sebaiknya dibebaskan. (andika hendra m)
Komentar