Bentrok di Mesir, 10 Tewas

KAIRO – 10 orang tewas kemarin ketika para demonstran pro-mantan presiden Muhammad Mursi kemarin bentrok dengan kubu anti-Mursi. Kerusuhan pecah pada Senin malam (22/7) dan berlangsung hingga kemarin pagi. Bentrokan itu pecah saat para loyalis Mursi menuntut pemimpin baru Mesir untuk untuk membebaskan Mursi dari tahanan. Kerusuhan itu hanya berlangsung satu hari setelah keluarga Mursi menuntut militer atas kasus penculikan dan penggulingan kekuasaan. Media Pemerintah Mesir Al-Ahram mengungkapkan sedikitnya enam orang tewas pada kemarin pagi ketika warga anti-Mursi menyerang para loyalis Mursi yang menggelar aksi demonstrasi damai di Universitas Kairo. Kerusuhan kemarin itu terjadi setelah para pendukung Mursi menggelar aksi demonstrasi di Kedutaan Besar AS dan terjadi bentrok dengan kubu anti-Mursi di dekat Lapangan Tahrir yang mengakibatkan satu orang tewas. Selanjutnya, di Qalyub, Kairo utara, kerusuhan antara pendukung dan penentang Mursi terjadi menewaskan tiga orang, salah seorang diantaranya tewas karena tertabrak kereta setelah berusaha melarikan diri dari kerusuhan. Jumlah total korban tewas mencapai 10 orang saat kerusuhan sejak Senin malam hingga kemarin pagi. Kubu Ikhwanul Muslimin (IM/Persaudaraan Muslim) menjelaskan serangan itu terjadi saat para loyalis Mursi menggelar aksi demonstrasi damai menentang kudeta militer Mursi pada 3 Juli lalu. Mereka menyebutkan tujuh orang mati syahid dalam kerusuhan sepanjang Senin malam hingga kemarin pagi. Meski ada kerusuhan dan tekanan dari anti-Mursi, kubu IM tetap akan mempertahankan aksi unjuk rasa damai hingga Mursi diaktifkan kembali sebagai presiden. “Para pemimpin militer terus melakukan teror terhadap demonstran damai di Mesir,” demikian diungkapkan sayap politik IM, Partai Kebebasan dan Keadilan (FJP). Sementara itu, sumber polisi menegaskan para pendukung Mursi terlibat bentrok dengan masyarakat lokal, pedagang jalanan dan masyarakat di lokasi demonstrasi. Polisi menjelaskan aksi saling tembak dan lempar batu pun terjadi di antara dua kubu tersebut. Bahkan, beberapa penduduk yang berada di dekat lokasi aksi demonstrasi di kota Nasr, Kairo, telah mengajukan komplain dan laporan ke jaksa penuntut publik. Warga meminta agar pemerintah memindahkan para demonstran. Sumber keamanan menjelaskan kasus itu akan diajukan ke pengadilan dan menjadi dasar bagi militer untuk membubarkan aksi demonstrasi para loyalis Mursi. Sedikitnya 100 orang tewas dalam kerusuhan sejak militer menggulingkan Mursi dan mengganti dengan pemerintahan sipil yang dipimpin Presiden Adli Mansour. Seruan rekonsiliasi yang diajukan pemerintahan sipil seperti sia-sia. Ancaman perang sipil di Mesir pun ada di depan mata. “Halaman baru dalam buku sejarah bangsa harus dimulai tanpa kebencian dan konfrontasi,” kata Presiden Adli Mansour dalam pidatonya pada Senin malam. Sebelumnya pada Senin malam, keluarga Mursi akan menempuh upaya hukum terhadap militer yang telah “menculik” anggota keluarga mereka setelah digulingkan dengan kudeta. Putri Mursi, Shaimaa Mohamed Morsi, mengungkapkan keluarganya akan menuntut Panglima Militer Jenderal Abdel Fattah al-Sisi. Selain itu, mereka juga akan melakukan langkah hukum di luar Mesir.“Kita akan menempuh jalur hukum lokal dan internasional terhadap Sisi, pemimpin kudeta militer dan kelompok pendukungnya,” kata Shaimaa dikutip AFP. Putra Mursi, Osama mengungkapkan keluarga besarnya belum mendengarkan informasi mengenai keberadaan ayah mereka sejak kudeta terjadi. “Tidak ada satu pun dari kita yang telah mendapatkan kabar ayah kita sejak kudeta 3 Juli lalu,” katanya. Padahal, pemerintahan sementara Mesir hanya menjelaskan kalau Mursi berada di tempat yang aman. Bukan hanya keluarga besar Mursi yang menuntut pembebasan mantan presiden itu. Baik Amerika Serikat (AS), Jerman, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Uni Eropa telah menyerukan agar dia dibebaskan. “Suatu hal yang sangat penting bagi Mesir agar membebaskan semua tahanan politik, termasuk Mursi,” demikian keterangan resmi para menteri luar negeri Uni Eropa. Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia, Navi Pillay, telah memanggil Duta Besar Mesir untuk Jenewa mengenai penangkapan Mursi. Pillay juga meminta daftar orang yang ditangkap terkait dengan kudeta 3 Juli lalu. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford