Ribuan Warga Sipil Terjebak di Zona Perang
DAMASKUS - Palang Merah Internasional (ICRC) mengungkapkan 30 ribu warga sipil terjebak di kota Qusair yang dikepung oleh militer Suriah dan Hezbollah.
ICR meminta akses ke Qusair untuk bisa segera memberikan bantuan. Mereka juga mengatakan pertempuran antara kubu pemberontak dengan pemerintah Suriah telah membuat pasokan obat, makanan dan air menjadi langka. “Warga sipil dan mereka yang mengalami luka adalah kelompok paling beresiko jika pertempuran terus berlanjut,” kata Ketua Operasi ICRC di Suriah, Robert Mardini.
Hal senada juga diungkapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) meminta kepada dua kelompok yang bertikai untuk mengijinkan warga sipil di kota itu keluar. PBB mencatat sekitar 1.500 orang terluka dalam konflik di Qusair. “Semua pihak harus menghindari korban jiwa dari warga sipil,” juru bicara PBB Martin Nesirky. Sepertinya ICRC dan PBB sangat putus asa dalam menghadapi situasi yang terjadi saat ini di Qusair.
Kemudian, Rami Abdel Rahman, Direktur Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), Rahman juga mengungkapkan para pemberontak berjuang dengan segala cara yang mereka miliki. “Pasukan pemerintah telah memperkuat kota-kota di utara, seperti Dabaa dan Jawadiya,” katanya dikutip AFP.
Hal berbeda justru diungkapkan Rusia. Moskow mengkritisi sikap PBB yang tidak bersuara saat Qusair dikuasai oleh pemberontak. Qusair merupakan kota yang terletak sekitar 10 km dari perbatasan Libanon dan merupakan salah satu lokasi kunci dalam jalur penyaluran logistik maupun penyelundupan senjata ke Suriah. Kota ini juga terletak dekat dengan jalan utama yang menghubungan kota Homs dengan Damaskus.
Sementara dari Paris, Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, kemarin menyatakan konferensi perdamaian Suriah di Jenewa akan dilaksanakan pada Juli mendatang. Itu berarti lebih lambat dibandingkan perkiraan sebelumnya. “Jenewa-2 itu bagi saya itu konferensi terakhir. Saya pikir itu akan dilaksanakan pada Juli mendatang,” katanya dikutip AFP.
Fabius menjelaskan terlalu dekat jika konferensi itu dilaksanakan pada Juni seperti direncanakan selama ini. “Oposisi membutuhkan waktu untuk menunjuk siapa perwakilannya. Itu membutuhkan waktu,” katanya.
Sebelumnya, Rusia dan Amerika Serikat (AS) menekankan agar Pemerintah Suriah dan oposisi duduk satu meja dalam perundingan yang disebut “Jenewas-2”. Pertemuan itu untuk membangun inisiatif damai yang rencananya digelar di ibukota Swiss nantinya.
Sementara itu dari Beirut, beberapa pejuang tewas dalam pertempuran di perbatasan Suriah antara pejuang Hezbollah dan pasukan pemberontak Suriah. Satu sumber mengungkapkan 15 orang tewas dalam konflik di kota Baalbek, di Lembah Bekaa. Namun, jumlah pasti korban tewas tersebut belum dapat diverifikasi.
Seperti dilaporkan Kanto Berita Nasional Lebanon menyebutkan pria bersenjata mulai menembaki warga di pemakaan warga Syiah di Baalbek. Di wilayah tersebut dikenal sebagai basis pendukung Hezbollah. (andika hendra m)
Komentar