Pabrik Pengolahan Unggas Terbakar, 119 Tewas
BEIJING – Sedikitnya 119 orang tewas dalam kebakaran di sebuah pabrik pengolahan unggas Baoyuanfeng di Dehui, Provinsi Jilin, China, kemarin. Itu menjadi tragedi kebakaran terburuk dalam kurun waktu 12 tahun.
Saat kebakaran itu melahap pabrik, lebih dari 300 pekerja sedang bekerja. Para petugas pemadam kebakaran berusaha mencari korban selamat di dalam pabrik, namun mereka belum mengetahui berapa pekerja yang terjebak di dalam bangunan.
“Hingga pukul 04:25 sore, sebanyak 119 orang dinyatakan tewas,” kata kantor informasi Pemerintah Provinsi Jilin dalam akun Sina Weibo, semacam microblogging-nya China. Namun, kabar terbaru tersebut tidak mengungkapkan jumlah korban luka. Hanya saja pemerintah lokal sebelumnya menyebutkan jumlah korban luka mencapai 54 orang.
Seperti dilaporkan kantor berita Xinhua, pintu rumah potong hewan itu terkunci ketika 100 pekerja berusaha melarikan diri. Fasilitas tersebut memiliki struktur banguan yang rumit dan sempit sehingga menyulitkan upaya penyelamatan.
Pemerintah Provinsi Jilin menyatakan lebih dari 500 petugas pemadam kebakaran dan 270 dokter dan perawat diperbantukan di lokasi kebakaran. Mereka juga membantu proses evakuasi 3.000 orang yang tinggal di sekitar lokasi kebakaran. Evakuasi itu dilakukan sebagai bentuk pencegahan saja. Para petugas pemadam kebakaran berhasil memadam api selama enam jam lamanya.
Penyebab kebakaran masih belum diketahui pasti. Namun, buruknya standar keselamatan di pabrik pengolahan unggas itu menjadi kemungkinan penyebab. Kemudian, para saksi mata mendengar ledakan dan diperkirakan kebocoran bahan kimia. Para pekerja juga mengungkapkan mereka melihat asap hitam sebelum kebakaran terjadi. Xinhua melaporkan penyidikan untuk mengetahui penyebab tragedi itu baru dimulai. Stasiun televisi milik pemerintah, CCTV, melaporkan kebakaran pertama diawali dengan percikan api listrik.
Sementara itu, keluarga korban berkumpul di luar pabrik yang terbakar. Mereka menuntut pemerintah untuk menginvestigasi dan mengumpulkan bukti yang menjadi penyebab kecelakaan secepatnya. Stasiun televisi Hong Kong Phoenix mengutip anggota keluarga korban yang menyatakan pintu selalu dikunci ketika jam kerja. Penutupan itu dilakukan agar para pekerja tidak keluar pabrik. Selain itu, mereka mengungkapkan perusahaan pengolahan unggas juga tidak pernah melakukan latihan evakuasi kebakaran.
Sebenarnya, Perusahaan Pengolahan Unggas Baoyuanfeng yang terbakar itu beroperasi sejak 2009 dan mempekerjakan 1.200 orang. Setiap tahun, perusahaan itu memproduksi 67.000 ton ikan. Pada akhir 2010, penjualan produk unggas Baoyuanfeng mencapai USD38 juta atau Rp372,76 Miliar.
Kebakaran tersebut dianggap sebagai tragedi terburuk lebih dari satu dekade. Pada 25 Desember 2000, sebuah kebakaran di pusat perbelanjaan di Louyang, Provinsi Henan, menewaskan 309 orang. Pada 2010, kebakaran apartemen di Shanghai menewaskan 58 orang, sedangkan 53 orang tewas dalam kebakaran pusat perbelanjaan di Jilin pada 2004.
Tak bisa dipungkiri jika rendahnya aspek keselamatan para pekerja menjadi aspek utama penyebab banyaknya korban jiwa dalam setiap tragedi di tempat kerja. Dalam beberapa kasus, pemilik pabrik atau pejabat perusahaan ditangkap terkait tragedi mematikan tersebut. Namun, untuk kasus kebakaran Baoyuanfeng, polisi belum menentukan tersangka dan belum ada pihak yang ditangkap.
China memang dikenal memiliki catatan buruk dalam hal keselamatan di lokasi kerja dan bangunan. Pintu darurat di pabrik dan bangunan kerap dikunci atau sengaja ditutup. Itu disebabkan karena aturan pemerintah dapat diakali oleh pemilik perusahaan dengan menyuap para pejabat yang korup.
Masyarakat China melupakan kemarahan di media sosial. “Apakah itu tempat yang tidak pernah dicek rutin oleh otoritas pemadam kebakaran?” tulis salah seorang pengguna Sina Weibo. “Pejabat senior harus dipecat karena ini,” tulis lainnya. (andika hendra m)
Komentar