Meski Pemerintah Minta Maaf, Kekerasaan Terus Berlanjut

ISTANBUL – Kekerasan kemarin kembali terjadi di Turki dan peningkatan skala aksi demonstrasi semakin meningkat setelah pemerintah menyerukan penghentian aksi demonstrasi. Polisi masih bertindak brutal terhadap para pengunjuk rasa dengan menembakkan gas air mata. Para demonstran juga menolak seruan pembubaran aksi demonstrasi dan menyebabkan bentrokan tak dapat dihindarkan di Istanbul dan Ankara. Dukungan terhadap para demonstran semakin kuat setelah konfiderasi serikat buruh terbesar kedua, DISK. Organisasi beranggotakan 420.000 para pekerja kemarin menyerukan mogok kerja. Sebelumnya, Konfederasi Serikat Pekerja Publik Turki (KESK) yang beranggotakan 240.000 pekerja melancarkan aksi mogok sejak Selasa lalu. Ribuan demonstran kemarin berkumpul di Lapangan Taksim Istanbul memasuki hari keenam. Mereka tetap menyerukan agar Perdana Menteri (PM) Recep Tayyip Erdogan mengundurkan diri. “Para perusak di sini! Di mana Tayyip?” teriak para demonstran. Sebelumnya, Deputi PM Turki, Bulent Arinc, pada Selasa (4/6) lalu, sempat meminta maaf atas perlakukan kasar polisi terhadap para demonstran. Namun, dia juga meminta agar penduduk yang bertanggungjawab untuk menghentikan aksi demonstrasinya. “Saya meminta maaf mengenai kekerasan karena sensitivitas lingkungan,” kata Arinc. Namun, dia mengungkapkan permintaan maafnya tidak termasuk untuk para “perusuh”. Selain itu dia menawarkan pertemuan dengan para aktivis. Sementara sikap rekonsiliasi yang ditawarkan Arinc sangat berbeda dengan PM Recep Tayyip Erdogan mengatakan aksi ini tidak demokratis. “Ketika saya kembali dari kunjungan ini, masalah itu akan diselesaikan,” katanya saat berbicara dalam kunjungannya ke Maroko. Aksi demonstrasi di Turki telah memakan korban sebanyak dua orang. Kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia (HAM) mengungkapkan ribuan warga terluka. Pemerintah hanya menyebut jumlah korban luka hanya 300 orang. Sementara itu, Turki kemarin menahan 25 orang di kota Izmir karena memberikan informasi yang salam. Seperti dilaporkan kantor berita Anatolia mengungkapkan informasi yang ditampilkan dalam Twitter itu menebarkan kebencian dan ajakan demonstrasi. “Polisi masih mencari puluhan tweet yang mengancung informasi salah dan pencemaran,” demikian dilaporkan Anatolia. Menurut Ali Engin, pejabat oposisi Partai Republik Rakyat (CHP) mengungkapkan para tersangka ditangkap karena menyerukan demonstrasi. Dia juga menjamin kalau para tersangka akan dibebaskan. Para demonstran beralih ke media sosial untuk menyebarkan pesan-pesan dan mengkoordinasi demonstrasi yang akan mereka lakukan. Menariknya, stasiun televisi turki NTV meminta maaf karena tidak menyiarkan masa-masa awal protes. Pimpinan ekskutif pemilik NTV, Cem Aydin, mengatakan kritik terhadap stasiun TV itu sebagian besar wajar. “Para pemirsa kami merasa dikhianati,” kata Aydin. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford