Turki Tuding Damaskus Terlibat Pengeboman
REYHANLI – Turki kemarin menuding loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad berada di belakang aksi bom kembar yang menewaskan 46 orang di kota perbatasan Turki dan Suriah pada Sabtu (11/5) lalu. Pengeboman itu memperparah hubungan kedua negara tersebut.
“Serangan tersebut tidak ada kaitannya dengan para pengungsi di Turki. Namun, serangan itu dilakukan oleh rezim Suriah,” kata Menteri Luar Negeri Turki, Ahmet Davutoglu. Davutoglu mengatakan mereka akan menangkap siapapun yang ada di belakang peristiwa ini. “Peristiwa ini tidak akan dibiarkan begitu saja tanpa ada jawaban,” jelas Davutoglu.
Pemerintah Turki memperingatkan mereka akan mengambil langkah yang diperlukan untuk melindungi wilayahnya pasca meledaknya dua bom mobil tersebut. “Mungkin ada yang ingin melakukan sabotase terhadap perdamaian di Turki namun kami tidak akan membiarkan itu terjadi. Jangan ada pihak manapun yang ingin menguji kekuatan Turki. Pasukan kami akan melakukan semua langkah yang diperlukan jika itu dilakukan.”
Tudingan Davutoglu itu dikuat oleh Menteri Dalam Negeri Turki, Muammer Guler. Guler menjelaskan serangan tersebut dilakukan oleh sebuah kelompok yang telah dideteksi oleh pemerintah. Kelompok itu diduga memiliki keterkaitan dengan badan intelijen Suriah, Mukhabarat. “Orang dan organisasi yang melaksanakan serangan tersebut telah diidentifikasi. Kita juga telah mengetahui kalau mereka terkait dan didukung oleh resim Pemerintah Suriah dan lembaga intelijen Damaskus,” kata Guler.
Hal senada juga diungkapkan Wakil Perdana Menteri (PM), Besir Atalay, menyakini penyerang memang berasal dari Turki tapi terkait dengan agen intelijen Suriah. “Kami telah memastikan organisasi pelaku penyerangan terkait dengan Mukhabarat,” tegasnya. Sayanganya, Atalay tidak menyebut nama organisasi yang dituding terlibat dalam persitiwa ini.
Tudingan Turki itu langsung dibantah Suriah. Menteri Informasi Suriah, Omran al-Zohbi, kemarin membantah keterlibatan Suriah dan menolak tuduhan Turki tersebut. Zubi menuding tudingan itu tak berdasar. “Suriah tidak pernah melakukan dan tidak akan pernah melakukan tindakan itu, karena kita tidak memiliki kemampuan seperti itu. Selain itu, nilai-nilai dasar kita juga tidak mengijinkan hal tersebut,” kata Zohbi dikutip AFP.
Zohbi juga mengaku sedih atas korban tewas dalam bom di Reyhanli. “Seharusnya Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan yang seharus ditanya mengenai tindakan ini. Dia dan partainya yang harus bertanggungjawab langsung,” katanya. Dia justru menuding Erdogan sebagai seorang “pembunuh”. “Sebagai seorang pembunuh, dia seharusnya mengundurkan diri.”
Zohbi juga mempertanyakan mengenai waktu serangan. “Serangan hanya terjadi beberapa hari sebelum pertemuan Erdogan dengan (Presiden Amerika Serikat Barack) Obama? Apakah Erdogan mengatakan kepada Obama bahwa negaranya telah diserang?” sindir Zohbi.
Sementara itu, otoritas keamanan Turki langsung bergerak cepat. Menurut Deputi PM Turki, Besir Atalay, pihak keamanan menangkap sembilan orang yang diduga terkait dengan pengeboman tersebut. Penangkapan itu semakin menjadi titik terang pengungkapkan tragedi pengeboman tersebut.
Selama ini, Turki dianggap sebagai basis bagi pemberontak Suriah. Ankara menampung sedikitnya 326.000 warga Suriah yang melarikan diri dari negaranya akibat konflik yang berlansung lebih dari dua tahun. Keberpihakan Turki terhadap pemberontak Suriah itu yang menjadikan hubungan kedua negara sempat memanas. Dalam berbagai kesempatan sebelumnya Turki telah mengatakan mereka mendukung kelompok oposisi di Suriah.
Dunia pun mengecam serangan bom di Turki tersebut. Presiden Prancis, Francois Hollande, mengecam serangan tersebut. Sementara Sekjend PBB, Ban Ki-moon, mengungkapkan pelaku serangan harus dibawa ke pengadilan. Hal senada juga diungkapkan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry. “Kita akan bekerjasama dengan Turki. Turki menjadi pusat pekerjaan saya dalam tiga bulan terakhir saya menjadi menteri,” kata Kerry.
Sementara itu, oposisi Suriah, Koalisi Nasional Suriah (SNC), mengungkapkan serangan tersebut didesain untuk memperkeruh hubungan Turki dan Suriah. “Koalisi melihat serangan teroris itu sebagai tindakan balas dendam kepada rakyat Turki dan menghukum mereka atas dukungan terhadap rakyat Suriah,” demikian keterangan SNC. (andika hendra m)
Komentar