Putra Mantan PM Pakistan Diculik

MULTAN – Ali Haider Gilani, putra mantan Perdana Menteri (PM) Yousuf Raza Gilani, kemarin diculik oleh sekelompok pria bersenjata pada hari terakhir kampanye. Penculikan tersebut menjadikan kekerasan akan mewarnai pemilu Pakistan yang bakal digelar pada Sabtu (11/5) mendatang. Dalam aksi penculikan tersebut, penculik menembak mati seorang penasehat Ali Haider. Baku tembak sempat mewarnai aksi penculikan yang terjadi di kota Multan. Mantan PM Yousuf Raza Gilani dan keluarganya dikenal sebagai tokoh terpandang di wilayah tersebut. “Para penculik datang menggunakan sebuah sepeda motor. Mereka juga mengendari mobil. Mereka menembaki putra Yousuf Raza Gilani, Ali Haider, yang mengendarai mobil berwarna Hitam,” ujar petugas polisi Khurram Shakur dikutip AFP. “Kita menutup setiap pintu keluar dan melancarkan pencarian ke seluruh penjuru kota,” imbuhnya. Menurut petugas polisi lainnya, Abdul Qayyum, sekretaris Ali Haider, Ghulam Mohiuddin, tewas ditembak. Qayyum juga mengungkapkan lima orang di lokasi kejadian juga terluka, termasuk seorang pengawal Ali Haider. Kemudian, dibenarkan oleh petugas polisi lainnya, Ghulam Mohammad Dogar membenarkan penculikan tersebut. “Itu benar-benar tindakan teroris,” papar Dogar dikutip stasiun televisi NDTV. Seorang saksi mata mengungkapkan kepada Geo News bahwa pria bersenjata datang ke lokasi kejadian dengan menggunakan sbeuah mobil dan menembaki ke arah pendukung Ali Haider. Dia mengungkapkan pria bersenjata itu menculik Haider dan membawanya ke sebuah mobil dan langsung pergi. Bahkan, teroris itu tetap menembaki warga sekitar saat melarikan diri. Penculikan Ali Haider merupakan kandidat anggota parlemen Provinsi Punjab dari Partai Rakyat Pakistan (PPP). Dua saudara laki-lakinya maju sebagai kandidat anggota parlemen untuk tingkat nasional. Sebelumnya, Yousuf Raza Gilani, dipecat karena terbukti menolak membuka kasus korupsi yang dilakukan Presiden Pakistan Asif Ali Zardari. Sementara, saudara lelaki Ali Haider, Ali Musa, menjelaskan tragedi penculikan itu kepada media. “Kita ingin saudara laki-laki kita kembali malam ini (kemarin malam). Jika kita tidak mendapatkannya, kita tidak akan mengijinkan pemilu digelar di wilayah kita,” tutur Ali Musa. Sementara itu, Taliban Pakistan kemarin menegaskan rencana untuk melaksanakan serangan bom bunuh diri pada pemilu yang digelar pada Sabtu (besok). Dalam surat yang ditulis Pemimpin Taliban Pakistan, Hakimullah Mehsud, kepada juru bicara kelompoknya, serangan tersebut, termasuk ledakan bom bunuh diri di empat negara bagian di Pakistan. “Kita tidak menerima sistem orang kafir yang disebut dengan demokrasi,” demikian tulis Mehsud dalam suratnya bertanggal 1 Mei yang diterima Reuters. Perintah Mehsud itu juga dibenarkan oleh salah satu komandan Taliban. “Taliban telah menyebar beberapa pengebom bunuh diri untuk melancarkan serangan di seluruh Pakistan,” kata sumber yang enggan disebutkan namanya. Menyusul ancaman tersebut, militer Pakistan kemarin mengirimkan puluhan ribu pasukan ke tempat pemungutan suara. Mereka juga masuk ke basis Taliban untuk mencegah terjadinya kekacauan yang lebih parah. “300.000 petugas keamanan, termasuk 32.000 tentara ditempatkan di Punjab, provinsi paling padat,” kata Juru Bicara Militer, Mayor Jenderal Asim Bajwa. Dia menambahkan militer berusaha untuk mencegah kekerasan yang dilakukan Taliban. Sejak April silam, Taliban Pakistan telah membunuh lebih dari 100 orang dalam serangan terhadap para kandidat dan para pendukungnya. Serangan tersebut kerap ditujukan kepada partai sekuler. Namun, mereka tidak menyerang kubu oposisi yang dipimpin mantan PM Nawaz Sharif. Sharif diprediksi bakal mendapatkan dukungan kuat melalui Liga Muslim Pakistan (PMLN). Pemilu Pakistan kali ini digelar sebagai pemilu yang paling parah. Serangan terhadap politisi dan partai politik itu sebagaian besar diklaim oleh Taliban. Dalam hitungan kantor berita AFP, sebanyak 113 orang tewas sejak pertengahan April lalu. Selama ini, Taliban juga memperingatkan rakyat Pakistan agar tidak memberikan suaranya pada pemilu. Di Waziristan Utara, basis utama Taliban Pakistan, mereka menghukum perempuan yang memberikan hak suaranya. Selama ini, Taliban kerap mengancaman PPP, partai berkuasa. Mereka juga kerap mengincar pemimpin PPP, Bilawal Bhutto Zardari, yang dinilai terlalu muda. Bilawal dikenal jarang tampil di depan publik karena alasan keamanan. Dikarenakan jarang tampil ke publik, Bilawal kalah populer dibandingkan Imran Khan yang memimpin Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI) dan Nawaz Sharif. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford