Pemberontak Suriah Makan Jantung Tentara
BEIRUT – Pemantau Hak Asasi Manusia (HRW) dan Koalisi Nasional Suriah (SNC) kemarin mengecam video mengerikan yang menampilkan seorang prajurit pemberontak yang memotong jantung seorang tentara pemerintah dan memakannya.
Dalam video tragdis itu seorang pria bernama Abu Sakkar, komandan Brigade Omar al-Farouq al-Mustakila, berdiri di samping jenazah seorang tentara yang berseragam. Dia memotong jantung jenazah di sampingnya tersebut. Kemudian, dia menunjukkan potongan jantung itu dan menggigitnya.
“Kita bersumpah atas nama Tuhan, kita akan memakan jantung dan hatimu,” kata Abu Sakkar dalam tampilan video amatir itu. “Kita adalah pahlawan Baba Amr.”
HRW mengidentifikasi prajurit pemberontak tersebut bernama Abu Sakkar yang dikenal berasal dari kota Homs. Aksi Abu Sakkar itu, dituduh HRW, sebagai kejahatan perang. “Belum cukup oposisi Suriah untuk mengutuk tindakan itu atau menyalahkan kekekerasan yang dilakukan pemerintah,” kata Nadim Houry, Deputi Direktur HRW wilayah Timur Tengah, Nadim Houry.
Ditegaskan oleh Peter Bouckaert dari HRW, mutilasi jenazah musuh merupakan kejahatan perang. “Isu ini sangat serius dan bakal menjadi retorika dan kekerasan sektarian,” kata Bouckaert.
Selanjutnya, Oposisi SNC pun mengungkapkan Abu Sakkar akan mempertanggungjawabkan aksinya di pengadilan. “Kantor berita internasional dan situs media sosial telah menyebarkan video yang menampilkan seorang pemberontak yang melakukan tindakan mengerikan dan tidak berperi-kemanusiaan,” demikian keterangan SNC. Mereka menegaskan tindakan Abu Sakkar sangat bertolak-belakang dengan moral rakyat Suriah serta nilai-nilai dan prinsip Pasukan Pembebasan Suriah.
Kekerasan di Suriah dalam perhitungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menewaskan 70.000 orang sejak Maret 2011. Sedangkan Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengungkapkan jumlah korban tewas telah mencapai 80.000 jiwa.
Sementara itu, Suriah meminta penjelasan konferensi perdamaian yang dipelopori Amerika Serikat (AS) dan Rusia. Permintaan Suriah itu sebagai alasan untuk menghadiri konferensi tersebut. “Keputusan mengenai Presiden Suriah Bashar al-Assad ditentukan oleh rakyat Suriah dan tempat pemungutan suara,” kata Menteri Informasi Suriah, Omran Zoabi dikutip kantor berita SANA.
Zoabi menjelaskan kalau proposal yang diajukan AS dan Rusia tidak boleh sebagian atau seluruhnya merusak kedaulatan nasional. Dia juga menambahkan kalau Suriah menginginkan solusi politik. Namun, kubu internasional terus menekan Damaskus untuk menggelar perundingan dengan pemberontak. Hanya saja, pemerintahan Assad selalu menolak berdiskusi dengan teroris.
Selanjutnya, Lima negara Arab dan Turki kembali menegaskan agara Assad tidak memiliki peranan dalam masa depan Suriah. Para menteri luar negeri dari Mesir, Jordania, Qatar, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab serta Turki mendukung oposisi Suriah. Seperti dilaporkan kantor berita Uni Emirat Arab, WAM, bahwa semua menlu negara tersebut mendukung solusi politik untuk mengakhiri konflik berdarah di suriah.
Sementara itu, Menurut Direktur Informasi dan Media Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Indonesia, PLE Priatna, mengatakan pemerintah memulangkan 90 Warga Negara Indonesia (WNI) dari Suriah via Beirut dalam dua gelombang. Langkah repatriasi WNI ke-121 dan ke-122 dari Suriah via Beirut, Lebanon ini masing-masing sebanyak 45 orang yang tiba di Jakarta hari ini (14/5) menyusul 45 WNI yang tiba Senin (13/5) di Jakarta.
Sementara konflik masih berlangsung di Suriah, Direktorat PWNI Kemlu mencatat (per Mei) bahwa di kota Aleppo masih terdapat 81 orang WNI, di Lattakia 6 orang WNI, dan di Ibukota Damaskus 185 orang. “Tempat penampungan WNI di Beirut kosong perhari ini, saat ke-90 WNI dipulangkan,” tegas Priatna.
Sementara Direktur PWNI BHI Kemlu, Tatang Razak mencatat bahwa WNI lainnya dari Aleppo dan kota lain, waktu pemulangan menunggu exit permit imigrasi Suriah. “Begitu dapat langsung dibawa ke Beirut, mengambil tiketnya dan diterbangkan secepatnya ke Jakarta,” kata Tatang. (andika hendra m)
Komentar