Pelaku Bom Boston Masih Diam

BOSTON – Pelaku pengeboman Boston yang selamat, Dzhokhar Tsarnaev, kemarin dilaporkan dalam kondisi serius di rumah sakit sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan penyidik mengenai motif serangan. “Bocah berusia 19 tahun dalam kondisi serius, tapi stabil,” kata Gubernur Massachusetts Deval Patrick dikutip AFP. “Saya pikir dia tidak mampu berkomunikasi saat ini.” Patrick berharap pemuda itu dapat bertahan hidup pasalnya pihak penyidik memiliki satu juta pertanyaandan pertanyaan itu harus dijawab. Tsarnaev dikawal petugas bersenjata lengkap di sebuah rumah sakit tempat di mana para korban pengeboman juga dirawat. Para agen anti-teror yang telah terlatih melakukan interorgrasi menunggu kesiapan Tsarnaev untuk menjawab pertanyaan. Kepala Kepolisian Watertown, Edward Deveau, mengungkapkan petugas keamanan tidak menginterograsi tersangka setelah dia ditemukan dan ditangkap. “Tidak ada interograsi di lokasi penangkapan. Dia membutuhkan bantuan dan kita menangkapnya lalu membawanya ke rumah sakit,” tutur Deveau dikutip CNN. Saat ini, pihak intelijen AS tengah menyelidiki keterkaitan antara Tsarnaev bersaudara dengan kelompok Caucus Emirates. Pasalnya, tersangka memiliki hubungan dengan kelompok tersebut dalam aktivitas di media sosialnya. Para penyidik pun kini berusaha mengungkap kemunkinan para tersangka itu menerima rencana operasional dari kelompok tersebut. Sejauh ini, menurut Deveau, dua bersaudara itu bertindak sendiri dalam melaksanakan pengeboman dan baku tembak dengan polisi. “Dari informasi saat ini, dua pelaku itu bertindak bersama-sama,” terangnya. Dia menegaskan pihaknya masih mempelajari lebih lanjut mengenai kedua tersangka itu apakah memiliki keterkaitan dengan kelompok lain atau tidak. Saat Dzhokhar Tsarnaev mengalami luka di leher saat ditemukan pada Jumat dini hari waktu setempat dalam perburuan besar-besaran. Dia berhasil melarikan diri dari kejaran polisi setelah kakaknya, Tamerlan Tsarnaev, 26, tewas dalam baku tembak dengan polisi. Kakak beradik itu merupakan pelaku utama dua serangan bom kembar di Maraton Boston yang menewaskan tiga orang dan melukai 180 orang pada beberapa waktu lalu. Itu disimpulkan setelah polisi AS mengatakan tersangka itu mengakui melakukan aksi serangan bom kepada pemilik kendaraan yang mereka bajak saat berupaya lari dari kejaran aparat. Sementara itu, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Presiden Rusia Vladimir Putin telah berbicara melalui telpon mengenai kerjasama perlawanan terhadap teror setelah insiden Bom Boston. “Kedua belah pihak menggarisbawagi peningkatakn kerjasama Rusia dan AS khusus berkaitan dengan terorisme internasional,” demikian keterangan Kremlin. Obama menjelaskan kalau banyak pertanyaan yang belum dijawab mengenai kasus bom itu setelah penangkapan tersangka. “Banyak pertanyaan itu seperti kenapa anak muda yang tumbuh besar dan belajar di sini serta menjadi bagian komunitas kita dan negara kita justru melakukan kekerasan? Bagaimana mereka merencanakan dan melaksanakan serangan? Dan bagaimana mereka mendapatkan bantuan?” demikian pertanyaan yang diajukan Obama. Tsarnaev bersaudara itu berasal dari etnik Chechen yang mengungsi ke AS dari Kyrgyzstan sekitar 2002. Media AS melaporkan Tamerlan Tsarnaev berubah haluan menjadi radikal pada akhir tahun ini. Fokusnya ketika dia melakukan perjalanan ke wilayah Dagestan, Rusia, pada tahun lalu. Itu berkaitan setelah FBI sebelumnya menyatakan negara asing, kemungkinan Rusia, pernah meminta agar lembaga keamanan itu mencari informasi mengenai Tamerlan Tsarnaev pada 2011. Namun, dalam interograsi FBI bahwa Tamerlan tidak memiliki informasi yang mencurigakan untuk ditindak-lanjuti. FBI juga tidak melanjutkan pengawasan dan pemeriksaan terhadap Tamerlan karena tidak dianggap berbahaya. Menariknya, tersangka utama Bom Boston ternyata bertingkah laku seperti orang tak bersalah setelah meledakkan bom itu. Dzhokhar Tsarnaev tetap ikut kuliah di Universitas Massachusetts-Dartmouth setiap hari setelah ledakan bom hingga Kamis (25/4) lalu. Bahkan, dia juga ikut menghadiri kelas di kampus dan ikut dalam pesta di asrama mahasiswa. Sebenarnya, sejumlah anggota keluarga Tsarnaev mengutuk aksi yang dituduhkan pada kedua tersangka. Namun orangtua dua pemuda itu menyatakan tak percaya anak mereka sanggup merencanakan serangan sedemikian rupa karena selalu diawasi oleh FBI. Zubeidat Tsarnaeva, ibu kedua tersangka, menyatakan kepada Russia Today “yakin 100% insiden ini ada dalangnya, karena dua anaknya tak ada hubungan dengan terorisme”. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford