Maduro Menang Tipis

CARACAS – Nicolas Maduro kemarin dideklarasikan sebagai pemenang pemilu presiden Venezuela dengan kemenangan tipis sebesar 300.000 suara atau kurang dari dua persen. Maduro meraih 50,66% dan pesaingnya, Henrique Capriles meraih 49,1%. Perolehan suara Maduro ini jauh lebih rendah jika dibandingkan suara yang diraih mendiang Hugo Chavez dalam pemilu sebelumnya. Namun, kemenangan tipis itu membuat Venezuela semakin jatuh kedalam ketidakpastian. Pasalnya, Capriles mengaku kemenangan tersebut dan menuntut penghitungan ulang hasil pemilu. Pesta kembang api langsung dilakukan para pendukung Maduro setelah Komisi Pemilu Nasional mengumumkan hasil pemilu yang tak dapat diubah tersebut. “Misi telah selesai Comandante (Hugo) Chavez. Rakyat memenuhi janji-janjinya,” kata Maduro dikutip AFP saat memberikan pidato kemenangan di Istana Kepresidenan Miraflores. Maduro langsung menyerukan agar rakyat bersikap tenang. Dalam pidatonya, Maduro berjanji untuk melanjutkan kebijakan Chaves yang disebut Revolusi Bolivarian ala Chavez. Kemenangan Maduro sebenarnya merupakan kemenangan Chavez. Maduro selama ini mengaku sebagai “anak laki-laki” Chavez dalam setiap kesempatan. Dia hanya menumpang popularitas Chavez sehingga dia mampu meraih simpati rakyat Venezuela. Apalagi, Maduro menjadi pejabat sementara Presiden Venezuela setelah Presiden Hugo Chavez meninggal dunia karena kanker pada 5 Maret 2013 lalu. Mantan menteri luar negeri yang berusia 50 tahun itu mendeklarasikan kemenangan pemilu yang jujur, legal dan konstitusional. Dia mengaku terbuka jika dilaksanakan audit terhadap hasil pemilu. Dia dijadwalkan bakal disumpah sebagai presiden pada Jumat mendatang. Maduro juga telah menghubungi Capriles melalui telepon. Dalam komunikasi itu, Maduro menegaskan pesaingnya itu harus mengakui hasil pemilu. Namun, Capriles menolak mengakui hasil kemenangan Maduro. Padahal, pada pemilu Oktober lalu, Capriles mengakui kekalahannya dengan silisih 11 poin dibandingkan dengan Chavez. Kali ini tidak, Capriles mengakui menemukan bukti 3.200 insiden pelanggaran pemilu yang dilakukan Maduro. “Orang yang kalah hari ini adalah kamu,” kata Capriles mengacu kepada Maduro. “Saya tidak bertarung melawan seorang kandidat presiden hari ini, tetap melawan penyalahgunaan kekuasaan,” katanya dikutip Reuters. Gubernur Negara Bagian Miranda itu menginginkan penghitungan ulang setiap surat suara yang dicetak oleh mesin pemilihan elektronik. “Kita tidak mengakui hasil pemilu hingga setiap suara dihitung lagi,” kata politisi berusia 40 tahun itu. Dia juga menuding ada upaya membiarkan orang memilih setelah tempat pemungutan suara ditutup. Dia juga menuduh pemerintah menekan para pegawai negeri untuk mendukung Maduro. Beberapa pendukung Capriles menangis ketika pengumuman hasil pemilu tersebut. “Saya sungguh sakit hati karena kita bekerja keras untuk kampanye kali ini agar masa depan yang lebih baik. Saya tidak akan menerima hasil pemilu ini,” ujar Daniela Brito, 19, mahasiswa. Namun, Ketua Dewan Pemilu Nasional, Tibisay Lucena, mengungkapkan hasil pemilu tak dapat digugat setelah 99% suara dari mesin elektronik telah dihitung. Dalam pandangan Luis Vicente Leon, Direktur perusahaan konsultan politik, Datanalisis, penolakan oposisi tidak mewakili risiko konflik di jalanan. Pertanyaan kini adalah apakah kemenangan Maduro sama seperti kebangkitan Chavez? “Ini merupakan peristiwa paling sulit dalam sejarah ‘Chavismo’ sejak 2002,” kata Javier Corrales, pakar politik AS dan Venezuela di Amherst College. “Dengan hasil pemilu tersebut, oposisi tidak dapat bergerak dengan mudah. Maduro juga bakal menghadapi masa yang sulit untuk menunjukkan model kepemimpinan ala Chavez.” Beberapa sekutu Venezuela, seperti Presiden Bolivia Evo Morales kemarin mengucapkan selamat atas kemenangan Maduro. “Amerika Latin merupakan benua yang bebas menentukan dengan hasil pemilu,” kata Morales. Presiden Argentina Cristina Kirchner juga mengucapkan selamat kepada Maduro dan menyebutnya sebagai “presiden baru”. Pesiden Ekuador, Rafael Correa, juga memuji kesuksesan Maduro, rakyat Venezuela dan Revolusi Bolivarian. Presiden Rusia Vladimir Putin kemarin juga mengucapkan selamat kepada Maduro. Putin percaya bahwa kedua negara bakal memiliki kedekatan hubungan yang lebih erat. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford

Kebakaran Meluas, Ribuan Warga Dievakuasi