Maduro Diprediksi Menang
CARACAS – Kandidat presiden Venezuela, Nicolas Maduro, diprediksi memenangkan pemilu yang digelar kemarin.
Dalam beberapa jajak pendapat menunukkan Maduro unggul dua digit dibandingkan pesaingnya, Gubernur Negara Bagian Miranda, Henrique Capriles. Maduro diprediksi unggul 50% dibandingkan dengan Capriles yang mungkin hanya meraih 29%. Berbagai jajak pendapat menyebutkan Maduro memimpin 10 hingga 20 poin dibandingkan Capriles.
Prediksi mengenai kemenangan Maduro tersebut karena simpati rakyat Venezuela terhadap mediang Hugo Chavez yang meninggal pada bulan lalu. Selama ini, Maduro dikenal sebagai anak didik Chavez yang dipercaya untuk melanjutkan pemerintahan.
“Anda tahu kalau Chavez memberikan saya sebuah pekerjaan yang sangat sulit. Saya menerima itu sepeti seorang anak lelaki. Saya merasa damai,” kata Maduro, 50, dalam sebuah upacara militer pada Sabtu malam. “Saya bakal loyal terhadapnya hingga detik terakhir,” imbuhnya dikutip AFP.
Untuk meraih simpati rakyat, Maduro menunjungi makam Hugo Chavez. “Marilah kita memberikan penghargaan atas kenangan Chavez dan warisannya,” kata Maduro saat memberikan pidato di makam Chavez pada Sabtu malam.
Maduro yang pernah menjadi supir bus itu tetap menjanjikan sosialisme abad 21 ala Chavez ketika dia menang pemilu. “Kita bakal memiliki kemenangan besar. Margin yang lebih besar, lebih damai untuk negeri ini,” katanya. “Jika marginnya kecil, itu karena oposisi membuat bingung sekelompok rakyat Venezuela,” imbuhnya.
Sebanyak 19 juta rakyat Venezuela bakal memberikan hak pilihnya untuk memilih pengganti Chavez. Pemilu bakal dilakukan dengan mesin elektronik. Pemenang pemilu kali ini bakal dilantik pada 19 April mendatang dan berkuasa hingga Januari 2019.
Selama kampanye, Capriles berjanji akan mempertahankan misi-misi sosial Chavez ketika dia memenangkan pemilu. Dia hanya kalah 11 pon pada pemilu 7 Oktober lalu. “Saya bukan oposisi, saya adalah solusi,” kata Gubernur Miranda yang berusia 40 tahun itu.
Capriles menuding pemerintah telah melanggar undang-undang pemilu. “Maduro melanggar semua norma pemilu,” katanya. Dia juga menuding pemerintah telah menyalahgunakan kekuasaan.
Jika menang pemilu nanti, Capriles juga berjanji akan menghentikan pengiriman bantuan ke Kuba, Iran, Belarusia dan Suriah. “Rakyat Venezuela lelah dengan politik Chavez,” tuturnya. Dia bakal menerapkan model konsep pemerintahan seperti Brazil yang memadukan kebijakan pro-bisnis dan anggaran belanja untuk rakyat miskin. “Kita bakal menentukan masa depan yang kita inginkan,” paparnya dikutip Reuters.
Sementara itu, dalam pandangan Ignacio Avalos, profesor sosiologi di Universitas Pusat Venezuela, opososisi mampu membuat kejutan bagi rakyatnya. “Namun, Maduro memiliki dua senjata penting, pesan terakhir Chavez dan mesin negara,” katanya. Memang dalam setiap kampanyenya, Maduro kerap berbangga diri dengan dukungan Chavez. Bahkan kalimat, “Chavez, saya bersumpah, sumpah saya untuk Maduro,” sangat terkenal dalam kampanye.
Jika Maduro mampu memenangkan pemilu, tantangan terbesar baginya adalah menghilangan kharisma Chavez yang melekat pada pemerintahan Venezuela. Namun, Maduro juga sepertinya sangat sulit untuk melepaskan diri dari sosok Chavez. Banyak pihak juga tidak percaya bahwa Maduro mampu memimpin negara ini sama seperti yang dilakukan Chavez.
Banyak pihak yang mengungkapkan kalau pemilu kali ini bukan pertarungan antara Capriles dan Maduro. “Pemilu ini bertarungan antara Capriles dan hantunya Chavez,” kata Rosa Elena Marcano, 60. Kemudian menurut Alejandro Almeida, 67, seorang pensiunan, memilih Maduro. “Tapi, hatiku tetap bersama Chavez,” kata Almeida.
Dukungan terhadap Capriles umumnya rakyat Venezuela yang menginginkan perubahan. “Ketika saya melihat Venezuela, dengan minyaknya, itu membuat saya kecewa,” kata Alexis Chacon, 74. “Mimpi buruk Hugo Chavez membuat negara ini tenggelam.” (andika hendra m)
Komentar