Kerusuhan di Xinjiang Tewaskan 21 Orang
BEIJING – Sedikitnya 21 orang, termasuk petugas polisi dan pekerja sosial, kemarin dilaporkan tewas dalam kerusuhan berdarah di Provinsi Xinjiang. Kerusuhan semakin memperuncingan konflik yang terjadi di zona konflik tersebut.
Juru bicara Pemerintah Provinsi Xinjiang, Hou Hanmin, 21 orang yang tewas tersebut termasuk, sembilan penduduk lokal, enam polisi dan enam penduduk Uighur. Tidak ada penjelasan bagaimana korban kerusuhan tersebut. Hou juga tidak menyebutkan kelompok yang terlibat dalam kerusuhan tersebut.
“Tiga pekerja komunitas yang berpatrolisi di perkambungan Bachu atau dikenal Marabexi oleh Uighur di Kashgar tewas karena diduga sebagai orang mencurigakan,” kata Hou dikutip Reuters. Satu tiga orang pekerja sosial itu menghubungi kawan-kawannya melalui ponsel setelah sejumlah orang bersenjata mendatangi mereka. 14 warga Uighur dilaporkan membunuh para pekerja sosial itu.
“Para pekerja sosial itu hanya melakukan pengecekan rutin. Namun, aksi yang dilakukan para perusuh itu direncanakan dan disiapkan dengan baik,” kata Hou. Dia menambahkan hanya ada petugas polisi yang membawa senjata api. Tapi, kelompok Uighur membakar rumah dan membunuh para pekerja sosial.
Hou menjelaskan kerusuhan itu merupakan serangan teroris. Sayangnya, Hou tidak menyebutkan kelompok mana yang terlibat dalam kerusuhan tersebut. Delapan orang berhasil ditahan polisi.
Sementara itu, media lokal Tianshan Net, insiden berawal ketika aparat kepolisian menggeledah rumah-rumah warga terkait kepemilikan senjata ilegal. Diduga, kelompok Uighur marah dan menyerang polisi. Bentrok hebat tak terhindarkan, di mana enam anggota kelompok ikut tewas.
Selanjutnya, Dilxat Raxit, Juru Bicara Kongres Uighur Dunia, mengungkapkan kerusuhan itu disebabkan penembakan dan pembunuhan pemuda Uighur oleh polisi senjata China. Itu disebut memicu kemarahan warga Uighur untuk menyerang balik polisi. “Untuk menekan kerusuhan antara China dan Uighur, seyogyanya Beijing melakukan gencatan senjata,” kata Raxit.
Selama ini, Xinjiang merupakan kawasan konflik. Kawasan yang berbatasan dengan Afghanistan, Pakistan, India dan Asia Tengah itu dikenal memperjuangkan kemerdekaan Turkestan Timur. Beberapa pejabat China menyalahkan para warga Uighur yang mendapatkan pelatihan militer di Pakistan. Namun, kelompok pemerhati Hak Asasi Manusia menyebutkan China terlalu mencengkeram wilayah yang didominasi warga Uighur tersebut.
Luas Xinjiang sama dengan dua kali lipat wilayah Turki. Provinsi itu dihuni oleh sembilan juta warga etnik Uighur. Mereka kerap mengeluhkan kebebasan beragama dan berbudaya oleh otoritas China.
Sebelumnya, kerusuhan antara Uighur dan etnik Han menewaskan 200 orang di Urumqi, ibukota Xinjiang. Warga Uighur memprotes kehadiran etnik Han dalam jumlah banyak karena semakin meningkatnya industri di kawasan tersebut. (andika hendra m)
Komentar