Bom Boston Tewaskan 3 Orang

BOSTON – Sedikitnya tiga orang tewas dan lebih dari 140 orang terluka dalam dua ledakan bom di lomba Marathon Boston pada Senin (15/4) atau dini hari waktu Indonesia. Dua serangan bom kembar yang berjarak 13 detik itu menimbulkan kepanikan pada lomba lari tertua dunia yang diikuti lebih dari 27.000 pelari. Hingga saat ini setidaknya tiga orang tewas, 100 luka-luka, 17 diantaranya dalam kondisi kritis. Sejumlah korban luka akibat ledakan dilaporkan terpaksa di amputasi. Menurut Direktur Perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) dan Bantuan Hukum Internasional (BHI) Kementerian Luar Negeri Indonesia, Tatang Razak, tidak ada WNI yang menjadi korban ledakan tersebut. “Dari hasil komunikasi saya dengan Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI), tidak ada korban WNI,” tuturnya kepada KORAN SINDO. Sementara Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama berjanji untuk membawa pelaku ke pengadilan. “Kami akan mencari pelakunya. Setiap individu, setiap kelompok yang bertanggung jawab, akan merasakan pengadilan yang berat,” katanya dikutip AFP. Obama sendiri tidak menggunakan kata terorisme untuk menggambarkan insiden tersebut. “Kami belum memiliki semua jawaban,” katanya. “Kami belum tahu siapa yang melakukannya atau mengapa dilakukan.” Presiden Obama mengatakan dia telah menelepon Walikota Boston, Tom Menino, dan Gubernur Massachusetts, Deval Patrick, untuk menawarkan bantuan federal. Dia mengatakan pemerintah akan meningkatkan keamanan di seluruh AS sesuai dengan yang dibutuhkan. Namun, Obama tidak tidak mengatakan apakah Gedung Putih memperkirakan insiden ini sebagai bagian dari sebuah rencana besar serangan teroris. Namun, seorang pejabat Gedung Putih yang enggan disebutkan namanya mengungkapkan, setiap peristiwa dengan perangkat ledak berkali-kali adalah jelas sebuah tindakan teror, dan akan diperlakukan sebagai tindakan teror. Apalagi, Agen khusus FBI Agent Richard DesLauriers mengatakan penyelidikan melibat petugas kota, negara bagian dan federal, tetapi dia menolak memberikan detil penyelidikan. “Penyidikan kriminal ini berpotensi menjadi penyidikan teroris,” katanya. Kebanyakan korban adalah pelari dan penonton yang berada di dekat garis akhir maraton. Ledakan pertama terjadi sekitar 14:50 waktu setempat di sisi utara Jalan Boylston, dua jam setelah pemenang maraton masuk garis akhir. Timbul kepanikan dan kebingungan usai ledakan. Sejumlah pelari dan penonton terjatuh dan polisi beserta warga lainnya menolong korban ledakan. Dan beberapa detik kemudian, ledakan kedua meledak di kerumunan massa tak jauh dari ledakan pertama. Seorang petugas polisi Roupen Bastajian mengatakan dia mendengar ledakan saat baru menyelesaikan lomba. “Saya mulai berlari ke arah ledakan dan ada banyak orang di lantai,” katanya. “Kami langsung melakukan pertolongan pertama. Sedikitnya 25 hingga 30 orang mengalami luka parah, kehilangan satu kaki atau pergelangan kaki putus, atau dua-duanya.” Selanjutnya, sebuah kebakaran kemudian terjadi di perpustakaan kepresidenan John F Kennedy yang terletak beberapa mil dari garis akhir maraton. Polisi mengatakan kebakaran tersebut tidak terkait dengan ledakan bom. Dalam sebuah keterangan pers, Komisionaris Polisi Boston, Edward Davis, mengatakan mengatakan otoritas tidak menerima laporan spesifik dari intelejen atas apa yang akan terjadi. Dia juga mengatakan belum ada tersangka yang ditahan. “Otoritas keamanan tidak menerima informasi spesifik intelejen yang menyebutkan bahwa insiden ledakan akan terjadi,” katanya. NBC News melaporkan polisi menemukan peralatan peledak dalam jumlah banyak di Boston. Itu menguatkan dugaan kalau serangan tersebut terkoordinasi dengan baik. Media AS melaporkan seorang lelaki Saudi yang berusia 20 tahun berada di lokasi ledakan. Namun, otoritas menegaskan belum adanya penangkapan dan menginterograsi tersangka. Media-media di Boston juga melaporkan mengenai penggeledahan di sebuah apartemen di pinggiran Boston. Polisi juga dikabarkan menjadi seorang tersangka di distrik Revere. Namun, belum ada keterangan detail mengenai kabar tersebut. Gubernur Massachusetts Deval Patrick, dalam keterangan pers yang sama mengatakan Boston akan kembali di buka pada Selasa tetapi dengan kehadiran aparat keamanan yang ketat. “Akan ada pemeriksaan acak terhadap tas punggung dan bingkisan lainnya. Dan kami juga meminta semua orang tetap waspada,” tuturnya. Sebenarnya, Maraton Boston tahun ini diikuti oleh 27.000 pelari dengan jarak tempuh 42 kilometer dan disaksikan ratusan ribu penonton. Digelar dalam rangka Hari Patriot, hari libur negara bagian Massachusetts untuk mengenang pertempuran pertama Revolusi Amerika tahun 1775. Akibat ledakan di Boston, sejumlah lokasi penting di Washington dan New York kini juga dijaga dengan ketat. Badan penyelenggara penerbangan federal juga telah memberlakukan kawasan larangan terbang di daerah tersebut. Sementara itu, ledakan yang terjadi di Boston, ini membuat kepolisian Inggris kemarin mengkaji keamanan untuk Maraton London yang akan berlangsung Minggu besok. Menteri Olahraga Inggris, Hugh Robertson, mengaku percaya diri dengan Maraton London bakal berlangsung aman. Sebanyak 36.000 pelari bakal ikut ambil bagian dalam Maraton London. “Salah satu cara terbaik untuk menunjukkan solidaritas dengan tragedi Boston adalah melanjutkan Maraton London dan mengirimkan pesan jelas kepada siapa yang bertanggungjawab,” kata Robertson. Dia juga telah mendapatkan penjelasan keamanan dari Menteri Dalam Negeri Inggris Theresa May dan Ketua Badan Intelijen Domestik MI5 Jonathan Evans. Kemudian, beberapa pemimpin dunia menunjukkan rasa simpatinya terhadap tragedi Boston. Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk serangan bom kembar yang disebutkan sebagai serangan barbar. Kanserlir Jerman Angela Merkel mengaku sangat terkejut dengan serangan tersebut. “Serangan tersebut tak dapat dibenarkan karena menyerang orang menghadiri pesta olahraga damai,” kata Merkel. Dari Teheran, Kementerian Luar Negeri Iran kemarin mengutuk bom kembar Boston. “Iran dengan tegas mengutuk pembunuhan rakyat Amerika di Boston,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Ramin Mehmanparast. “Tidak ada seorang pun yang mendukung terorisme dan ekstrimisme, apakah itu di Timur Tengah atau di AS.” (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford