Musharraf Keluar dari Pengasingan

KARACHI – Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf kemarin kembali ke tanah airnya setelah lebih dari empat tahun hidup dalam pengasingan. Dia tak takut dengan ancaman gerilyawan Taliban yang menginginkan kematian mantan penguasa militer Pakistan itu. ”Saya siap untuk menerima risiko bahaya demi maju pada pemilu 11 Mei mendatang,” kata Musharraf, dikutip AFP. Namun, Jumat (22/03), otoritas Pakistan memberikan jaminan perlindungan dalam sejumlah kasus sehingga ia bisa pulang ke Pakistan tanpa risiko ditangkap setibanya di negara itu. “Saya akan menghabiskan waktu di Karachi beberapa hari dulu. Setelah itu saya akan ke Islamabad untuk mengurus permasalahan hukum,” imbuh Musharraf. Misi utama Musharraf kembali ke Pakistan yakni bakal memimpin partainya yang akan terjun dalam pemilu Mei mendatang. Pemilu itu dianggap sebagai transisi demokrasi pertama dalam sejarah negara nuklir yang kerap didominasi penguasa militer. Menurut para analis, nyawa Musharraf dalam bahaya. Mereka juga pesimistis dengan langkah politiknya melalui All Pakistan Muslim League (APML). Sebagian besar pakar politik memprediksi APML tidak lebih mendapatkan sepasang kursi parlemen saja. Musharraf yang pernah merebut kekuasaan dengan kudeta berdarah saat menjadi panglima militer pada 1999 itu meninggalkan negara setelah mengundurkan diri pada Agustus 2008. Saat itu Asif Ali Zardari terpilih sebagai presiden setelah pembunuhan istrinya, mantan Perdana Menteri (PM) Benazir Bhutto. Pesawat Musharraf yang terbang dari Dubai kemarin mendarat pukul 12:45 waktu setempat. ”Duduk di kursi pesawat untuk memulai petualangan baru di Tanah Air. Pertama Pakistan!” demikian pesan yang ditulis Musharraf pada akun Twitter-nya. Saat tiba di Pakistan, beberapa pendukungnya menyambut Musharraf. ”Hidup Musharraf!” teriak mereka. ”Saya memiliki perasaan ragu-ragu,” kata Musharraf. Sebelum kembali ke Pakistan, dia telah memberikan jaminan untuk dapat mencabut ancaman penangkapan karena skandal korupsi dan penyalahgunaan wewenang saat berkuasa. “Saya sangat peduli dengan faktor yang tidak diketahui seperti terorisme dan ekstremisme, isu hukum, dan bagaimana saya dapat memberikanpenampilanterbaikpada pemilu,” ungkapnya. Musharraf kemarin juga terpaksa membatalkan rencana kampanye publik di makam Mohammad Ali Jinnah, pendiri negara Pakistan, karena alasan keamanan. Polisi juga mencabut izin kampanye Musharraf karena ada ancaman dari gerilyawan Taliban Pakistan yang bakal mengirimkan pasukan pengebom bunuh diri untuk membunuh mantan diktator itu. Apalagi, hanyabeberapajamsebelum kedatangan Musharraf, terjadi aksi bom bunuh diri yang menewaskan 17 tentara Pakistan. Selama mengasingkan diri, Musharraf tinggal di Dubai dan London. Saat di Dubai, beberapa waktu lalu, Musharraf menegaskan bahwa Taliban selalu mencoba untuk membunuhnya, namun selalu gagal. Dia juga mengatakan, selama ini dia selalu berhati-hati dan melakukan langkah antisipasi karena tidak selamanya kondisi keamanannya akan terjamin dari ancaman serangan kelompok yang tidak menyukainya. Ancaman terhadap Musharraf diketahui lewat sebuah video yang dikeluarkan gerilyawan Taliban. Dalam video itu, Taliban mengatakan, mereka akan membunuh Musharraf dengan aksi serangan bom bunuh diri dan penembak jitu. “Kita ingin mengirim Musharraf ke neraka,” demikian ancaman Taliban. Taliban memang sangat marah terhadap Musharraf karena selama pemerintahannya kerap melancarkan serangan terhadap kelompok tersebut. Sebelumnya Musharraf juga menghadapi sejumlah dakwaan di Pakistan, termasuk konspirasi pembunuhan mantan Perdana Menteri Benazir Bhutto pada 2007 dan dakwaan melakukan penangkapan para hakim secara tidak sah. Dalam laporan Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) pada 2010, kematian Bhutto disebabkan karena kegagalan pemerintahan Musharraf dalam memberikan perlindungan terhadap Bhutto. Selain terlibat kasus kematian Bhutto, Musharraf juga diduga menjadi arsitek pembunuhan Akbar Bugti, pemimpin pemberontak Baluch pada 2006, dan penangkapan serta pemecatan para hakim pada 2007. Dia memang dikenal sebagai diktator yang berdarah dingin karena kerap membunuh siapa saja yang menghalangi kekuasaannya. andika hendra m http://www.koran-sindo.com/node/302188

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford