Maduro Tuding AS Rencana Bunuh Capriles

CARACAS – Presiden sementara Venezuela Nicolas Maduro meminta Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, pada Minggu (17/3) waktu setempat, untuk menghentikan skenario pembunuhan terhadap pemimpin oposisi Henrique Capriles. Rencana jahat itu ditujukan untuk mengacaukan Venezuela menjelang pemilu presiden 14 April mendatang. “Rencana pembunuhan yang dilakukan AS itu bertujuan untuk menyalahkan pemerintah atas terjadi serangan tersebut. Itu juga ditujukan untuk menciptakan kekisruhan di Venezuela yang telah digoyang dengan kematian presiden dan musuh utama Washington, Hugo Chavez,” kata Maduro kepada stasiun televisi swasta seperti dikutip AFP. Maduro menjelaskan dalam skenario itu untuk menebarkan kebencian terhadap rakyat Venezuela. “Tujuan utama rencana itu untuk terjadi sebuah kudeta,” katanya. Maduro menuding Badan Intelijen Pusat AS (CIA) dan Pentagon merencanakan skema pembunuhan tersebut. Bukan Cuma itu, mantan diplomat AS yang berkerja di Kedutaan Besar di Venezuela, Roger Noriega dan Otto Reich, dituduh oleh Maduro, juga terlibat dalam penyusunan skenario. “Kelompok oposisi juga terlibat dalam rencana jahat tersebut,” kata Maduro. Untuk itu, Maduro berjanji pemerintahannya bakal menyediakan “perlindungan khusus bagi semua kandidat presiden”, khususnya Capriles. Dia menegaskan mendapatkan informasi itu dari sumber terpercaya. Sebenarnya Maduro dan Capriles sedang bersaing. Mereka menjadi kandidat kuat pemilu presiden pada 14 April mendatang. Ini untuk mencari pengganti mendiang Presiden Hugo Chavez yang meninggal karena kanker pada 5 Maret 2013 lalu. AS langsung membantah tudingan tersebut. “Kita secara khusus membantah tudingan keterlibatan Pemerintah AS dalam rencana untuk membunuh siapapun di Venezuela,” ujar seorang juru bicara Departemen Luar Negeri AS, dikutip Reuters. Washington dan Caracas memang terlibat dalam ketegangan diplomatik sejak Chavez berkuasa pada 1999. Mereka tidak mengirimkan duta besar pada masing-masing ibukota kedua negara sejak 2010. Venezuela memang kerap menuding AS merencanakan pembunuhan, termasuk membunuh Chavez dan menggoyang pemerintahan. Namun, Capriles, Gubernur Negara Bagian Miranda, mengungkapkan Maduro bakal disalahkan jika “segala sesuatu terjadi.” Tidak jelaskan maksud sesuatu yang terjadi tersebut. Capriles menjadi kuda hitam pada pemilu mendatang. Pasalnya, pada Oktober lalu, dia kalah pada pemilu presiden mengalahkan Hugo Chavez. Tak ingin kalah dalam pemilu presiden nanti, Caprilies pada akhir pekan telah menggelar kampanye di beberapa provinsi untuk menggalang dukungan. Politisi berusia 40 tahun itu menjanjikan model ekonomi seperti Brazil yang bakal diterapkan di Venezuela. Dia menuding Maduro telah mengimitasi Chavez dan menjadikan kematian bosnya itu sebagai alat kampanye yang buruk. “Nicolas (Maduro), saya tahu kamu melihat saya. Dengar, saya ingin menghancurkan kamu dengan pemilu. Yang menentukan di sini adalah rakyat,” ujar Capriles di Kota Merida. “Anda tidak memiliki rakyat, anak-anak, karena mereka adalah pengikut presiden (Hugo Chavez).” Saat ini, Capriles ingin fokus suara dan isu di akar rumput, seperti tingginya angka kejahatan, inflasi, dan permasalahan pelayanan publik. Berulang kali, dia juga meminta penyelenggaraan kampanye yang tidak memanfaatkan penyalahgunaan kekuasaan. Tak ingin kalah, pemerintah Venzuela justru menuding Capriles sebagai boneka yang didanai oleh elit lokal dan imperialis yang tamak yakni AS. “Akankah Capriles menerima dukungan secara eksplisit dari Washington?” tulis Menteri Informasi Venezuela, Ernesto Villegas, di status Twitter-nya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford