Suriah Diambang Kehancuran
NEW YORK – Konflik yang telah berlangsung selama 22 bulan mengakibatkan Suriah diambang kehancuran. Itu tegaskan oleh utusan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Lakhdar Brahimi.
Brahimi mengungkapkan kalau perang Suriah telah mencapai “tingkat kengerian yang belum pernah terjadi sebelumnya.” Dia menuturkan perpecahan Dewan Keamanan PBB dalam menentukan sikap dalam menangani Suriah menjadi penyebab negara itu semakin terjerumus dalam konflik yang lebih dalam.
“Tingkat kengerian di Suriah belum pernah terjadi sebelumnya. Tragedi ini tidak memiliki akhir,” kata Brahimi dalam pertemuan tertutup 15 anggota Dewan Keamanan PBB. “Negara ini hancur di depan mata semua orang. Hanya komunitas internasional yang bisa membantu, dan yang pertama serta terpenting adalah Dewan Keamanan,” imbuhnya dikutip AFP.
Penegasan Brahimi itu setelah pembantaian baru mengemuka di kota Aleppo. Sedikitnya 78 jenazah ditemukan di sungai di distrik Bustan al-Qasr. Sebagian besar jenazah ditemukan dengan tangan terikat di punggung dan luka tembakan di kepala.
Brahimi berusaha mencari solusi krisis berdasarkan rencana perdamaian yang disepakati pada konferensi internasional pada Juni 2012. PBB mengatakan konflik itu telah menewaskan lebih dari 60.000 orang. Baik oposisi pemberontak dan pemerintahan Assad sama-sama melakukan kejahatan yang keji. Suriah semakin hancur karena serangan-serangan baik dari kubu pemberontak dan pemerintah.
Dia juga memperingatkan kalao konflik bakal berdampak ke negera tetangga. “Tak ada negara yang kebal dalam menghadapi konsekuensi konflik itu,” kata Brahimi. Dengan kehancuran Suriah, kata dia, wilayah Timur Tengah bakal memasuki kondisi buruk dan itu menjadi catatan penting bagi seluruh dunia.
Dalam keterangan pers, Brahimi mengatakan pemerintah Suriah dan oposisi menghancurkan Suriah “sedikit demi sedikit.” “Kawasan itu dijerumuskan ke dalam situasi yang sangat buruk,” tuturnya. “Itulah kenapa saya yakin Dewan Keamanan tidak bisa hanya mengatakan, ‘Kami tidak sepakat, mari kita tunggu waktu yang lebih baik.’ Saya rasa mereka harus mengatasi masalah ini sekarang,” tuturnya.
Dewan Keamanan PBB terbelah dalam konflik Suriah selama berbulan-bulan. AS, Inggris, Prancis dan kekuatan Barat lainnya mendorong resolusi yang mengancam sanksi atas pemerintahan Presiden Bashar al-Assad. Namun, Rusia dan Cina memveto resolusi itu tiga kali. Moskow, sekutu dekat Suriah, juga menolak mendukung seruan agar Assad mundur.
Sebelumnya, cuplikan video temuan menyeramkan di Aleppo dipublikasikan oleh aktivis di YouTube. Cuplikan itu menunjukkan banyak jenazah hanyut atau tersebar di tepian sungai Quwaig, yang membatasi sisi barat Aleppo. Jenazah-jenazah tersebut berselimut lumpur dan sudah kaku. Ada pula tanda-tanda kucuran darah dari kepala.
Kubu oposisi menyatakan jumlah korban tewas bakal terus bertambah karena masih banyak jenazah yang belum diangkat dari dasar sungai. Mereka menyalahkan Presiden Bashar al-Assad atas pembunuhan tersebut. (andika hendra m)
Komentar