Lima Sandera Masih Hilang

IN AMENAS – Pemerintah Aljazair masih mencari lima warga negara asing yang dikabarkan masih hilang dan berusaha mengidentifikasi lima jenazah lainnya. “Masih belum ada berita mengenai lima warga asing yang hilang,” ujar sumber pemerintahan Aljazair kepada AFP. Pejabat itu menjelaskan kompleks tambang gas itu sangat besar sehingga proses pencarian jenazah memerlukan waktu. Perdana Menteri (PM) Aljazair Abdelmalek Sellal tidak menjelaskan secara spesifikan kewarganegaraan yang masih hilang. Sebanyak 37 warga negara asing dari delapan negara tewas dalam tragedi penyanderaan paling mengerikan itu. Padahal, para penyandera menginginkan pembebasan para tahanan gerilyawanan dan diakhirinya intervensi militer Prancis di Mali. Sebuah pesawat yang mengangkut para pakar dari Norwegia telah tiba di Aljazair pada Selasa lalu. Mereka untuk membantu indentifikasi para korban Norwegia yang belum ada kejelasan. Di kamar jenazah rumah sakit di dekat kompleks tambang itu hanya terdapat 29 jenazah penculik dan tiga penculik lainnya ditangkap dalam serangan pembebasan. Pejabat keamanan menegaskan ada beberapa penculik yang ditangkap dalam kondisi hidup, dua warga Aljazair dan satu warga Tunisia. Seorang sumber yang dekat dengan kelompok gerilyawan mengungkapkan para penculik memasuki Aljazair dari Libya. Mereka juga menggunakan senjata. “Dukungan logistik disediakan dari Libya,” ujar sumber itu. Namun, dia tidak menyebutkan bantuan seperti apa yang diberikan gerilyawan Libya. Pemerintah Aljazair mengklaim pasukan khusus telah berhasil menyelamatkan 685 sandera Aljazair dan 107 sandera asing. Sebagian besar mereka diselamatkan pada operasi pembebasan pada Kamis (17/1) lalu. Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Malaysia kemarin menyatakan seorang warganya tewas dalam krisis penculikan di Aljazair. Selain itu, satu warga Malaysia juga dilaporkan masih hilang. Mereka masih berusaha untuk menerbangkan jenazah pria yang diidentifikasi bernama Chong Chung Ngen untuk kembali ke Malaysia. Menteri Luar Negeri Malaysia Anifah Aman mengeluhkan minimnya informasi dari Pemerintah Aljazair dalam upaya untuk menemukan warganya yang masih hilang yakni Tan Ping Wee. “Lebih lanjutnya, pernyataan resmi dari Pemerintah Aljazair tidak dinyatakan detail mengenai operasi penyelamatan untuk melengkapi daftar sandera yang hilang,” kata Aman. Dua pekerja Malaysia yang berhasil selamat telah diungsikan ke Algier untuk kembali ke tanah airnya. Sementara, satu kolega mereka secara sukarela tetap tinggal di Algier untuk membantu mencari informasi mengenai Tan. Sementara itu, Wakil Menteri Luar Negeri Shunichi Suzuki kemarin tiba di Aljazair dan langsung bertemu dengan Perdana Menteri (PM) Aljazair untuk berkoordinasi mengenai warganya yang tewas dalam penyanderaan. Setidaknya tujuh warga Jepang tewas dalam krisis penyanderaan tersebut. Tiga warga Jepang lainnya masih belum diketahui nasibnya. Menurut Ketua Sekretaris Kabinet Yoshihide Suga, Suzuki membawa surat yang ditujukan kepada Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika dari PM Jepang Shinzo Abe. “Pemerintah bakal menggunakan cara apapun untuk mendapatkan konfirmasi mengenai apa yang sebenarnya terjadi terhadap tiga orang yang masih belum diketahui nasibnya,” tutur Suga. Suga telah meminta Aljazair untuk melakukan investigasi menyeluruh mengenai peristiwia di tambang gas dan bagaimana para sandera tewas. “Aljazair telah berjanji untuk bekerjasama sebiasanya,” kata Suga. Pernyataan Suga itu sebagai bentuk kebijakan Pemeirntah Jepang yang mengikuti Inggris, AS dan negara lainnya untuk menggunakan demarche atau insiatif untuk Aljazair pada Jumat. Demarche merupakan langkah diplomatik formal untuk menyampaikan pesan disampaikan melalui orang dibandingkan menggunakan catatan. Wakil Menteri Luar Negeri Jepang Minoru Kiuchi telah meminta Menlu Aljazair Mourad Medelci bahwa Tokyo meminta prioritas utama untuk bertindak agar para sandera dalam kondisi hidup. “Jepang sangat peduli mengenai tindakan-tindakan untuk menyelamatkan para sandera. Pemerintah Aljazair justru menggunakan operasi penyelamatan militer!” ujar Kiuchi. Tak ingin tragedi terulang di Aljazair, Tokyo telah mengumumkan penutupan kedutaannya di Mali. Jepang langsung mengevakuasi diplomat dan menyarankan warganya untuk meninggalkan Mali karena alasan yang keamanan. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford