Hillary Emosional Bantah Kelalaian Tragedi Benghazi

WASHINGTON – Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Hillary Clinton, pada Rabu (25/1) waktu setempat, sangat emosional saat membantah tuduhan dari kubu Partai Republik mengenai tragedi penyerangan konsulat AS di Benghazi, Libya. Dia juga memperingatkan dunia untuk memerangi peningkatan ekstrimisme. Hillary tampak sangat emosional ketika anggota Senat Ron Johnson yang menanyakan kebijakannya yang menghubungkan serangan itu dengan demonstrasi anti-Islam. “Dengan penuh penghormatan, faktanya, kita memiliki empat warga Amerika yang tewas. Apakah itu karena demonstrasi atau pria yang berjalan pada malam hari atau siapa yang ingin membunuh warga AS,” ujar Hillary dikutip AFP. “Apa perbedaannya dari informasi tersebut?” tanya Hillary. Hillary mengungkapkan tugas pemerintahannya untuk menggambarkan apa yang terjadi dan melakukan apapun untuk mencegah hal itu terjadi lagi. Kemudian, pertanyaan memojokkan datang dari anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Jeff Duncan yang menanyakan kenapa Hillary membiarkan konsulat menjadi jebakan kematian. Hillary mengungkapkan bahwa dia memberikan penjelasan yang terbuka dan transparan. Serangan demi serangan dari kubu Republikan cukup membuat Hillary gerah. Apalagi, kesaksian penuh emosional itu berlangsung selama lima jam. Senator Republikan Bob Corker mengatakan serangan Benghazi dan respons AS menunjukkan ketidaksiapan yang memprihatinkan dalam menghadapi kejadian-kejadian tersebut. Bahkan, Senator Rand Paul beranggapan Hillary seharusnya dipecat. “Ketika saya menjadi presiden saat itu. Saya tahu Anda tidak membaca surat kabel dari Benghazi, Anda tidak membaca kabel dari Duta Besar Christopher Stevens,” kata Paul. Tak kalah panas, Senator John McCain mengungkapkan selama empat bulan lamanya, rakyat AS tidak mengetahui informasi dasar mengenai tragedi itu. Hillary selalu membela diri. Dia menjelaskan bahwa tidak ada upaya menutup-nutupi peristiwa di seputar serangan di Benghazi. “Saya ingin mengatakan bahwa orang menuduh duta besar Susan Rice dan pemerintah menyesatkan warga Amerika. Saya mengatakan, dengan berupaya berada di tengah hal ini dan memahami hal yang terjadi, tidak ada yang lebih jauh lagi dari kebenaran,” tegasnya. Dalam perdebatan serius itu, Hillary mengaku bertanggungjawab dalam serangan atas kantor Konsulat AS yang menewaskan Dalam serangan 11 September 2012 tersebut, Duta Besar Amerika Serikat, John Christopher Stevens tewas bersama tiga staf lainnya. “Saya bertanggungjawab,” ujar Hillary di depan Komite Hubungan Luar Neger Senat. Awalnya, Hillary seharusnya memberikan keterangan kepada Senat pada tahun lalu. Namun, dia menderita penggumpalan darah setelah terjatuh karena pingsan beberapa hari sebelumnya. Dalam pernyataan pembukaan kesaksiannya di Senat, Hillary menjelaskan meningkatnya gerilyawan Islam di Afrika Utara setelah jatuhnya beberapa pemerintahan. “Revolusi Arab telah mengguncang dinamika kekuasaan dan menghancurkan aparat keamanan di seluruh kawasan,” tuturnya. Sebenarnya, Hillary bakal mundur dari jabatannya dalam beberapa hari mendatang. Pencalonan kandidat Menteri Luar Negeri AS mengarah kepada John Kerry. Dia bakal melenggang maju dengan mudah karena mendapatkan dukungan kuat di Senat. “Tidak ada yang lebih berkomitmen untuk memperbaikinya. Saya bertekad meninggalkan Departemen Luar Negeri dan negara kita lebih aman, lebih kuat, dan lebih terlindungi,” katanya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford