Satelit Korut Mati

WASHINGTON – Satelit milik Korea Utara (Korut) yang diluncurkan pada pekan lalu itu tampanya tidak berfungsi karena tidak memantul sinyal saat dideteksi. Para ahli antariksa yang memonitor penerbangan antariska mengungkapkan satelit Korut itu tidak menunjukkan aktivitas dan proses kerja layaknya satelit pada umumnya. Mereka menuding satelit itu hanya menjadi boneka saja sebagai latihan peluncuran roket jarak jauh. Jonathan McDowell dari Pusat Kajian Harvard-Smithsonian untuk Fisika Astronomi mengungkapan satelit itu memang berada di orbit bumi, tetapi tidak ada lagu yang terdengar. “Berdasarkan pengalaman kita, satelit itu tidak bekerja,” kata McDowell dikutip AFP. “Rasanya ada yang salah dengan satelit itu.” Selain itu terdapat juga tanda permasalahan lainnya. McDowell mengungkapan satelit itu berfluktuasi dan bergerak turun naik serta terlihat sangat terang. Itu berarti matahari berada pada sudut yang berbeda. “Bisa jadi, satelit itu memang tidak menghadap ke Bumi seperti seharusnya kebanyakan satelit,” katanya. Meskipun satelit tidak berfungsi, satelit tetap berada di orbit bumi. Situs komersial www.n2yo.com pada Senin (17/12) menjelaskan satelit mengorbit sekitar 505 kilometer di atas Bumi. Itu sesuai dengan pernyataan resmi Pemerintah Korut. Mengenai hal tersebut, menurut McDowell itu sulit untuk dihitung secara kasar jarak antara satelit hingga ke bumi. Pasalnya, obyek itu memiliki kepadatan yang tinggi dan harus bertahan selama beberapa tahun. McDowell mengungkapkan kesuksesan satelit Korut mengorbit itu mungkin bakal menjadi bumerang bagi negara. “Bagi warga Korea Utara, itu bakal menjadi kebanggaan atas teknologi yang dikuasai pada abad 21, meskipun mereka tidak dapat memberikan makan rakyatnya,” katanya. Kemudian, kantor berita Korut KCNA pada pekan lalu mengutip pernyataan seorang ilmuwan yang menyebutkan teknologi peluncuran roket dan satelit sangat sempurna. Apalagi, satelit itu menyiarkan “Lagu Jenderal Kim Il-sung” dan “Lagi Jenderal Kim Jong-il”. Dua orang itu merupakan mantan pemipin Korut yang juga kakek dan ayah Kim Jong-un. Sebelumnya, baik Amerika Serikat (AS), Korea Selatan (Korsel) dan Jepang mengutuk peluncuran roket itu. Mereka menganggap itu sebagai dalih latihan peluncuran misil jarak jauh. Juru Bicara Pentagon George Little menegaskan AS masih menilai obyek dan mengukur kewaspadaan yang ditingkat. Dewan Keamanan PBB menegaskan perlunya respon yang cukup sebagai tanggapan peluncuran roket tersebut. “Peluncuran ini merupakan program senjata, bukan tujuan perdamaian,” ujar Juru Bicara Departemen Luar Negeri Victoria Nuland. Sementara itu, China tetap menolak upaya AS untuk menambah sanksi baru bagi Korut. Gary Locke, Duta Besar AS untuk Beijing, mengungkapkan kedua negara sangat memiliki pandangan yang berbeda dalam menangani aksi Korut dengan resolusi Dewan Keamanan. DK-PBB yang beranggotakan 15 anggota, termasuk China, mengecam peluncuran roket hanya beberapa jam itu bakal dilepaskan. “China sangat percaya bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Korut. Kita harus membantu mereka secara ekonomi,” kata Locke. Apalagi, China ingin menghidupkan kembali perundingan enam negara mengenai senjata nuklir Korut. “China ingin kita kembali mengikat hubungan dengan Korut. Janya saja, ketika AS berusaha mencoba menjalin hubungan positif dengan Korut, mereka justru gagal mewujudkan janjinya.” Beijing telah memberikan sinyal bahwa mereka sepakat untuk menambah sanksi baru kepada Korut. “ Tidak ada diskusi serius mengenai resolusi terhadap Korut,” ujar salah satu diplomat. “Lobi dengan China bakal memakan waktu berminggu=minggu dan tidak ada jaminan bakal munculnya tekanan baru,” ujar duta besar dari negara lainnya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford