Korsel Diprediksi Miliki Presiden Perempuan

SEOUL – Kandidat presiden Korea Selatan (Korsel) Park Geun-hye kemarin diprediksi bakal memenangi pemilu kali ini dan menghantarkannya sebagai presiden perempuan pertama di Negeri Ginseng tersebut. Dalam exit poll yang dilakukan media televisi Korsel menyebutkan putri mantan jenderal itu memimpin 50,1% dibandingkan lawannya Moon Jae-in yang meraih 48,9%. Park hanya memimpin 1,2% dibandingkan lawannya. Di kantor pusat Partai New Frontier, para anggotanya langsung berpesta. “Kita sangat senang,” kata Kwon Young-se, salah satu tim kampanye Park. “Exit poll itu adalah hasil sementara. Kita akan memantau hingga semua suara dihitung,” imbuhnya dikutip AFP. Para pendukung Park juga berkumpul di luar kediamannya di Seoul, mereka menyanyi dan menari. Sementara kubu Moon mengaku masih berharap banyak. “Hasil jajak pendapat kita hanya memiliki margin yang tipis. Kita masih menunggu karahapan karena ada margin of error,” kata Jin Sung-mee, juru bicara Partai Bersatu Demokratik. Menariknya, jika jumlah pemilih yang memberikan suara pada pemilu kali ini mencapai 77%, maka Moon bakal menampilkan tarian sensasional Gangnam Styel ala Psy. Dalam jajak pendapat menunjukkan dukungan anak muda memang mengarahkan kepada Moon untuk menguasai Istana Kepresidenan Korsel, “Rumah Biru”. Isu Korea Utara (Korut) menjadi hal yang sangat sensitif. Moon menjanjikan bantuan tanpa prasyarat bagi Korut untuk mengenalkan kembali kebijakan memperat hubungan dengan mantan rival Perang Dingin itu. Kemudian, jika Park menang, perempuan berusia 60 tahun dan belum menikah itu, bakal menjadi pembaharu karena politik Korsel identik dengan lelaki. Dia juga berjanji bakal membuka dialog dengan Korea Utara (Korut) membahas perihal nuklir. “Kita harus membuka era baru,” kata Park saat memberikan suaranya, dikutip Reuters. Park juga bakal memberlakukan kebijakan kesejahteraan. Dia juga berjanji tidak akan menaikkan pajak dan membelanjakan lebih banyak uang untuk memperkuat ekonomi. “Sama seperti seorang ibu yang mendedikasikan kehidupannya untuk keluarganya, saya bakal menjadi presiden yang bakal merawat kehidupan masing-masing rakyat,” kata Park. Hal berbeda diprogramkan Moon. Dia justru mengajukan paket USD18 miliar paket pekerjaan, peningkatkan bantuan persalinan dan meningkatkan pajak untuk orang kaya. Program yang paling kontroversial adalah mencabut kebijakan pakta perdagangan bebas dengan Amerika Serikat (AS). Moon memang lebih agresif dibandingkan Park. Dia juga ingin melepaskan kendali keluarga konglomerat raksasa Korsel atau “chaebol” yang mendominasi negara Ginseng itu. Selama ini, Korsel memang dikuasai kelompok keluarga konglomerat seperti Samsung dan Hyundai. “Ini merupakan salah satu jalan bagi rakyat untuk mengubah dunia,” katanya saat memberikan suara di Busan. “Pemilu kali ini mengenai kehidupan kita, demokrasi ekonomi, kesejahteraan dan perdamaian di semenanjung Korea,” imbuhnya dikutip AFP. Sementara itu, warga Korsel dengan mengenakan pakaian tradisional memberikan suara mereka di Seoul. Pemungutan suara dibuka pukul 06.00 waktu setempat (04:00 WIB) dan akan ditutup 12 jam kemudian. Lebih dari 40 juta orang memilih hak untuk memberikan suara. Hasil resmi diduga baru akan dirilis Kamis. Pemerintah Korsel menjadikan hari pilpres sebagai hari libur agar rakyat dapat memberikan suara mereka tanpa hambatan. “Saya terkejut dengan banyaknya orang di tempat pemungutan suara,” kata Jun Jin-woo, 19, pemilih pemuda. “Tapi itu membuat saya merasa suara saya sangat berharga.” Siapa sebenarnya Park? Park Geun-hye adalah anak dari mantan penguasa militer Jenderal Park Chung-hee, seorang tokoh yang mentransformasi Korsel menjadi negara yang sukses secara ekonomi pada 1961-1979. Namun, Jenderal Park dituduh kejam memperlakukan orang-orang dengan pandangan politik berbeda. Kedua orang tua Park dibunuh. Ibunya dibunuh oleh utusan Korut pada 1974 dan ayahnya pada 1979 oleh pemimpin badan intelijennya sendiri. Park, 60, September lalu meminta maaf atas pelanggaran-pelanggaran HAM selama masa jabatan ayahnya dan mengatakan ia akan menjadi “presiden bagi semua orang, yang hanya memikirkan kepentingan rakyat.” Sedangkan Moon, seorang mantan pengacara HAM, pernah dipenjara karena memprotes rezim Jenderal Park. Dia adalah mantan kepala staf di masa presiden sebelum Lee, yaitu Roh Moo-hyun, yang bunuh diri pada 2009 atas dugaan korupsi. Moon mengungkapkan dugaan korupsi dan inkompetensi yang menyelimuti partai Park. “Krisis ini secara keseluruhan tidak akan usai dengan mengganti pemain. Kita harus mengganti seluruh tim,” kata pria berusia 59 tahun itu. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford