PBB Akui Kedaulatan Palestina

YERUSALEM – Kegembiraan pecah di jalanan di Tepi Barat dan Jalur Gaza kemarin setelah pada Kamis (29/11) waktu New York, Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) memberikan pengakuan kepada Palestina sebagai negara nonanggota badan dunia itu. Dengan dukungan 138 negara dari 193 anggota PBB,Palestina diakui sebagai negara berdaulat. Sebanyak 9 negara menentang dan 41 memilih abstain serta 5 negara tidak ikut berpartisipasi. Pengakuan ini merupakan kekalahan diplomatik paling besar bagi Israel dan Amerika Serikat (AS). Bendera Palestina langsung berkibar di Sidang Umum PBB setelah kemenangan diumumkan. Presiden Palestina Mahmud Abbas menyebut pengakuan oleh anggota PBB itu sebagai “akta kelahiran”negara Palestina. Dia menganggap pemilihan itu sebagai suatu sejarah. “Besok, kami akan memulai perang baru,” ujar Abbas dalam resepsi perayaan tersebut. “Kami telah memiliki jalan panjang dan sulit di depan kami. Saya tidak ingin mengumbar kemenangan pada malam ini,tetap jalan ke depan masih sulit.” Dia berharap peningkatan status itu dapat menjadi batu loncatan dalam perundingan langsung dengan Israel.“Kami akan bertindak bertanggung jawab dan bersikap positif dalam langkah ke depan. Kami akan bekerja sama memperkuat kerja sama dengan negara lain dan rakyat dunia untuk mewujudkan perdamaian,” kata Abbas. Menteri Luar Negeri Palestina Riyad al-Maliki mengungkapkan, setelah pemilihan pengakuan itu, bila Israel terus melanjutkan pembangunan permukiman ilegal, pihaknya bakal menempuh jalur Mahkamah Internasional (ICC). “Selama Israel berkomitmen tidak melakukan kekejaman, tidak membangun gedung, tidak melanggar hukum internasional, kita tidak memiliki alasan untuk menempuh jalur ICC,”katanya. Menurut dia, jika Israel terus melanjutkan agresi,pembangunan pemukiman, pembunuhan dan pelanggaran hukum internasional, Palestina bakal mengetuk pintu di tempat lain, yakni ICC. Sementara itu, Hamas yang menguasai Jalur Gaza,menyebut peningkatan status PBB itu sebagai kemenangan. “Itu adalah kemenangan baru sebagai jalan pembebasan Palestina dan kami mengucapkan selamat bagi diri kami,” ujar pejabat senior Hamas,Ahmed Yussef. Guru besar hukum internasional dari Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana menyatakan peningkatan status Palestina menjadi negara pemantau nonanggota (non-member observer state) di PBB memiliki tiga arti penting. Pertama,Palestina telah diakui oleh mayoritas negara di PBB dari sekadar entitas menjadi sebuah negara mengingat kategori Palestina saat ini adalah non-member observer state sejajar dengan Kota Vatikan. “Ini berarti bila Israel melakukan serangan balasan secara tidak proporsional ke Gaza, hal itu berarti serangan dari satu negara ke negara lain. Israel bisa dianggap telah melanggar hukum internasional,” kata Hikmahanto saat dihubungi SINDOdi Jakarta kemarin. Sebelumnya, lanjut dia, karena Palestina tidak dianggap sebagai negara,serangan Israel dikategorikan sebagai tindakan polisional suatu pemerintahan terhadap wilayah yang diduduki. Dengan diakuinya Palestina ini,para petinggi sipil dan militer Israel yang memutus kebijakan penggunaan kekerasan bisa didakwa melakukan kejahatan internasional. Arti penting kedua, beber Hikmahanto, Pemerintah AS sudah waktunya mengubah kebijakan luar negerinya secara mendasar dalam isu Israel- Palestina. AS, lanjutnya, tidak boleh menafikan suara dunia yang menghendaki Palestina sebagai sebuah negara. Menurut dia,AS tidak lagi bisa mem-back up sikap Israel yang tidak mengakui Palestina. “Sebagai kampiun demokrasi dan hak asasi manusia,suara terbanyak harus dihormati. Kedudukan superpower AS tidak seharusnya digunakan untuk meniadakan suara terbanyak masyarakat internasional,” paparnya. Ketiga, lanjutdia,statusnegarabagi Palestina diharapkan menjadi modal bagi perjuangan Palestina berikutnya. Indonesia Dukung Penuh Indonesia mendukung penuh keputusan PBB yang menaikkan status Palestina sebagai negara peninjau di badan dunia itu. “Indonesia bahkan bukan hanya mendukung, tetapi juga ikut memprakarsai resolusi tersebut dengan beberapa negara lain sebagai kosponsor,” papar Menteri Luar Negeri Indonesia Marty Natalegawa dalam siaran pers yang diterima SINDO kemarin.“Pengesahan Palestina menjadi negara peninjau di PBB memiliki simbol politik yang sangat penting dalam diplomasi. ” Dalam kesempatan tersebut, Indonesia juga menekankan pentingnya dimulai kembali proses perdamaian dan penciptaan situasi yang kondusif untuk memulai kembali proses perundingan damai, termasuk dihentikannya pembangunan permukiman Israel yang tidak sah dan penghukuman kolektif yang tidak berperikemanusiaan. Di saat yang sama Indonesia juga menegaskan arti penting dialog yang dilakukan di antara rakyat Palestina. Rayakan Kemenangan Di Tepi Barat, Palestina, warga merayakan hasil di PBB dengan mengibarkan bendera dan bertakbir.“Untuk pertama kalinya akan ada negara bernama Palestina yang diakui oleh seluruh dunia,” kata Amir Hamdan.“Hari ini dunia akan mendengar suara kita.”Di Gaza, orang-orang melambaikan bendera hijau untuk Hamas yang menguasai wilayah itu dan bendera kuning untuk Fatah yang berbasis di Ramallah. “Saya bahagia mereka mendeklarasikan kami sebagai negara meskipun ini hanya kemenangan moral.Ada banyak hiu di sana,tapi rasanya menyenangkan,” ujar Rashid al-Kor, 39,kepada AFP. Israel Protes Sebaliknya, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyebut pernyataan Abbas sebagai pidato berbisa danmenjijikkan.“Pidato Abbas itu penuh dengan propaganda palsu,” kecam Netanyahu seperti dikutip Reuters. Dia menyebut pidato itu diungkapkan oleh orang yang tidak menginginkan perdamaian. “Resolusi pengakuan PBB atas Palestina itu tidak memiliki arti,” protesnya. Berbicara seusai pemungutan suara, Duta Besar AS untuk PBB Susan Rice mendesak Palestina dan Israel untuk kembali mengadakan pembicaraan damai. “Kedua negara agar tidak melakukan aksi-aksi provokasi, baik di wilayah pendudukan, di New York, atau wilayah lain,”tuturnya. Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton menyebut keputusan itu disayangkan dan kontraproduktif. “Itu justru memberikan lebih banyak rintangan pada jalan damai,” kata Hillary seperti dikutip BBC. Dalam isu Palestina, kekuatan Barat terpecah.Prancis memberikan dukungan bagi Palestina. Begitu pun Austria, Italia,Norwegia, dan Spanyol. Dukungan kuat dari Eropa tidak lepas dari lobi kuat yang dilakukan Abbas. Adapun Inggris dan Jerman lebih memilih abstain. Dengan status baru Palestina di PBB tersebut, otoritas negara itu bakal kehilangan USD200 juta bantuan Washington. ● andika hendra m/ sabir laluhu http://www.seputar-indonesia.com/news/pbb-akui-kedaulatan-palestina

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford