McCain Kecam Obama Soal Insiden Libya

WASHINGTON– Senator John McCain bersama para petinggi Partai Republik lainnya mengecam perubahan penjelasan Gedung Putih mengenai serangan 11 September yang menewaskan empat warga AS,termasuk Duta Besar AS di Libya Chris Stevens. Republik tampaknya terus mencari kelemahan kebijakan luar negeri Presiden AS Barack Obama. McCain menegaskan, penjelasan awal pemerintahan Obama mengenai serangan itu memiliki maksud politik tertentu. Penjelasan awal pemerintah menyatakan serangan terhadap Konsultan AS di Benghazi, Libya itu merupakan insiden spontan demonstrasi anti-Amerika. Duta Besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Susan Rice menjelaskan bahwa serangan berjam-jam dengan mortir dan granat berpelontar roket di Konsulat AS di Benghazi,Libya,merupakan bagian demonstrasi spontan terkait video amatir yang melecehkan Nabi Muhammad. Namun, penjelasan itu kemudian direvisi Washington beberapa pekan setelahnya. Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menyatakan serangan di konsulat itu direncanakan dan terkait Al-Qaeda. Namun, Kantor Direktur Intelijen Nasional AS menekankan masih banyak pertanyaan yang belum terjawab. “Penjelasan awal pemerintah atas serangan itu jelas salah. Itu tidak melalui tes. Itu jelas pengabaian intelijen awal untuk berpikir bahwa orang datang untuk berdemonstrasi spontan dengan senjata berat,mortir,dan serangan berlangsung berjam-jam,” ungkap McCain dalam program States of the Union di stasiun televisi CNN. Calon wakil presiden Paul Ryan dari Partai Republik juga menuduh Obama gagal mengatasi insiden tersebut.“Itu menjadi gambaran besar mengenai fakta kebijakan luar negeri yang membuka mata kita, sebelum menonton televisi,” kata Ryan dalam program “Fox News Sunday”. McCain dan Ryan bergabung dengan Senator Republikan Bob Corker dan anggota Kongres Pete King, yang mengekspresikan kemarahan dalam penanganan insiden Libya. King meminta Rice, lingkaran dalam Obama,mundur dari jabatannya. Anggota Kongres dari New York menyebut pernyataan Rice tidak bertanggung jawab. Bagaimana tanggapan Obama? Penasihat senior Obama, David Plouffe, mengung-kapkan kepada NBC bahwa pernyataan kubu Republik itu tidak masuk akal dan benarbenar menyerang kebijakan peme-rintah karena alasan politik. “Kita sangat senang berdebat mengenai pendekatan kita da-lam masalah terorisme dan kebijakan luar negeri,” kata Plouffe. Sementara itu, Presiden Obama kemarin bersiap mengikuti debat pertamanya dengan Mitt Romney,calon presiden Republikan.Persiapan itu dengan meningkatkan kemampuan debat untuk menundukkan Romney. Obama dan Romney bakal berdebat di Denver, Colorado, Rabu (3/10) waktu setempat. Debat itu merupakan yang pertama dari tiga debat yang penting untuk menarik dukungan pemilih AS. “Media telah berspekulasi tentang siapa yang bakal mendapat tepukan hangat dan siapa yang bakal banyak mendapatkan poin,”kata Obama di depan 11.000 keturunan Hispanik di Lasvefas pada Minggu (31/9) lalu. “Gubernur Romney, dia merupakan pendebat yang baik.Saya juga baik,”kata Obama dikutip AFP.Fokus Obama dalam debat nanti adalah pentingnya pembaruan sistem keamanan bagi rakyat AS. ● andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/531494/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford