Konflik China – Jepang Terlalu Penting

TOKYO – Keguncangan ekonomi global membutuhkan Jepang dan China untuk bekerjasama secara penuh sehingga kedua negara itu tidak selayaknya berkonflik dalam hal perebutan kepulauan. Itu ditegaskan oleh Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Dia menegaskan dunia tidak boleh memberikan kesempatan bagi dua kekuatan dunia itu terjebak dalam konflik teritorial. Lagarde meminta agar dua kekuatan ekonomi dunia itu mengembangkan sikap toleransi demi kebaikan bersama seluruh dunia. “Baik China dan Jepang merupakan pengendali kunci ekonomi dunia yang tidak seharusnya terpecah karena konflik teritorial,” kata Lagarde dikutip Kyodo News. “Status ekonomi saat ini dan ekonomi global membutuhkan kerjasama yang erat antara Jepang dan China.” China merupakan kekuatan ekonomi kedua dan Jepang adalah kekuatan ekonomi ketiga yang terlibat dalam perebutan kepulauan di Laut China Timur. Tokyo menyebut kepulauan itu dengan nama Senkaku, dan Beijing menyebut dengan Diaoyu. Seperti diketahui, dampak sengketa pulau antara China dan Jepang merambat kemana-mana, termasuk ke sektor bisnis di ke dua negara. Sejumlah perusahaan mobil asa Jepang bahkan menghentikan operasional pabrik, menyusul meningkatnya konflik anti Jepang di China. Lagarde meminta negara yang bertetangga itu harus menunjukkan tingkat toleransi yang pasti jika mereka bekerjasama secara efektif. Pernyataannya itu dijelaskan menjelang kunjungannya ke Tokyo pada pekan depan. Sementara itu, pasukan penjaga pantai Jepang kemarin melaporkan kapal milik pemerintah China memasuki perairan di sekitar Pulau Senkaku yang dikuasai Tokyo. Mereka menyebutkan tiga kapal pemantau maritim China itu mengebaikan peringatan dari kapal patroli penjaga pantai yang memasuki perairan Jepang sesaat setelah pukul 12:30 waktu setempat. “Kapal patroli kita meminta mereka untuk meninggalkan wilayah kita dengan radio. Tapi, Haijian (nama kapal China) tidak membalas,” demikian keterangan resmi pasukan penjaga pantai Jepang dikutip AFP. Kapal-kapal China itu menuju ke Pulau Kubashima, salah satu pulau terbesar pada Kepulauan Senkaku. Tiga kapal China itu termasuk dari empat kapal yang telah tiba di perairan kepulauan itu sejak Selasa lalu. Tiga kapal China itu bertahan di perairan Jepang selama enam jam, meskipun pasukan penjaga pantai telah memperingatkan agar mereka segera pergi. Ketegangan kedua negara telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir. Mereka memperebutkan kepulauan yang dikenal memiliki sumber mineral dan lalu lintas kapal di Laut China Timur. Para diplomat China dan Jepang pun saling mengecam di sela-sela Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada akhir bulan lalu. Menteri Luar Negeri China Yang Jiechi menuding Jepang telah mencuri pulau milik Beijing. Sedangkan Deputi Duta Besar Jepang untuk PBB Kazuo Kodama menjelaskan kepulauan itu masuk secara legal dalam teritorial Jepang. Sementara pada Senin (1/10) lalu, Perdana Menteri (PM) Yoshihiko Noda menegaskan kalau Jepang tidak bermaksud untuk mengajukan kasus sengketa pulau itu ke Mahkamah Internasional (ICJ). Jepang menegaskan tidak ada ketegangan teritorial. “Kita tidak mempertimbangkan penggunaan ICJ,” kata Noda. Dia menjelaskan kalau Kepulauan Senkaku merupakan bagian integral Jepang baik diakui internasional dan sejarah. Sengketa antara Jepang dan China semakin memanas setelah Noda mengambil sikap untuk menasionalisasi kepulauan itu. Beijing tidak menerima langkah Tokyo. Para pengamat menyebut kebijakan nasionalisasi tiga dari lima pulau itu justru menjadikan isu itu menjadi permasalahan internasional. Sejak itu, sentimen anti-Jepang pun meluas di China. Perusahaan Jepang di Negeri Panda pun menjadi sasaran kemarahan para demonstran. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford