Tangkap Pembunuh Dubes, AS Kirim Pasukan Perang
BENGHAZI – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama memerintahkan pengiriman pasukan dan kapal perang ke Libya untuk menangkap pembunuh Duta Besar untuk Libya J Christopher Stevens dan tiga warga AS lainnya.
AS dan Libya juga bakal bekerjasama untuk mengungkap dan menangkap para gerilyawan yang melakukan aksi penyerang ke konsulat AS di Benghazi. Obama berjanji pembunuh Duta Besar untuk Libya J Christopher Stevens bakal dibawa ke pengadilan. Janji Obama itu dibuktikan dengan pengiriman dua kapal perusak dan satu unit Marinir ke Libya.
“Jangan buat kesalahan. Kita akan bekerjasama dengan Pemerintah Libya untuk membawa ke pengadilan para pembunuh yang menyerang rakyat kita,” kata Obama dikutip AFP. “Sangat tragis bahwa Chris Stevens tewas di Benghazi karena ia telah membantu menyelamatkan kota itu,” kata Obama. Berbicara di Gedung Putih, Obama mengatakan, “keadilan akan ditegakkan.”
Sebanyak, 50 Marinir ditempatkan di Kedubes AS di Tripoli, Libya. Marinir itu tergabung dalam satuan elit Pasukan Keamanan Anti-Teror (FAST). “Marinir mengirimkan tim FAST (Fleet Anti-terrorism Security Team) ke Libya,” ujar pejabat AS yang enggan disebutkan namanya tersebut. Dia juga menambahkan dua kapal perusak akan berada di wilayah Libya namun hanya sebagai langkah pencegahan.
Sebenarnya, FAST yang berada di bawah otoritas kepala operasi Angkatan Laut AS, dibentuk pada tahun 1987. Tim ini bertugas memberikan respons cepat atas ancaman-ancaman keamanan menyusul serangkaian serangan teror pada tahun 1970-an dan 1980-an silam.
Juru bicara Pentagon George Little menolak berkomentar lebih rinci mengenai pengerahan kapal militer tersebut. Dia mengatakan, langkah-langkah pencegahan yang diambil militer AS bukan cuma logis dalam kondisi tertentu namun juga hal hati-hati yang harus dilakukan.
Sebenarnya, serangan ke konsulat Benghazi terjadi pasa Selasa (11/9) lalu dipicu oleh film anti-Islam yang dibuat di AS. Akibat serangan itu mengakibatkan Stevens yang berusia 52 tahun bersama tiga warga AS lainnya tewas saat berusaha melarikan diri. Steven dikabarkan meninggal karena menghirup asap saat para gerilyawan menembaki dan melempari roket ke gedung konsultan AS itu.
Para pejabat AS kini menyelidiki apakah ada kemungkinan serangan tersebut diskenariokan oleh afiliasi Al-Qaeda atau pun para simpatisannya. Apalagi, aksi itu bersamaan dengan peringatan serangan 11 September yang ke 11. Menurut para pejabat Negara Arab, aksi
kekerasan itu kemungkinan sudah direncanakan.
BBC juga melaporkan brigade Ansar al-Sharia terlibat dalam serangan itu, tetapi kelompok itu telah membantah keterlibatan mereka. Sedangkan Wakil Menteri Dalam Negeri Libya, Wanis al-Sharif, sempat menuduh bahwa para penyerang adalah pendukung mendiang mantan pemimpin Libya, Muammar Khadafi.
Departemen Pertahanan Amerika Serikat sudah menegaskan akan bekerjasama dengan Departemen Luar Negeri untuk meningkatkan keamanan di fasilitas diplomatiknya di seluruh dunia. “Kami mengikuti insiden yang tragis ini dari dekat bersama Departemen Luar Negeri. Kami siap mendukung Departemen Luar Negeri dengan segala cara,” papar Juru Bicara Departemen Pertahanan, Letkol Steven Warren.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri, Hillary Clinton, mengatakan korban yang tewas memiliki komitmen untuk membantu rakyat Libya mencapai masa depan yang lebih baik. Dia juga berjanji bahwa aksi kelompok kecil tidak akan membuat Washington pergi dari Libya.
Sementara itu, Libya kemarin berjanji meluncurkan penyelidikan terhadap insiden di konsulat AS itu. “Segala upaya bakal dilakukan. Komite independen bakal dibentuk untuk melakukan penyelidikan,” kata Juru Bicara Komisi Keamanan Kementerian Dalam Negeri Libya, Abdelmonem al-Horr. Akankah tersangka bakal ditangkap? “Pastinya,” jawabnya tanpa menjelaskan lebih detail.
Horr memaparkan penyelidikan penyerangan itu sangat sulit karena banyaknya kerumunan di luar gedung konsulat. “Banyak ekstrimis, penduduk biasa, perempuan, anak-anak dan kriminal,” paparnya. Dia menegaskan komisi independen membutuhkan waktu untuk menyatakan siapa yang harus bertanggungjawab.
Ketua Majelis Nasional Libya, Mohammed Megaryef, sudah menegaskan para penyerang akan dibawa ke pengadilan. “Kami tegaskan bahwa tidak akan ada yang bisa bebas dari hukuman dan penyelidikan,” katanya dikutip stasiun televisi Al Jazeera.
Dia juga menyampaikan permintaan maaf kepada Amerika Serikat sehubungan dengan serangan atas Konsulat AS. Megaryef berjanji bahwa semua warga asing di Libia akan mendapat perlindungan dari pemerintah dan aparat keamanan Libya.
Aksi kerusuhan itu berawal dari film berjudul “Innocence of Muslims” yang disutradari dan diproduseri oleh Sam Bacile, 52, seorang pengusaha properti dari California, AS. Dalam film yang dibuat seorang warga AS keterunan Israel itu menggambarkan Islam sebagai “kanker”. (andika hendra m)
Komentar