Pelaku Pembunuh Dubes Ditangkap-AS Tingkatkan Keamanan Fasilitas Diplomatik

BENGHAZI– Aparat keamanan Libya kemarin telah menangkap empat orang tersangka pelaku penyerangan terhadap gedung Konsulat Amerika Serikat (AS) di Benghazi pada Selasa (11/9). Menurut penasihat petinggi ketua parlemen Libya,Monem Elyasser, tersangka yang ditangkap tidak terkait langsung dengan serangan yang menewaskan Duta Besar (Dubes) AS untuk Libya Christopher Stevens dan tiga warga AS lainnya. Sayangnya, dia tidak merilis identitas atau keterlibatan empat tersangka tersebut. Dalam insiden pada Selasa (11/9) itu,dua dari empat warga AS yang tewas adalah mantan anggota pasukan elite Angkatan Laut AS, SEAL, yang diidentifikasi bernama Tyrone Woods dan Glen Doherty. Satu korban tewas lainnya adalah petugas manajemen informasi, Sean Smith. Konsulat AS di Kota Benghazi dibakar orang-orang bersenjata yang membawa granat roket.Kekerasan di Benghazi terjadi menyusul unjuk rasa di Mesir yang menentang sebuah film yang dinilai melecehkan Islam yang dibuat warga AS. Hasil penyelidikan sementara otoritas AS dan Libya menunjukkan, pelaku serangan konsulat AS dilakukan secara terkoordinasi dan kemungkinan dilakukan kelompok gerilyawan bersenjata. Sejauh ini belum ada kelompok yang menyatakan bertanggung jawab atas serangan itu. Deputi Menteri Dalam Negeri Libya Wanis al-Sharif mengatakan, masih terlalu dini untuk menyebut apakah orang-orang yang ditangkap itu terkait kelompok atau organisasi tertentu. Perdana Menteri baru Libya Mustafa Abu Shaqur mengatakan bahwa penyelidikan kasus ini terus mengalami kemajuan. Dia menegaskan, kalau satu orang ditangkap terlebih dahulu dan berkembang menjadi tiga orang lain yang berhasil diamankan.“Bukti-bukti yang diperoleh penyidik berasal dari gambar di lokasi kejadian dan kesaksian para saksi,” paparnya. Abu Shaqur menyatakan, serangan atas konsulat AS sebagai tindakan kriminal. Dia mengatakan, kemarahan terhadap film yang dinilai melecehkan Islam tidak bisa dijadikan pembenaran atas serangan itu. “Sebagian orang-orang yang menyerang tidak paham bahwa kasus film itu tak ada hubungannya dengan pemerintah AS,” katanya kepada BBC. Sementara,Nakoula Basseley Nakoula,55,asal Mesir yang tinggal di California, kemarin mengaku tidak menyesal telah membuat film yang melecehkan Islam itu. “Saya sedih dengan pembunuhan dubes,tetapi saya tidak kecewa karena membuat film itu,”kata Nakoula kepada radio Sawa. Dia mengaku sebagai orang yang membocorkan cuplikan film berdurasi 14 menit dan disebarkan di internet. “Saya berpikir untuk merilis film secara keseluruhan.Tidak ada seorang pun yang memanipulasi film saya,”kata Nakoula. Ketika ditanyakan apakah dia merasa bersalah atas kekerasan yang secara langsung diarahkan kepada warga AS? Nakoula mengungkapkan bahwa dirinya merasa bersalah. Film itu telah memicu gelombang demonstrasi anti-AS di Timur Tengah dengan aksi demonstrasi di Mesir terus berlanjut. Kerusuhan antara polisi dan demonstran masih berlanjut sejak Selasa (11/9) lalu.Para demonstran yang terdiri dari anak muda kerap melempari polisi dan gedung Kedutaan Besar AS di Kairo dengan batu. Polisi membalasnya dengan menembakkan gas air mata. Sebelumnya aksi demonstrasi yang berujung kerusuhan pada Kamis (13/9) melukai 224 orang. Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin/IM), organisasi politik terbesar di Mesir, telah menyerukan aksi damai setelah Salat Jumat kemarin. Presiden Mesir Muhammad Mursi juga menyarankan para warganya untuk tetap tenang. Di Yaman, kelompok antipemerintah kemarin menyerukan aksi demonstrasi. Aksi itu dilakukan setelah empat orang tewas ditembak oleh polisi saat menggelar aksi demonstrasi di Kedubes AS di Sanaa. Sebelumnya demonstran sempat menyerbu bagian depan kantor Kedutaan besar AS di Sanaa pada Kamis (13/9). Di Lebanon, satu orang demonstran tewas dan 25 lainnya luka-luka setelah pengunjuk rasa terlibat bentrokan dengan aparat keamanan saat terjadi aksi anti-AS yang dipicu film yang dinilai anti-Islam itu. Di Yordania, aktivis Salafi juga menggelar demonstrasi di Amman. Hal serupa juga menyebar di seluruh Timur Tengah dan Asia,mulai dari Bangladesh, Iran, Irak, Jalur Gaza, Kuwait,Sudan,dan Tunisia. Sementara,AS kemarin mulai meningkatkan keamanan di seluruh fasilitas diplomatiknya menyusul demonstrasi anti-AS semakin menguat di Timur Tengah dan Afrika Utara serta negara muslim lain. Gedung Putih menegaskan, keamanan telah ditingkatkan di misi diplomatik AS di seluruh dunia.“Kita terus memantau dari dekat perkembangan yang dapat memicu lebih banyak demonstrasi,” kata Juru Bicara Gedung Putih Jay Carney dikutip AFP. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/526653/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford