AS Tarik Staf Kedubes

DUBAI– Amerika Serikat (AS) memerintahkan sebagian staf diplomatik beserta keluarganya di kantor kedutaan di Tunisia dan Sudan untuk meninggalkan dua negara tersebut. Washington menjelaskan staf diplomatik yang diperintahkan pergi merupakan staf diplomatik yang tidak memiliki peran sentral di kantor mereka. Pemerintah AS juga meminta warganya yang berada di Tunisia untuk segera meninggalkan negara itu. “Menyusul situasi keamanan di Tunis dan Khartoum, Departemen Luar Negeri (Deplu) AS memerintahkan pemulanganseluruhanggotakeluargadan personel nondarurat dari kedua pos tersebut. Bersamaan dengan itu,AS juga mengeluarkan larangan bepergian bagi warga AS,”kata Juru Bicara Deplu AS Victoria Nuland dikutipAFP. Deplu AS juga menyarankan agar warga AS menghindari demonstrasi publik dan konvoi politik meskipun aksi itu dilakukan secara damai. “Anda harus tetap rendah hati selalu mengubah waktu dan rute perjalanan, hati-hati dalam mengendarai mobil dan menjamin paspor dan visa dari Sudan dalam kondisi valid dan terbaru,” demikian nasihat Deplu AS. Deplu AS mengungkapkan Sudan telah melakukan beberapa langkah untuk membatasi aktivitas kelompok ekstremis meskipun mereka masih tetap di Sudan dan berencana menyerang kepentingan Barat.Teror masih menjadi ancaman kritis di Sudan.Tingkat keamanan bagi personel diplomatik AS juga telah ditingkatkan. Washington juga memerintahkan pemulangan bagi personel nondarurat AS dari Tunisia menyusul serangan yang terjadi pada Jumat (14/9). “Deplu AS memperingatkan warga AS agar tidak bepergian ke Tunisia saat ini,” demikian saran Washington. Bagi warga AS yang berada di Tunisia harus ekstra hati-hati dan menghindari demonstrasi. Sebelumnya AS berupaya menawarkan bantuan untuk ikut mengamankan kantor kedutaannya, namun tawaran itu tidak mendapat respons bagus. Sudan sebelumnya telah menolak usulan AS untuk mengirimkan pasukan Marinir yang ingin melindungi kantor kedutaan AS di Khartoum. Pemerintah Sudan mengatakan pasukan keamanan mereka masih mampu menjaga kantor kedutaan AS dari serbuan pengunjuk rasa. Sebenarnya langkah AS itu dilakukan karena Al Qaeda telah menyerukan lebih banyak serangan terhadap fasilitas AS di Afrika Utara dan Timur Tengah. Al Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP) pada Sabtu (15/9) mengeluarkan seruan agar kekerasan lebih banyak lagi terhadap misi diplomatik AS di Timur Tengah dan Afrika. AQAP juga menyarankan serangan lebih intensif terhadap kepentingan AS di Barat. Al Qaeda memaparkan serangan mematikan di Konsulat AS di Benghazi,Libya,merupakan upaya balas dendam atas pembunuhan Sheikh Abu Yahya al-Libi.Al-Libi dikenal sebagai pemimpin kedua dalam jaringan Al Qaeda. AQAP juga menyerukan aksi demonstrasi terhadap semua Kedubes AS di Timur Tengah dan Afrika. ”Pembunuhan Sheikh Abu Yahya bukan hanya meningkatkan antusiasme dan kebulatan tekad para putra pejuang kemerdekaan Libya Omar al- Mukhtar untuk membalas dendam terhadap penghinaan yang dilakukan terhadap nabi kita,” demikian keterangan AQAP dikutip kelompok pemantau intelijen SITE. Al Qaeda tidak secara langsung mengaku bertanggung jawab atas serangan pada Selasa (11/9) yang menewaskan Dubes AS untuk Libya Christopher Stevens dan tiga warga AS lainnya.“ Pengusiran kedubes dan konsulat AS itu dapat memicu pembebasan tanah Arab dari hegemoni dan arogansi AS,” demikian komentar AQAP. Sementara itu, Menteri Pertahanan AS Leon Panetta mengungkapkan, Washington telah mengatur pasukan untuk menangani meluaskan aksi kekerasan terhadap fasilitas diplomatik AS.“Kami siap jika demonstrasi tak terkendali,”kata Panetta kepada majalah Foreign Policy. Sementara itu, Imam Besar Al-AzharKairo,Mesir,Sheikh Ahmedal- Tayyeb,padaSabtu(15/9), menyerukan larangan internasional terhadap segala bentuk penghinaan terhadap agama. ●andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/527126/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford