Utusan PBB Kunjungi Korut Pascabanjir

SEOUL – Utusan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemarin mengunjungi wilayah di Korea Utara (Korut) yang pernah dihantam bencana banjir. Kunjungan itu sebagai pertimbangan untuk memberikan bantuan kemanusiaan. Pyongyang melaporkan bahwa sejumlah warga meninggal dan ribuan warga kehilangan tempat tinggal. Kantor berita resmi Korut mempublikasikan foto yang menunjukkan banyak warga yang tinggal di atap rumah, lahan pertanian yang disapu banjir dan ketinggian air sungai. “Para pejabat PBB yang berbasis di Korut bakal menunjungi dua wilayah terburuk kemarin. Kunjungan itu untuk melihat kemungkinan bantuan yang bakal diberikan oleh negara anggota PBB,” ujar Juru Bicara Badan PBB urusan Anak-Anak (UNICEF) Christoper de Bono dikutip AFP. De Bono mengungkapkan tim PBB bakal mengkoordinasikan bantuan jika memang wilayah itu layak untuk diberikan bantuan. Banjir itu menjadi tantangan berat bagi pemimpin baru Korut, Kim Jong-un. Pada masa kepemimpinan ayahnya, Kim Jong-il, Korut pernah dihantam kelaparan massal pada 1990an yang menewaskan ribuan orang. Dengan adanya kunjungan ke Korut, badan-badan PBB memperkirakan tiga juta orang bakal mendapatkan bantuan kemanusiaan pada akhir November tahun ini. Penggundulan hutan meluas menyebabkan Korut mengalami ancaman banjir. Mengecilnya luas hutan itu disebabkan karena masyarakat mengandalkan kayu sebagai bahan bakar dan kebutuhan lahan pertanian yang semakin meningkat. Pada Sabtu lalu (28/7), kantor berita resmi Korut, KCNA, melaporkan banjir yang terjadi selama stau pekan pada awal Juli lalu telah menewaskan 88 orang dan melukai 134 warga. Sebanyak 63.000 orang tidak memiliki tempat tinggal. Lebih dari 30.000 hektar lahan pertanian siap panen disapu banjir. Jalanan dan pabrik juga mengalami kerusakan parah. Kementerian Unifikasi Korea Selatan (Korsel) pada Senin (30/7) memaparkan bahwa tetangganya itu tidak memintan bantuan dari badan internasional. Dikarenakan tidak ada permintaan bantuan, Seoul pun belum bersiap-siap memberikan bantuan kemanusiaan. Banjir Korut itu mengakibatkan peningkatan tajam harga bahan makanan. Menurut para pembelot yang dihubungi Reuters, kenaikan harga besar itu telah dirasakan oleh para warga ekonomi menengah. Menurut para pembelot, kenaikan harga besar itu memicu keinginan reformasi ekonomi yang sepertinya direncanakan oleh pemerintahan Kim Jong-un. Hal senada juga diungkapkan para analis. “Banjir bakal menyebabkan kenaikan harga beras hingga panen musim gugur nanti. Itu bakal diperparah karena kekeringan yang melanda hebat,” ujar Kwon Tae-jin, peneliti senior di Institut Ekonomi Pedesaan Korea. “Jelas sekali, banjir itu membuat segala sesuatu semakin memburuk.” KCNA melaporkan angin kencang dan hujan deras mengguyur seluruh wilayah Korut, termasuk Pyongyang. Diprediksi bahwa sebagian besar wilayah Korut bakal mengalami kerusakan parah akibat hujan deras tersebut. “Hujan deras pada 29 Juli yang diikuti dengan kilat dan guntur itu memperburuk kondisi banjir di Korut,” demikian keterangan kantor berita PBB di Korut. Sebenarnya, AS mencapai kesepakatan dengan Korut pada Februari lalu mengenai bantuan makanan sebear 240.000 ton. Washington memberikan syarat bahwa bantuan itu diberikan sebagai imbalan agar Pyongyang membekukan uji coba nuklir dan misil. Tapi, perjanjian itu batal setelah Pyongyang meluncurkan roket yang mengalami kegagalan pada April lalu. Bagaimana respon Jong-un? Seperti dilaporkan KCNA, pada Senin (30/7) lalu, Jong-un justru malah menikmati pertunjukan musim untuk memperingati perjanjian gencatan senjata yang menunda perang dengan Korsel. Dia bukannya mengunjungi wilayah bencana banjir, tetapi bersenang-senang dengan keluarga dan seluruh pejabat pemerintahannya. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford