Lengsernya Assad Dinegosiasikan

DAMASKUS — Suriah siap menegosiasikan pengunduran diri Presiden Bashar al- Assad tapi tidak menjadikan hal tersebut sebagai salah satu prasyarat perundingan untuk mengakhiri konflik berdarah. Pernyataan itu disampaikan Deputi Perdana Menteri Suriah Qadri Jamil saat mengunjungi Moskow, Rusia. “Segala permasalahan dapat didiskusikan selama perundingan. Kita siap berdiskusi mengenai isu itu,”kata Jamil dikutip AFP. Jamil menekankan bahwa negara-negara barat tengah mencari alasan untuk melakukan intervensi militer ke negaranya. Jamil menggarisbawahi pernyataan koleganya dari Rusia yang menegaskan bahwa serangan militer ke Suriah tidak boleh terjadi. “Intervensi militer secara langsung ke Suriah merupakan suatu hal yang mustahil,” kata Jamil dikutip BBC.“Siapa pun harus merenungkan itu agar tidak terjadi konfrontasi yang lebih luas.” Sementara, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kembali menolak kemungkinan intervensi militer usai pembicaraan dengan diplomat China dan delegasi Rusia. “Hanya Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) yang memiliki wewenang untuk menggunakan kekuatan senjata terhadap Suriah,” kata Lavrov. Dia juga memperingatkan agar negara- negara Barat tidak berupaya menerapkan demokrasi dengan menggunakan bom. Namun, Amerika Serikat (AS) masih menginginkan agar Assad mundur secepatnya. “Sejujurnya, kita tidak melihat adanya sesuatu baru yang mengerikan di sana,”ujar Juru Bicara Departemen Luar NegeriAS Victoria Nuland.“Kita masih percaya bahwa semakin cepat Assad mundur,maka semakin banyak kesempatan yang dapat dilakukan setelah itu.” AS telah berjuang bersama negara-negara Arab untuk menekan agar Assad mundur. “Pemerintah Suriah mengetahui apa yang seharusnya dilakukannya,” kata Nuland. Dia meminta Rusia seharusnya mendorong agar rezim Assad mulai melaksanakan rencana transisi. Sementara, pertempuran sengit masih terjadi di Aleppo. Al Jazeera melaporkan pertempuran sengit yang terus berlanjut di kota itu. Pada Selasa lalu 24 orang dilaporkan tewas, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak. Seorang komandan Pasukan Pembebasan Suriah (FSA) Kolonel Abdul Jabbar al-Ukaidi mengatakan, pasukannya menguasai lebih dari 60% Kota Aleppo. “Setiap hari kita menguasai beberapa distrik baru,” ujar al-Ukaidi,”katanya. Namun,seorang sumber pasukan keamanan di Damaskus membantah klaim kelompok oposisi itu. “Para teroris itu tidak mengalami perkembangan,” ujar sumber itu dikutip Al Jazeera. Di Damaskus, pasukan Pemerintah Suriah kemarin menempatkan tank-tank di berbagai penjuru kota.Mereka juga menyerang permukiman yang dikuasai oleh pemberontak. Sedikitnya delapan orang tewas akibat serangan pasukan pemerintah di perkampungan Kfar Souseh, Daraya, Qadam, dan Nahr Aisheh. “Seluruh penjuru Damaskus diwarnai suara mortir,” kata seorang perempuan di perkampungan Kfar Souseh. Menurut Maaz al-Shami, anggota Kantor Media Damaskus dan kelompok aktivis oposisi muda, para pemberontak yang meninggalkan kota Damaskus telah berusaha kembali. “Mereka berusaha kembali ke rumah mereka,” kata Shami kepada Reuters. “Akibatnya pasukan pemerintah membalas dengan serangan mortir dan helikopter.Atmosfer perang sangat terasa di Damaskus. ” Kekerasan di Suriah dikhawatirkan telah mulai merembet ke tetangganya, Lebanon, di mana sedikitnya delapan orang tewas dan 43 lainnya luka-luka dalam bentrokan antara pendukung pro dan anti-rezim Damaskus di Kota Tripoli pada Selasa (21/8). andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/520877/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford