Jurnalis Jepang Tewas di Suriah

BEIRUT — Seorang jurnalis Jepang kemarin tewas dengan luka tembak setelah terjebak di tengah pertempuran antara pasukan Pemerintah Suriah dan pemberontak di Aleppo. Jurnalis itu diidentifikasi bernama Mika Yamamoto, 45. Dia merupakan warga Jepang pertama yang meninggal dalam konflik selama 17 bulan itu.Jurnalis yang bekerja untuk kantor berita Japan Press itu mengalami luka berat akibat tertembak saat meliput bersama Pasukan Pembebasan Suriah (FSA). Rekan kerja Yamamoto, reporter Kazutaka Sato, mengatakan bahwa kawannya itu tertembak pasukan pemerintah. “Kita melihat sekelompok orang yang samar-samar datang mengarah ke kita.Mereka tampaknya adalah pasukan pemerintah.Mereka mulai menembak acak. Mereka berjarak 20 hingga 30 meter dengan kita,”kata Sato dalam wawancara melalui telepon dengan stasiun televisi Jepang, dikutip Reuters. Pemantau Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR) mengungkapkan, pertempuran itu terjadi di distrik Suleimaniya, Aleppo.Pertempuran pemerintah dan pemberontak itu berlangsung sangat sengit. Japan Press pun belum berkomentar mengenai kematian jurnalisnya. Dalam situs kantor berita itu,Yamamoto pernah bertugas di Afghanistan selama dikuasai Taliban dan meliput perang Irak pada 2003. Laporan perang Irak yang dibuat Yamamoto memenangkan penghargaan Vaughn-Ueda yang diberikan Asosiasi Editor dan Penerbit Koran Jepang. Kantor berita Jiji Pressmelaporkan, Yamamoto berhasil selamat dari serangan tank AS di Hotel Palestine di Baghdad pada April 2003. Kantor berita KyodomemujiYamamoto sebagai pelopor jurnalis video di Jepang. Sebelum Yamamoto, ada wartawan Sunday Times bernama Marie Colvin, dan seorang fotografer bernama Remi Ochlik yang tewas saat meliput di Kota Homs pada Februari lalu. Tercatat pula wartawan televisi Prancis bernama Gilles Jacquier yang tewas saat mengikuti acara perjalanan bersama rombongan Pemerintah Suriah ke Kota Homs. PBB mengatakan hingga saat ini konflik di Suriah telah menyebabkan 18.000 orang tewas.Sementara,170.000 warga Suriah pergi mengungsi ke negara lain dan 2,5 juta orang dilaporkan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Sementara, Kementerian Luar Negeri Jepang membenarkan salah satu wartawan asal negara itu tewas saat tengah melakukan peliputan di Aleppo. Rekan korban, Kazutaka Sato, yang kemudian membantu proses identifikasi jenazahnya. Pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, jenazah Yamamoto saat ini telah diterbangkan ke Turki. “Sungguh menyedihkan seorang reporter Jepang tewas tertembak,” kata Kepala Sekretaris Kabinet Osamu Fujimura dikutip Reuters. “Kami menyampaikan ungkapan duka kepada keluarga korban.” Sementara, Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama pada Senin (20/8) memperingatkan, penggunaan senjata kimia menjadi “garis merah” dalam pertempuran yang terjadi di Aleppo.“Saya menegaskan pada poin ini bahwa tidak perlu keterlibatan militer,” kata Obama kepada reporter di Gedung Putih. “Tetapi, ada konsekuensi sangat besar jika kita melihat pergerakan senjata kimia dan penggunaan senjata kimia. Itu bakal mengubah kalkulasi saya secara signifikan,” imbuhnya dikutip AFP. Pernyataan Barat langsung ditanggapi Moskow. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kemarin memperingatkan bahwa penggunaan aksi bersama melawan Suriah. Penegasan itu karena Moskow dan Beijing menolak intervensi asing terhadap Suriah. andika hendra m http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/520741/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford