Obama Serukan Pengetatan Kepemilikan Senjata

NEW ORLEANS – Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama, pada Rabu (25/7) waktu setempat, menyerukan reformasi undang-undang (UU) kepemilikan senjata. Reformasi yang ditekankan oleh Obama adalah pengetatan persyaratan mengenai kepemilikan senjata. Pengetatan yang dipinta Obama adalah pemeriksaan para calon pembeli senjata berdasarkan akal sehatnya. Presiden kulit hitam pertama dalam sejarah AS itu menjamin bahwa orang yang tidak sehat tidak dapat memiliki senjata. “Saya, seperti kabanyakan warga Amerika, percaya bahwa amandemen kedua menjamin individu untuk memiliki senjata,” ujarnya pada Konvensi Liga Urban Nasional di New Orleans. Amandemen kedua itu merupakan bagian dari konstitusi AS. “Saya pikir kita mengakui tradisi kepemimpikan snejata yang telah dilalui dari generasi ke generasi untuk berburu dan menembak,” terangnya dikutip AFP. Sayangnya, Obama tidak menjelaskan dengan pasti langkah dan upaya yang bakal dilakukannya. Hanya saja untuk mencapai konsensus mengenai pengetatan kepemilikan senjata, Obama menyatakan siap bekerja sama dengan dengan Partai Republik di Kongres untuk mencapai kesepakatan. Menurut Obama, semua para pemilik senjata sepakat bahwa mereka tidak akan setuju jika kepemimpikan AK-47 jatuh kepada para penjahat. Senjata itu seharusnya berada di medan pertempuran, bukan di jalanan. Dia mengatakan dia telah meningkatkan pemeriksaan latar belakang siapa pembeli senjata. “Tapi, apa yang kita lakukan, tidak cukup. Diperlukan langkah lain untuk mengurangi kekerasan dengan bertemu kubu oposisi di Kongres,” katanya. Dia menjelaskan dirinya percaya semua pemilik senjata sepakat agar pemeriksaan catatan kriminal diperket sebelum mereka membeli senjata. “Individu yang memiliki penyakit mental seharusnya tidak dapat memiliki senjata dengan muda. Upaya ini dibutuhkan pemahaman bersama,” katanya. Seruan untuk amandemen konstitusi AS itu mengemuka setelah tragedi di Aurora di mana James Holmes mampu membeli empat senjata secara legal dan membunuh 12 orang dan melukai 58 orang saat menonton film Batman. Selama delapan pekan, Holmes mampu membeli 6.300 kali amunisi. Sebelumnya, pelaku penembakan di bioskop di Aurora Colorado, James Holmes, diduga mengirimkan tulisan mengenai peristiwa itu ke universitasnya. Universitas Colorado di Denver mengkonfirmasi telah menerima paket yang mencurigakan pada Senin, yang diberikan kepada otoritas, tetapi mereka tidak mengidentifikasikan pengirimnya. Dikutip dari Fox News yang mengutip sumber dari penegak hukum yang enggan disebutkan namanya melaporkan bahwa Holmes mengirimkan sebuah buku catatan yang berisi rincian peristiwa penembakan kepada seorang psikiater di universitas tersebut. “Buku catatan itu berisi rincian lengkap mengenai bagaimana dia akan membunuh orang-orang, menggambar apa yang dia ingin lakukan, dan menggambar dan mengilustrasikan pembunuhan tersebut,” ujar petugas keamanan yang tak disebutkan namanya. Sementara media lain yang juga mengutip sumber yang tidak sebutkan identitasnya, menyatakan bahwa Holmes mengirimkan sebuah paket ke universitas yang berisi tulisan mengenai penembakan orang. Menurut petugas keamanan mengatakan paket itu dikirim pada 12 Juli dan tidak terbuka hingga tragedi pembunuhan terjadi pada 20 Juli. Pejabat di universitas, Anschutz Medical Campus mengatakan telah menerima sebuah paket yang mencurigakan pada Senin, dan segera diseilidiki dan diberikan kepada otoritas beberapa jam setelah diterima. FBI menolak untuk berkomentar mengenai laporan yang dipublikasikan. Tersangka yang merupakan mahasiswa program doktoral ilmu syaraf mengatakan dia meninggalkan kuliahnya pada bulan lalu. Ada laporan menarik dari tempat penahanan Holmes. Dia menanyakan kepada seorang petugas penjara mengenai akhir cerita film Batman. “Apakah kamu menonton film (Batman)? Bagaimana akhir cerita film itu?” demikian pertanyaan Holmes kepada petugas penjara. Dia pun mengulangi pertanyaan itu ketika petugas penjara mengabaikannya. Para saksi dan petugas penjara pun tetap tidak peduli dengan ocehan Holmes. “Seperti tidak memiliki ide apa yang dia katakan. Dia benar-benar gila. Saya pikir dia mencoba untuk bertindak seperti orang gila,” ujar seorang saksi mata di penjara dikuti The New York Daily. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford