Jepang Selidiki Pegawai TEPCO

TOKYO – Kementerian Kesehatan, Pekerjaan dan Kesejahteraan Jepang kemarin memulai penyelidikan terhadap para pekerja di Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima yang dilaporkan berbohong dan menyembunyikan tingkatan radiasi yang membahayakan. Penyelidikan itu setelah media Jepang melaporkan adanya kebohongan publik yang dilakukan TEPCO yang mengelola pengelola PLTN Fukushima. Pemerintah Jepang juga bakal menyelidiki perintah penggunaan pelindung timah yang digunakan para pekerja. Padahal, pelindung timah itu hanya digunakan untuk menghindari tingkatan radiasi yang sangat berbahaya. “Kita bakal menyelidiki praktik-praktik yang melanggar hukum,” demikian pejabat Kementerian Kesehatan, Pekerjaan dan Kesejahteraan, yang enggan disebutkan namanya, dikutip CNN. Seorang pejabat TEPCO menyebutkan pihaknya menerima tudingan kasus itu dari subkontraktor Tokyo Energy & Systems. Kemudian, laporan dari subkontraktor kedua, Build-Up, menggunakan pelindung timah dan memerintahkan pekerja untuk menggunakannya. Selain itu, Build-Up juga meminta para pekerjanya untuk membawa alat seukuran saku kantong celana untuk mendeteksi radiasi tingkat tinggi. Namun, para pejabat TEPCO enggan berkomentar mengenai kebijakan itu. Dalam laporan yang beredar di Jepang menyebutkan para pekerja tidak pernah menggunakan pelindung timah. Seperti dilaporkan harian Jepang Asahi Shimbun, beberapa pekerja menolak perintah penggunaan pelindung timah itu. “Hanya sembilan orang yang dilaporkan menggunakan pelindung timah. Itu pun hanya dilakukan selama beberapa jam,” demikian laporan Asahi Shimbun. Padahal, pemerintah Jepang mengumumkan dua kali lipat takaran radiasi nuklir setelah insiden Fukushima itu. Dalam aturan pemerintah ambang batas ukuran radiasi nuklir adalah 50 millisivert per tahun atau 100 millisivert per lima tahun. Ukuran itu dapat dilihat dengan dosimeter yang mencatat tingkat radiasi. “Kita selalu melakukan inspeksi terhadap dosimeter yang dibawa oleh para pekerja di PLTN,” kata Yasuhiro Kishi, pejabat Biro Pekerja PLTN Fukushima, dikutip Business Week. Dengan kebohongan yang dilakukan para subkontraktor PLTN Fukushima itu mengkhawatirkan jika para pekerja itu terkena radiasi nuklir di atas ambang batas. Apalagi mereka bekerja dalam jangka waktu yang lama. Parahnya, ada pejabat di Kementerian Kesehatan yang menyebutkan kalau TEPCO tidak menyediakan dosimeter dalam jumlah cukup. TEPCO menyediakan alat pedeteksi dalam jumlah cukup banyak setelah kerusakan akibat tsunami. Menurut Takashi Wada, Presiden Direktur Build-Up, ternyata dosimeter yang ada di PLTN itu palsu. Kata dia, itu diketahui setelah pengawas pekerja mengecek dosimeter. “Kita tidak lagi menggunakan dosimeter lagi sejak saat itu,” katanya kepada stasiun televisi TBS. Penyidikan ini merupakan pertama kali dilakukan pemerintah terhadap kasus krisis nuklir Fukushima. Banyak pihak menganggap bahwa praktik pelanggaran itu banyak sekali terjadi dalam penanganan krisis nuklir yang terburuk sejak krisis bom atom Chernobyl. (andika hendra m)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Snowden Tuding NSA Retas Internet Hong Kong dan China

Inovasi Belanda Tak Terpisahkan dari Bangsa Indonesia

Teori Pergeseran Penerjemahan Catford